Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini, sebuah riset menemukan bahwa camilan asin paling banyak diproduksi negara-negara Asia. Penelitian yang dilakukan sebuah agensi market intelligence bernama Mintel menyebutkan, empat dari lima negara dengan inovasi produk camilan asin tertinggi berada di Asia. Indonesia termasuk di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Mintel Global New Products Database, Indonesia menempati posisi keempat. Jumlah peluncuran produk camilan barunya sebesar lima persen. Sedangkan, negara yang tingkat inovasi produknya paling tinggi adalah China, sebesar 11 persen.
"Potensi pasar camilan di Asia sangat besar. Bukan hanya jumlah penduduknya yang terus bertambah, tapi juga pilihan rasa kudapan yang makin bervariasi dan tradisi makan di negara-negara tersebut," ungkap Marcia Mogelonsky, Director of Insight, Mintel Food & Drink dalam rilis yang kumparan terima.
"Selain itu, dengan semakin banyaknya foodies yang muncul di seluruh Asia, konsumen juga tertarik untuk bereksperimen dengan berbagai jenis rasa dan makanan," jelasnya lebih lanjut.
Antusiasme orang Asia terhadap perpaduan rasa unik dan tak biasa juga terbilang tinggi. Misalnya saja, kini banyak kudapan yang menggabungkan rasa manis dan asin seperti keripik kentang rasa cokelat.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2018, varian rasa cokelat asin ini bahkan lebih banyak diluncurkan di kawasan Asia Pasifik (58 persen) ketimbang di Eropa, Timur Tengah, Afrika (19 persen) dan Amerika Utara (10 persen).
"Cita rasa selalu bertranformasi --dari daerah asal ke pasar yang dituju. Ini dipengaruhi dengan adanya sentuhan tradisi, bahan-bahan, menu dan resep dari para konsumen. Sebuah rasa dengan daya tarik universal seperti cokelat telah menciptakan rasa 'manis dan asin' yang populer di seluruh dunia, terutama di Asia," imbuh Marcia.
Penelitian yang dilakukan Mintel juga mengungkap: sebanyak dua per lima atau 40 persen orang Indonesia tertarik mencoba hidangan dengan kombinasi rasa manis dan gurih.
Sementara, 50 persen konsumen di China tertarik untuk mencoba makanan ringan dengan rasa eksotis; misalnya manis dan asin.
ADVERTISEMENT
Dengan semakin ketatnya persaingan di industri makanan ringan, produsen perlu menawarkan produk baru yang 'mengejutkan'. Salah satunya dengan menjajal berbagai kombinasi rasa baru.
"Untuk produsen makanan ringan di Asia, kesuksesan akan bergantung pada menemukan keseimbangan yang tepat antara manis dan gurih —terutama dengan tingkat minat saat ini pada konsumen Asia," simpul Marcia.