Asal Mula Cokelat sebagai Lambang Kasih Sayang

12 Agustus 2018 11:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cokelat (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Cokelat (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Cokelat telah lama dikenal sebagai salah satu kudapan terfavorit di dunia. Baik anak-anak maupun orang dewasa, sebagian besar pasti menyukai penganan manis yang terbuat dari biji kakao ini.
ADVERTISEMENT
Rasanya yang manis dan begitu lembut bahkan dipercaya dapat meningkatkan mood serta suasana hati sehingga cocok digunakan sebagai bingkisan spesial bagi orang tercinta. Apalagi dengan bentuk-bentuknya yang menggemaskan, tak heran kini cokelat selalu dikaitkan sebagai simbol cinta dan kasih sayang.
Masih populer sebagai kado untuk menyatakan kasih sayang, ternyata sejarah di balik cokelat sebagai simbol kasih sayang terbilang cukup panjang, lho. Diawali dari suku Maya dan Aztec yang pertama kali mengolah buah kakao menjadi minuman kesehatan untuk para raja dan bangsawan, kemudian cokelat dibawa oleh para pelaut Spanyol dan disebarkan ke seluruh benua Eropa.
Meski pertama kali disebarkan oleh Spanyol, namun cokelat justru mulai dikenal sebagai lambang kasih sayang saat memasuki Prancis. Cokelat pertama kali masuk ke Prancis pada tahun 1615 saat Raja Louis ke-13 menikahi seorang puteri raja dari Prancis bernama Puteri Anne.
ADVERTISEMENT
"Perantau yang membawa cokelat dari Spanyol lalu masuk ke Prancis dapat dilihat dari hubungan antara kedua kerajaan pada abad ke-17, antara Raja Louis 13 dan Puteri Anne. Kita bisa melihat kronologinya bagaimana cokelat mulai masuk ke Prancis dan mengkomodifikasi cokelat ini sebagai sebuah simbol yang strategis untuk valentine," terang food historian, Fadly Rahman, saat ditemui kumparanFOOD beberapa waktu lalu.
Meski begitu, saat itu cokelat masih dikenal sebagai minuman kesehatan dan kemakmuran yang hanya dapat dikonsumsi para raja, bangsawan, dan para pemuka agama. Baru pada tahun 1640-an, cokelat mengalami perubahan fungsi dan mulai banyak diolah menjadi kudapan lezat meskipun penyebarannya masih sangat terbatas.
Bahkan saat pernikahan antara Raja Lous ke-14 dengan Puteri Maria Theresia berlangsung di tahun 1643, cokelat menjadi salah satu hantaran yang dibawa untuk Raja Louis 14. Puteri Maria Theresia membawa bingkisan berupa cokelat yang dikemas sangat elegan dan eksklusif untuk menunjukkan kasih sayangnya terhadap sang tunangan.
ADVERTISEMENT
"Bagaimana seorang permaisuri hendak menikah dengan Raja Louis 14 dan membawa hantaran berupa cokelat yang sangat elegan. Ini sebenarnya sebuah simbol untuk mengikat hubungan cinta. Inilah cikal bakal kenapa cokelat menjadi simbol romantisme" tambah Fadly Rahman.
Sejak saat itu, industri cokelat di Prancis pun kian populer terutama bagi para pasangan yang tengah menjalin cinta. Tak hanya dikonsumsi sebagai obat herbal atau santapan pencuci mulut, aneka sajian cokelat semakin populer sebagai sarana untuk menyampaikan perasaan serta sebagai simbol romantisme.
Cokelat tingkatkan gairah seks. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Cokelat tingkatkan gairah seks. (Foto: Thinkstock)
Kepopuleran cokelat di Eropa kian menanjak seiring dengan banyak bermunculannya chocolate house atau kafe yang menyediakan makanan dan minuman berbasis cokelat manis dan lembut. Kepopulerannya bahkan sempat mengalahkan kopi yang saat itu menjadi salah satu minuman yang paling digemari. Hingga pada abad ke-19, karena banyaknya permintaan cokelat di dunia internasional, cokelat menjadi salah satu makanan mewah dengan nilai pajak yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Selain menjadi lambang kasih sayang, cokelat juga dipercaya mengandung zat afrodisiak yang dapat meningkatkan gairah dan rasa senang. Bahkan cokelat juga sering disantap untuk meningkatkan kualitas hubungan suami istri.
"Ada kepercayaan bahwa cokelat baik untuk kesehatan karena di dalam cokelat terhadap zat afrosidiak yang bisa membangkitkan gairah, kesenangan. Jadi perasaan happy saat menyantap cokelat. Bahkan mitosnya cokelat dapat membangkitkan hubungan asmara antara pria dan wanita," tutup Fadly Rahman.