Food Bite: Jajanan Pasar, Simbol Manis Pemersatu Bangsa

19 September 2019 13:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Indonesia memang tidak mengenal kata 'dessert', tapi kita mengenal jajanan pasar. Jajan pasar atau yang akrab disebut jajanan pasar merupakan sebutan untuk sejumlah macam camilan yang selalu disajikan di pasar tradisional. Beberapa nama jajanan pasar yang cukup masyhur adalah onde-onde, kue lapis, gemblong, hingga lemper.
ADVERTISEMENT
Menurut Kevindra Prianto Soemantri, penulis kuliner asal Indonesia dalam serial Netflix, Street Food, jajanan pasar menjadi makanan tradisional tertua yang tercatat dalam sejarah Indonesia. Ia telah ada sejak abad ke-18 masehi dan terus berkembang secara dinamis mengikuti arus perkembangan zaman.
Seperti halnya minuman, jajanan pasar juga memiliki ragam yang tak terbatas. Namun, sejatinya ia digolongkan dalam dua kategori; yaitu jajanan pasar basah dan jajanan pasar kering.
com-Ilustrasi jajanan pasar Foto: Shutterstock
Dalam buku Ragam Kudapan Jawa, Prof Dr. Ir Murdijati-Gardjito, Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Gadjah Mada, mengatakan bahwa jajanan pasar basah memiliki jumlah yang lebih banyak dibanding jajanan pasar kering. Lebih lanjut, Prof. Murdijati juga menyebut bahwa jajanan pasar basah biasanya didominasi rasa manis dan legit yang menjadi ciri khasnya.
ADVERTISEMENT
Salah satu hal yang menarik dari kudapan tradisional ini adalah penamaannya yang selalu berbeda di setiap daerah.
"Sebagai contoh adalah klepon. Di Sumatra Barat, klepon lazimnya disebut onde-onde, sedangkan di Madura disebut kelelepon, dan di Banjarmasin disebut kelepon," ungkap Prof. Murdijati kepada kumparan.
Jajanan pasar jadi simbol kebinekaan
Jajanan Pasar di Indonesia. Foto: Dok. Netflix
Legit, manis, kecil dan biasanya dibingkai dengan warna-warna cerah jadi salah satu ciri khas jajanan pasar. Bisa dibilang, ia jadi simbol pemanis di pasar.
Menemukan jajanan pasar sebenarnya bukan perkara yang sulit, karena hampir di setiap pasar tradisional pasti menjual jajanan pasar. Hanya saja, setiap pasar (di setiap daerah) memiliki jenis dan penamaan yang berbeda alias tidak sama.
Tak hanya jadi elemen pemanis di pasar, jajanan pasar ternyata dijadikan simbol kebinekaan. Sifat jajanan pasar adalah memanfaatkan bahan yang ada di suatu daerah.
ADVERTISEMENT
“Jajan pasar itu merupakan simbol dari kebinekaan. Boleh dikatakan kebinekaan bangsa Indonesia tetapi dalam satu bingkai, yaitu jajan pasar,” jelas Prof. Murdijati.
Bahan dasar pembuatan jajanan pasar berasal dari bahan-bahan yang diperoleh dari daerah setempat. Namun, secara garis besar bahan dasar yang biasanya digunakan adalah tepung beras, tepung ketan, macam-macam bentuk ketela pohon, hingga macam-macam bentuk kelapa (kelapa parut, santan, kelapa irisan, dan gula kelapa).
Maka tak heran, kalau setiap jajanan pasar menjadi simbol pemanis di satu daerah. Ia menggambarkan hasil bumi tiap daerah di Indonesia. Menjadi cerminan suku dan etnis yang ada di Indonesia.
Lebih lanjut, Prof. Murdijati juga menyebut bahwa cita rasa jajanan pasar sejatinya mencerminkan cita rasa masyarakat lokal. Jika masyarakatnya menyukai rasa yang manis-manis, maka jajanan pasar yang dijual pun didominasi dengan rasa manis.
ADVERTISEMENT
“Sehingga bisa dikatakan bahwa jajanan pasar itu merupakan simbol eksistensi masyarakat yang ada di sekitar pasar," katanya.
Jajanan pasar jadi simbol toleransi
Jajanan Pasar. Foto: Retno Wulandhari/kumparan
Seiring dengan perkembangan zaman, bahan dasar pembuatan jajanan pasar tak hanya terbatas pada tepung beras, ketan, ketela pohon, hingga kelapa.
Dengan masuknya bangsa asing ke wilayah Nusantara, bahan-bahan yang tak lazim ditemukan di Indonesia pun turut dipakai dalam membuat jajanan pasar. Misalnya saja tepung terigu yang semula dikenalkan oleh masyarakat Barat (yang mulai tinggal di Indonesia).
Tak hanya itu, seiring dengan hadirnya bangsa asing ke wilayah Indonesia, terjadilah akulturasi budaya pada makanan, khususnya jajanan pasar. Akulturasi budaya yang dimaksud; terjadi antara China dengan Jawa, India (termasuk Asia Selatan dan Kamboja) dengan Jawa.
ADVERTISEMENT
Salah satu contoh akulturasi budaya pada jajanan pasar bisa dilihat dari kue ku. Hidangan yang terbuat dari tepung ketan serta kacang hijau sebagai isiannya itu menjadi cerminan dari akulturuasi budaya China dengan Jawa.
Sedangkan akulturasi budaya antara Arab dengan Jawa bisa dilihat dari kue ka'ak. Sajian buka puasa favorit masyarakat Pekalongan ini sejatinya terdiri dari komposisi tepung dan rempah-rempah.
"Jadi sesungguhnya, jajanan pasar itu adalah simbol toleransi. Ia juga bergerak dengan perkembangan zaman, mengikuti selera konsumen, dan mengikuti produksi bahan setempat. Dengan kata lain, memelihara jajanan pasar sama halnya dengan memelihara kehidupan," tutup penulis buku Pusaka Cita Rasa Indonesia tersebut.
Jajanan Pasar. Foto: Retno Wulandhari/kumparan
Meski berbeda-beda rupa, rasa, dan nama, jajanan pasar adalah cerminan bangsa. Ia beradaptasi dengan rasa, bahan, serta kesukaan penduduk di suatu daerah; menjadikannya simbol toleransi antar suku dan umat beragama.
ADVERTISEMENT
Itulah jajanan pasar, si pemelihara pemersatu bangsa Indonesia.