Riset: Sering Mengkonsumsi Fast Food Bisa Buat Seseorang Kurang Cerdas

27 Desember 2017 10:13 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Makan fast food di dalam mobil. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Makan fast food di dalam mobil. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Siapa di antara kamu yang menyukai makanan cepat saji? Seberapa sering kamu mekannya?
ADVERTISEMENT
Bagi kamu yang gemar menyantap makanan sepat saji nampaknya kini harus mulai waspada. Pasalnya, berdasarkan eksperimen yang dilakukan para ilmuwan di Universitas Oxford, menunjukkan bahwa dengan hanya mengkonsumsi makanan berlemak selama kurang dari 10 hari, hal ini akan merusak ingatan jangka pendekmu.
Dilansir Telegraph, eksperimen ini sendiri sebelumnya dilakukan terhadap tikus. Tim peneliti mengamati tikus yang melakukan diet rendah lemak yang terdiri dari 7,7 persen kalori. Kemudian, mereka membandingkannya dengan tikus yang diberi makanan cepat saji, yang tinggi lemak dengan 55 persen kalori.
Hasilnya, ditemukan bahwa dalam waktu empat hari, tikus yang makan makanan tinggi lemak kurang mendapatkan oksigen, sehingga adanya peningkatan ukuran jantung.
Dalam penelitian tersebut, tikus-tikus ini diletakkan di suatu labirin dan para peneliti mengamati gerak-gerik mereka. Setelah sembilan hari, tikus-tikus yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak terlihat lebih sering melakukan banyak kesalahan, dan membutuhkan waktu lebih lama untuk sekedar berjalan di dalam labirin.
ADVERTISEMENT
com-Makanan Sehat vs Fast Food (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
com-Makanan Sehat vs Fast Food (Foto: Thinkstock)
Disisi lain, tikus yang diberi makan rendah lemak mengalami 50 persen peningkatan dalam hal gerak dan mencari jalan dalam labirin percobaan.
Periset menemukan adanya peningkatan kadar protein di tiga sel otot tikus. Peningkatan protein membuat sel kurang efisien dalam mengolah oksigen, sehingga energi yang diperlukan tikus untuk bergerak dalam labirin berkurang.
"Diet yang bertujuan untuk mengurangi lemak tinggi biasanya dikaitkan dengan komplikasi jangka panjang seperti obesitas, diabetes, dan gagal jantung," ujar Andrew Muray, salah satu tim peneliti.
"Kami harap hasil dari temuan ini dapat membantu orang untuk berfikir serius tentang mengurangi kandungan lemak dari asupan makanan sehari-hari mereka," imbuhnya.
Sejatinya, kekurangan oksigen pada otak dapat menyebabkan gangguan fungsi kesehatan tubuh, misalnya fungsi kognitif dan ingatan. Saraf yang begitu kompleks di dalam otak manusia, dianalogikan seperti sirkuit-sirkuit. Jika terdapat gangguan pada salah satu sirkuit saja, sudah dapat mengakibatkan gangguan fungsi kognitif atau daya ingat. Hal inilah yang membuat kinerja otakpun menurun.
ADVERTISEMENT