Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Berapa Kali Minyak Goreng Boleh Digunakan untuk Memasak?
3 Mei 2018 13:02 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
Makanan yang digoreng memang terasa lebih nikmat. Kebiasaan orang Indonesia dalam menggoreng aneka lauk pauk, membuat mereka terbiasa untuk tidak mengganti minyak goreng yang sudah dipakai.
ADVERTISEMENT
Beberapa orang mungkin menilai bahwa minyak tersebut masih layak digunakan, dan sebagian beranggapan bila minyak jelantah akan memberikan cita rasa yang khas pada makanan. Padahal, minyak goreng tidak boleh digunakan berulang kali, lho.
Menurut seorang pakar gizi dan keamanan pangan IPB (Institut Pertanian Bogor), Prof. Ir. Ahmad Sulaeman, MS, PhD, minyak goreng hanya boleh digunakan sebanyak tiga kali pemakaian. Bila digunakan berkali-kali, minyak goreng akan menghasilkan racun yang berbahaya bagi tubuh.
"Umumnya setelah tiga kali penggunaan, akan terjadi perubahan warna dan aroma pada minyak yang kurang bagus bila digunakan," terang Prof. Ahmad Sulaeman saat dihubungi kumparan (kumparan.com), Kamis (3/5).
Selain perubahan fisik minyak yang akan membuat sajian makanan menjadi kurang sedap saat disantap, ada beberapa ancaman kesehatan yang mengintai akibat mengkonsumsi makanan yang digoreng dengan minyak yang sudah dipakai atau yang biasa disebut minyak jelantah.
ADVERTISEMENT
Tak hanya meningkatkan kadar kolesterol dan lemak trans di dalam tubuh, konsumsi minyak jelantah akan meningkatkan risiko terkena diabetes, serangan jantung, stroke, dan penyakit degeneratif lainnya.
"Saat dipanaskan berulang kali, minyak goreng akan mengalami oksidasi yang akan meningkatkan radikal bebas di dalam tubuh. Jika tidak ada antioksidan, maka akan meningkatkan risiko diabetes hingga serangan jantung," jelas Prof Ahmad Sulaeman.
"Minyak juga akan mengalami polimerisasi dan menghasilkan zat karsinogen penyebab kanker," tambahnya.
Membatasi penggunaan minyak bekas pakai saja tak cukup, karena menurutnya, salah satu cara mengurangi dampak buruk minyak jelantah adalah mengetahui smoke point atau titik asap yang dimiliki oleh minyak. Semakin rendah titik asapnya, maka semakin cepat pula minyak mengalami perubahan warna dan aroma.
ADVERTISEMENT
Prof. Ahmad Sulaeman menyarankan menggunakan minyak dengan smoke point tinggi seperti minyak kelapa dan minyak sawit untuk menggoreng aneka makanan seperti gorengan, ayam goreng, atau olahan gorengan lainnya. Selain itu jangan lupa seimbangkan konsumsi makanan tinggi serat untuk menyeimbangkan kadar kolesterol di dalam tubuh.