Kampanye Stop Sedotan Plastik Ternyata Dapat Merugikan Kaum Difabel

3 Agustus 2018 15:10 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sedotan plastik (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sedotan plastik (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Isu mengenai bahaya sedotan plastik memang tengah ramai diperbincangkan. Kampanye untuk mengurangi penggunaan alat bantu minum dari plastik ini sedang gencar-gencarnya dilakukan oleh berbagai perusahaan besar di dunia. Mulai dari Marriott International, Starbucks, McDonald’s, hingga yang paling terkini, Disney.
ADVERTISEMENT
Lambat laun, seluruh sedotan plastik akan diganti dengan alternatif yang lebih ramah lingkungan. Misalnya saja, terobosan baru dari Starbucks berupa sippy cup, yakni gelas yang memiliki lubang untuk minum di sisinya. Atau, Disney yang mulai beralih menggunakan sedotan kertas sebagai pengganti dari sedotan plastik.
Meski langkah tersebut diyakini dapat menciptakan dampak yang baik bagi lingkungan, namun ternyata pelarangan sedotan plastik dianggap menyulitkan kaum difabel. Ya, sedotan plastik--khususnnya jenis sedotan yang dapat ditekuk--menjadi alat bantu minum yang sangat esensial bagi mereka yang memiliki keterbatasan mobiitas.
Bagi kaum difabel, minum tanpa sedotan membutuhkan usaha ekstra, terutama dalam gerakan fisik saat mendekatkan minuman ke mulut, yang dapat membuat minuman itu tumpah, atau mengakibatkan mereka tersedak.
Sedotan kertas (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Sedotan kertas (Foto: Thinkstock)
Dikutip dari CNN, penggunaan bahan lain selain plastik dianggap tidak memiliki efektivitas yang sama dan tak dapat membantu orang-orang yang memiliki disabilitas. Sedotan kertas, dapat hancur saat terkena air dan tertelan, sedotan besi akan menyerap suhu minuman sehingga menjadi terlalu panas atau terlalu dingin saat akan digunakan.
ADVERTISEMENT
“Jenis-jenis sedotan alternatif tersebut tidak menawarkan kombinasi kekuatan, fleksibilitas, dan keamanan yang dimiliki oleh sedotan plastik”, sebagaimana diungkapkan oleh salah satu organisasi nirlaba, Disability Rights Washington.
Bukan hanya itu, pelarangan sedotan plastik ini juga dianggap hanya melihat pada satu sisi saja, dan terkesan melupakan hak-hak dari kaum difabel, karena tidak adanya konsultasi terlebih dahulu.
Ilustrasi sedotan ramah lingkungan (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sedotan ramah lingkungan (Foto: Thinkstock)
Daniel Gilbert, salah satu warga Kentucky yang terlahir dengan kelainan genetik yang menyebabkan kekuatan ototnya melemah dan memburuk secara progesif, mengungkapkan bahwa ia pernah mencoba menyuarakan pendapatnya mengenai peran sedotan plastik yang begitu berarti bagi kaum difabel. Namun, alih-alih didengar, ia justru lebih banyak disalahkan.
“Saya sangat senang untuk beralih menggunakan sedotan yang lebih ramah lingkungan. Kami (kaum difabel) tak mencoba untuk anti-lingkungan. Kami hanya melindungi orang-orang disabilitas,” jelasnya.
Disney kurangi penggunaan sedotan plastik. (Foto: twitter/@Eatdrinkandsave)
zoom-in-whitePerbesar
Disney kurangi penggunaan sedotan plastik. (Foto: twitter/@Eatdrinkandsave)
Untungnya, pelarangan sedotan plastik tersebut ternyata tak semerta-merta disamaratakan bagi semua orang. Salah satu gerai minuman yang mengambil langkah awal untuk mengurangi sedotan plastik, yakni Starbucks, menegaskan bahwa akan berusaha menyediakan jenis sedotan yang tepat bagi orang-orang berkebutuhan khusus.
ADVERTISEMENT
“Pelanggan akan ditawarkan jenis sedotan yang terbuat dari bahan-bahan alternatif selain plastik, dan kami akan bekerja sama dengan kaum difabel untuk memastikan bahwa mereka juga terpenuhi kebutuhannya, terkait dengan penggunaan sedotan,” terang pihak Starbucks.
Ya, meski terlihat sepele, sedotan plastik nyatanya berperan besar dalam membantu orang-orang dengan kebutuhan khusus. Bagi mereka, sedotan plastik adalah simbol kemandirian, yang memungkinkan mereka untuk menikmati minuman tanpa bantuan orang lain.