Erwan Heussaff dan Kisah di Balik Layar Sebuah Food Documentary

21 Juli 2019 17:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Erwan Heussaff, food blogger asal Filipina Foto: Safira Maharani/ kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Erwan Heussaff, food blogger asal Filipina Foto: Safira Maharani/ kumparan
ADVERTISEMENT
"Saya kira, makanan kini telah menjelma selayaknya hiburan. Orang-orang senang menontonnya di televisi, dan kita menyantap terlalu banyak makanan. So much foods,"
ADVERTISEMENT
Setidaknya, itu menjadi alasan bagi Erwan Heussaff, seorang koki rumahan sekaligus food blogger asal Filipina, mendokumentasikan kekayaan kuliner dari berbagai belahan dunia. Pamor Erwan Heussaff sebagai content creator cukup dikenal di negara tetangga lewat serial memasak online bernama The Fat Kid Inside.
Selain itu, laki-laki keturunan Filipina - Prancis ini juga memproduksi sebuah web series, berisi tentang panduan menjelajah kuliner sebuah tempat dalam waktu singkat --Overnight.
Melalui Overnight, Erwan membagikan berbagai tips tentang destinasi makan enak yang bisa dituju dan makanan apa yang wajib dicoba saat berkunjung ke sebuah negara, khususnya di kawasan Asia. Tak sekadar berisi rekomendasi tempat makan, ia membawa penonton untuk menyelami kisah dari hidangan-hidangan tersebut.
ADVERTISEMENT
Bahkan, tak jarang ia menyambangi kuliner-kuliner rumahan untuk lebih mendalami cita rasa khas suatu daerah.
"For me, food is the most international language in the world. Semua orang menyantap makanan, jadi sangat penting untuk memahami keindahan dari makanan, sejarah dan kisah di baliknya, serta meresapi cita rasanya," ujar Erwan saat ditemui kumparan beberapa waktu lalu.
Sebelum mengunjungi sebuah tempat, ia biasanya melakukan riset terlebih dahulu. Setidaknya, ada ratusan restoran yang Erwan tulis dalam sebuah daftar untuk dikurasi lebih lanjut.
Setelahnya, seluruh tempat tersebut akan ditandainya di Google Maps, sehingga bisa langsung dikunjungi saat ia berada di sekitar lokasi restoran.
Laki-laki berusia 32 tahun ini juga mengungkapkan, salah satu cara untuk menemukan destinasi makan terbaik adalah bertanya pada masyarakat lokal. Apalagi, adanya media sosial memudahkannya berinteraksi dengan foodies dari seluruh dunia, untuk menanyakan rekomendasi kuliner yang layak dicicipi.
ADVERTISEMENT
"Eating is important, and I hate eating the bad meals. Kita bisa saja menyantap makanan yang tidak enak di mana saja, jadi sangat penting untuk melakukan riset terlebih dahulu. Jika kita tak sempat untuk riset, meminta panduan dari orang lokal akan sangat membantu," cetusnya.
Sama halnya dengan menemukan 'harta karun' atau hidden gem di suatu tempat. Tak semua informasi mengenai tempat makan tersembunyi dapat kita temukan dengan mudah melalui internet. Satu-satunya cara untuk menemukannya, adalah mengobrol dengan orang lokal.
Siapa sangka, mereka akan memberikan rekomendasi tempat makan yang sering dikunjungi di masa kecil, atau hot spot di dekat tempat tinggal mereka.
"Kamu juga bisa bertanya ke supir taksi, apa makanan favoritnya. Menurut saya, mereka selalu punya rekomendasi makanan terbaik. Untuk itu, saya selalu bertanya ke supir taksi, ke mana destinasi kuliner yang seharusnya saya kunjungi," imbuh Erwan.
ADVERTISEMENT
Beragam jenis makanan pun telah ia cicipi, bahkan yang terdengar aneh dan ekstrem sekalipun. Mulai dari testikel kambing, sashimi ayam, hingga ular kobra.
"I will never say no. Kecuali, di China, ada yang namanya otak monyet. Cara memakannya sangat kejam karena disantap hidup-hidup. Asal tak dimasak dengan kejam, saya akan makan apapun," celotehnya.
Sebelum perjalanan dan seluk beluk hidangan yang dicicipi ia tuangkan dalam videonya, Erwan akan menuliskan alur ceritanya dalam sebuah skenario terlebih dahulu. Dengan demikian, ia dapat menentukan angle cerita seperti apa yang ingin dipertontonkan.
Melalui video-video dokumenter kulinernya, Erwan ingin memunculkan nilai-nilai dan makna suatu hidangan, agar tak lantas dilupakan oleh banyak orang.
Karena makanan bukan tentang rasa belaka, tapi bagaimana kita bisa menghargainya secara utuh. Dan yang belakangan terjadi, orang-orang cenderung melupakan hidangan asli dari tempat mereka berasal dan lebih tertarik dengan fast food.
ADVERTISEMENT
"Saya selalu menerapkan, di mana pun tempatmu berasal, selalu pahami dan gali lebih dalam tentang budaya yang ada di tempat kelahiranmu, serta makanan yang kamu santap," pungkas Erwan.