Menyelami Budaya Peranakan di Food Court Terminal 4 Changi Airport

20 November 2018 10:59 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Heritage zone, terminal 4, Changi Airport (Foto: azalia amadea/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Heritage zone, terminal 4, Changi Airport (Foto: azalia amadea/kumparan)
ADVERTISEMENT
Menyelami budaya peranakan yang berasal dari perpaduan kultur China dan Malaysia memang selalu menarik karena sejarahnya yang panjang. Budaya peranakan bahkan berpengaruh bukan hanya terhadap kehidupan sosial masyarakatnya saja melainkan hingga ke makanan yang tanpa disadari kita santap sebagai sajian sehari-hari. Sejarah peranakan inilah yang juga menginspirasi salah satu bandara internasional tersibuk seperti Changi Airport dalam membuat food court bertemakan 'Heritage Zone.'
ADVERTISEMENT
Mengambil latar bangunan pada tahun 1880 hingga 1950, terdapat empat desain bangunan yang terdiri dari baroque, rococo, peranakan dan modern decor yang tampak memiliki ciri khasnya masing-masing. Misalnya saja pada bangunan berdesain baroque yang mengambil latar tema bangunan pada tahun 1880-1900. Bangunan dengan detail western classical tersebut biasa ditemukan di area Chinatown, Pagoda street, mosque street, temple street hingga Tanjong Pagar Road di Singapura.
Suasana di Heritage Zone (Foto: azalia amadea/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Heritage Zone (Foto: azalia amadea/kumparan)
Selanjutnya, bangunan bertemakan rococo yang mengambil desain arsitektur ala Eropa ini hadir sebagai pemanis di antara bangunan food court lainnya. Bangunan yang satu-satunya dihiasi oleh detail bunga-bunga itu mengambil tema bangunan pada tahun 1910 - 1920. Desain bangunan seperti ini bisa kita lihat pada jalan-jalan seperti Jalan Besar, Kitchener road, Petain road, dan Geylang area.
ADVERTISEMENT
Sementara, bangunan restoran lainnya dihiasi oleh tema peranakan tahun 1920 - 1936 yang khas dengan jendela Jawa. Desain bangunan sepert ini bisa kita lihat di Koon Seng road, Joo Chiat road, dan East Coast road. Lanjut ke bangunan terakhir yang bertemakan modern decor tampak lebih baru yang biasa kita lihat di South Bridge road, North Canal road dan New Bridge road di Singapura.
Restoran di Heritage Zone (Foto: azalia amadea/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Restoran di Heritage Zone (Foto: azalia amadea/kumparan)
Bangunan-bangunan di bawahnya terdapat beberapa restoran yang juga menyajikan makanan peranakan seperti Bee Cheng Hiang, Bengawan Solo, Old Chang Kee, Eu Yan Sang, Curry Times, dan Heavenly Wang. Makanan-makanan tersebut tersedia mulai dari makanan berat hingga camilan yang bisa langsung dinikmati di tempat.
Dalam area tersebut terdapat juga sofa-sofa empuk sehingga penumpang bisa menikmati waktu santai mereka sambil menunggu keberangkatan. Tidak hanya itu, di jam-jam tertentu akan diputarkan juga film pendek tentang budaya peranakan di Singapura. Film tanpa dialog tersebut menceritakan tentang sepasang kekasih berbeda budaya di mana si laki-laki keturunan China dan wanitanya keturunan Malaysia.
Penayangan film pendek di Heritage Zone (Foto: azalia amadea/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Penayangan film pendek di Heritage Zone (Foto: azalia amadea/kumparan)
Diceritakan dalam film tersebut, keduanya merupakan tetangga yang awalnya sering bertengkar namun pada suatu hari sang wanita memainkan piano dan kekasihnya pun ternyata menyukai lagu yang sama dan akhirnya mereka saling jatuh cinta. Hubungan mereka pun berlanjut hingga ke pernikahan yang menggunakan adat peranakan di mana ada tradisi bertukar hadiah antar keluarga.
ADVERTISEMENT
Saat penayangan film tersebut yang ditayangkan menggunakan LED besar di antara bangunan-bangunannya dilengkapi juga dengan alunan musik lembut serta musik peranakan dengan lagu berjudul "bunga sayang." Jadi bagi penumpang yang pas dengan waktu penayangan filmnya bisa menikmati cerita, lantunan lagu sekaligus santapan khas peranakan yang sayang dilewatkan, terutama bagi para penumpang yang hendak berangkat dari terminal 4 Changi Airport.