Konsep Halal dan Ramah ala Shabu Hachi

8 November 2018 11:02 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Shabu Hachi (Foto: Instagram Shabu Hachi)
zoom-in-whitePerbesar
Shabu Hachi (Foto: Instagram Shabu Hachi)
ADVERTISEMENT
Meski menjual makanan ala Jepang, namun Shabu Hachi memastikan semua makanannya halal. Halal yang dimaksud tidak sekadar menjual makanan yang mengandung babi atau tidak, tapi ternyata lebih daripada itu.
ADVERTISEMENT
"Bukan cuma bahan baku, tapi juga equipment, cara memasak, sampai penyajian harus dipastikan (halal). Dan dalam halal itu, kehigienisan juga dijaga banget," ujar humas Shabu Hachi, Joesoef Kresnadi yang akrab disapa Wimpy, kepada kumparanFOOD.
Meski banyak menggunakan daging impor, tapi Wimpy memastikan mereka sudah menerapkan standar halal yang ditetapkan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Bahkan komitmen halal itu berbuah manis ketika Shabu Hachi mendapat penghargaan sebagai pendatang baru terbaik oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI).
"Kami halal bukan sekadar memasang logo halal saja, tapi itu sudah sesuai standar dari MUI. Klaim halalnya bukan dari kami sepihak," imbuh Wimpy.
Humas Shabu Hachi, Joesoef Kresnadi (Foto: Nurvita Indarini/ kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Humas Shabu Hachi, Joesoef Kresnadi (Foto: Nurvita Indarini/ kumparan)
Shabu Hachi pun berharap apa yang telah diraihnya tidak sekadar membuat customer lebih aman dan tenang karena makan makanan yang halal, tapi juga bisa menginspirasi restoran lainnya. Dengan begitu, akan semakin banyak pilihan restoran halal bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Wimpy menuturkan Shabu Hachi mulai Januari 2018 sangat fokus untuk mendapatkan sertifikasi halal. Hingga akhirnya pada 8 Agustus 2018 sertifikasi itu didapatkan.
"Tidak ada yang tidak bisa. Buktinya kami bisa melakukannya sesuai standar yang ditetapkan MUI," sambung Wimpy.
Wimpy menambahkan banyak manfaat yang bisa didapat customer dengan adanya sertifikasi halal. Ya, customer bisa sekaligus mendapat makanan yang sehat dan bersih. Karena halal tidak mentolerir adanya kotor dan tidak sehat karena bisa membuat kehalalannya hilang.
Shabu Hachi (Foto: Nurvita Indarini/ kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Shabu Hachi (Foto: Nurvita Indarini/ kumparan)
Selain halal dan sehat, Shabu Hachi juga bersikap ramah pada pengunjung. Tujuannya agar pengunjung merasa menjadi bagian dari keluarga Shabu Hachi. Tak heran, pengunjung sering disapa dan diajak mengobrol oleh pihak Shabu Hachi.
"Kami nggak mau hanya cari untung, tapi juga cari teman. Jadi kalau makan di Shabu Hachi seperti silaturahmi ke rumah teman," lanjut Wimpy.
ADVERTISEMENT
Saat ini, Shabu Hachi telah memiliki enam cabang. Dalam waktu dekat ini juga berencana untuk membuka restoran yang lebih mengutamakan yakiniku grill.
Shabu Hachi (Foto: Nurvita Indarini/ kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Shabu Hachi (Foto: Nurvita Indarini/ kumparan)
Bicara soal makanan halal, menurut Kepala Bidang Sosialisasi dan Promosi Halal LPPOM MUI, Lia Amalia, ST., SSi., MT., sebaiknya mencari yang punya sertifikat halal. Sering kali, sambungnya, bahan makanannya halal, namun jika tidak diproses dengan syariat Islam maka bisa jadi tidak halal.
"Sekarang sudah banyak yang aware dengan mencari bahan pengganti yang halal. Makanan halal berpengaruh ke akhlak. Halal food is a premium food. Saat ada yang mengajukan sertifikasi halal, maka akan diaudit oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), setelah sanitasi oke, baru audit dari LPPOM MUI," papar Lia.
ADVERTISEMENT