Xherdan Shaqiri yang Tak Berhenti Mengejar Respek

4 November 2018 20:50 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Xherdan Shaqiri pada laga Liverpool vs Southampton di Premier League 2018/19. (Foto: Reuters/Lee Smith)
zoom-in-whitePerbesar
Xherdan Shaqiri pada laga Liverpool vs Southampton di Premier League 2018/19. (Foto: Reuters/Lee Smith)
ADVERTISEMENT
Kedatangan dan kepergian tidak datang sendirian, selalu ada alasan yang menjadi kawan, termasuk cerita kedatangan dan kepergian Xherdan Shaqiri.
ADVERTISEMENT
Respek memang tak berwujud seperti makanan atau rumah tempat bernaung. Namun, hanya karena tak berwujud bukan berarti ia tak mengambil tempat yang besar dalam hidup manusia. Itulah yang sedapat-dapatnya dikejar oleh Shaqiri dari satu lapangan ke lapangan lain, dari satu pertandingan ke pertandingan lain, dari satu trofi ke trofi lain. Maka, bergegaslah Shaqiri ke Liverpool.
Pintu Anfield dibukakan untuk Shaqiri pada bursa transfer musim panas 2018. Liverpool dilaporkan harus merogoh kocek sebesar 13 juta poundsterling untuk memboyong Shaqiri dari Stoke City ke Anfield. Dalam rangkaian cerita kedatangannya ke Liverpool, dikabarkan pula Shaqiri sampai rela memotong masa liburan usai Piala Dunia supaya dapat segera melakoni tes medis di Liverpool.
Kedatangan Shaqiri mungkin tak berlimpah gempita yang kepalang hebat, tapi keberadaannya menyenangkan Juergen Klopp, si juru racik taktik. Keberadaan pemain asal Swiss ini memberikan opsi tambahan bagi lini serang Liverpool, agar lini terdepan mereka tak diisi oleh pemain yang itu-itu melulu.
ADVERTISEMENT
Bagi Shaqiri keputusannya untuk bergabung dengan Liverpool tak hanya tentang kesempatan untuk tetap berlaga di kompetisi tertinggi sepak bola Inggris. Keputusan untuk meninggalkan Stoke City juga lahir dari rasa laparnya akan respek.
Serupa kedatangan dan kepergian, respek juga tak datang dengan sendirinya. Dan dalam benak Shaqiri, seluruh pencapaiannya di atas lapangan bola menjadi alasan mengapa ia pantas untuk dihormati. Bila dirunut, sebelum bergabung bersama Stoke, Shaqiri tercatat sebagai pemain Bayern Muenchen sejak 2012/13 hingga Januari 2015.
Bersama Muenchen, Shaqiri merengkuh banyak trofi: dua gelar juara Bundesliga, dua trofi DFB Pokal, satu Piala Super Jerman, satu gelar juara Liga Champions, satu Piala Super Eropa, dan satu Piala Dunia Antarklub. Itu belum ditambah dengan gelar-gelar individu yang jatuh ke tangannya. Dan bagi Shaqiri kesempatan untuk tetap bermain di Premier League merupakan salah satu respek terbaik yang bisa diterimanya sebagai pegiat lapangan hijau.
ADVERTISEMENT
"Terdegradasi bersama Stoke merupakan pengalaman yang sangat buruk, baik bagi saya maupun klub. Saya harap, mereka dapat kembali ke Premier League secepatnya. Namun, terlepas dari apa yang terjadi di klub tersebut, saya adalah juara Liga Champions. Saya pikir, saya pantas mendapat respek. Orang-orang harus mengingat di mana sebelumnya saya bermain, kualitas yang saya punyai, dan apa-apa yang saya capai di ranah ini," jelas Shaqiri, dilansir Skysport.
"Saya pernah bermain untuk salah satu klub terbesar di dunia di Muenchen. Dan sekarang, saya kembali bermain untuk salah satu klub terbesar di dunia. Jadi saya tidak merasakan tekanan apa pun karena sekarang bertanding dengan mengenakan jersi Liverpool," tegas Shaqiri.
"Saat saya datang lagi ke Muenchen, suporter di sana menunjukkan bahwa saya memang dicintai. Saya menginginkan hal yang sama di sini. Jadi, apa salahnya untuk mengusahakan hal yang serupa di sini?"
ADVERTISEMENT
Gol Shaqiri ke gawang United. (Foto: JEFF KOWALSKY / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Gol Shaqiri ke gawang United. (Foto: JEFF KOWALSKY / AFP)
Walau statusnya di Liverpool masih menjadi pemain pelapis, Shaqiri sudah berkali-kali menunjukkan impak nyata. Misalnya, dalam laga pekan ke-10 Premier League 2018/19, saat Liverpool berhadapan dengan Cardiff City.
Baru masuk sebagai pemain pengganti sejak menit 61, pemain berusia 27 tahun ini langsung berkontribusi dalam kelahiran gol kedua Liverpool di laga tersebut. Bila dirinci, Liverpool sebenarnya sudah bisa mencetak gol pada menit ke-10 via Mohamed Salah. Namun setelahnya, The Reds cukup kesulitan untuk menembus barikade pertahanan Cardiff.
Proses gol itu bermula dari umpan Alberto Moreno untuk Sadio Mane yang sudah mengambil posisi di dalam kotak penalti. Saat itulah, Shaqiri bergerak mendekat seolah hendak menerima umpan dari Mane. Tak lama, Shaqiri mundur dan Mane bisa menunjukkan kontrol briliannya sebelum melancarkan tembakan yang gagal dihalau kiper Neil Etheridge.
ADVERTISEMENT
Shaqiri sudah bermain 10 kali bersama Liverpool di lintas kompetisi resmi. Dalam penampilannya itu, ia berkontribusi langsung dengan mencetak satu gol dan empat assist. Lantas, jelang matchday keempat Liga Champions 2018/19 yang bakal mempertemukan Liverpool dengan Crvena Zvezda pada Rabu (7/11/2018), Shaqiri pun berharap agar ia dapat kembali berkontribusi untuk timnya. Walaupun di satu sisi ia sadar, di atas ranah sepak bola, tempat bukan pemberian, tapi hasil upaya.
"Saya pikir, sekarang saya sudah stabil dan menunjukkan performa terbaik saya. Penting bagi setiap pesepak bola untuk tampil baik di klub barunya, tapi saya juga tahu bahwa saya harus berkontribusi dalam kemenangan tim dan inilah yang sekarang kami upayakan.
"Saya membutuhkan waktu untuk memahami apa yang diinginkan pelatih dan di sisi lain, teman-teman saya juga butuh waktu untuk memahami saya. Saya mendapatkan menit bermain yang cukup di sini dan saya merasa lebih baik. Rasanya luar biasa bisa kembali berlaga di Liga Champions. Inilah yang saya inginkan," jelas Shaqiri.
ADVERTISEMENT