Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Pentingnya Keberagaman Pangan dalam Sepiring Sajian
25 Januari 2019 15:31 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:48 WIB

ADVERTISEMENT
Setiap orang punya makanan favoritnya masing-masing. Ada yang suka nasi dengan ayam goreng, atau ada yang suka nasi dengan sayur lengkap, semua boleh punya makanan kesukaan. Sayangnya, terkadang kita jadi cenderung makan apa yang kita suka saja. Coba perhatikan lagi, berapa kali dalam satu minggu kamu makan makanan yang sama?
ADVERTISEMENT
Padahal, keragaman pangan sangatlah penting untuk membuat kandungan gizi dalam satu porsi makan kita jadi seimbang. Idealnya, setengah dari piring terdiri dari sayur dan buah, seperempatnya diisi dengan protein (ikan, ayam, daging, dan lainnya), kemudian seperempat lainnya terdiri dari beras, biji-bijian, gandum, atau pasta.

Selain itu, untuk memenuhi masing-masing bagian piring di atas, kamu juga perlu mengkonsumsi sayur, protein, dan karbohidrat yang berbeda jenisnya. Prof. Dr. Nuri Andarwulan, Direktur Southeast Asian Food & Agricultural Science & Technology (SEAFEST) mengungkap bahwa aneka jenis pangan juga menghindarkan kita dari terjangkit berbagai penyakit.
“Asupan gizi harus seimbang yang didapat dari beragam jenis pangan. Ini bisa menjauhkan kita dari risiko makanan tertentu. Risiko itu datang dari peluang,” jelasnya saat dihubungi kumparanFOOD.
ADVERTISEMENT
Lebih jelasnya lagi, Prof. Nuri juga mengungkap bahwa tubuh kita mampu mentolerir racun yang rendah. Namun kalau kita makan satu jenis makanan terus menerus, peluang mendapat risiko bahan pangan jadi lebih tinggi. Oleh karenanya, bila sedang ada dalam diet tertentu, ada baiknya kamu juga mempertimbangan keragaman dan keamanan pangan.
“Tetap diupayakan keragaman. Jika hanya makan makanan tertentu maka peluang untuk mendapat risiko, misalnya dari asupan kontaminan (cemaran) dari pangan tersebut tinggi. Diet pun begitu, harus tetap mempertimbangkan keragaman dan keamanan pangan,” tutup Prof. Nuri.