Tak Hanya Tempe, Ini 7 Makanan Fermentasi Khas Indonesia Lainnya

27 Juli 2018 20:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Oncom (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Oncom (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Selama ini tempe menjadi salah satu makanan favorit sebagian besar orang Indonesia. Terbuat dari kacang kedelai yang difermentasi secara tradisional, tempe memiliki tekstur lembut dengan rasa khas yang cocok diolah menjadi beragam jenis sajian. Proses fermentasi juga menambah kandungan gizi tempe sehingga sangat baik bagi kesehatan.
ADVERTISEMENT
Hal inilah juga yang membuat tempe semakin diminati, bahkan hingga ke mancanegara. Namun tak hanya tempe, ternyata masih ada sederet makanan fermentasi khas Indonesia lainnya yang tak kalah populer, lho.
Beragam jenis makanan fermentasi ini biasanya disajikan sebagai pelengkap lauk, camilan, bahkan sering diolah kembali menjadi kudapan lezat. Apa saja? Yuk intip tujuh makanan fermentasi khas Indonesia yang tak kalah menggugah selera di bawah ini.
1. Oncom
Oncom (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Oncom (Foto: Thinkstock)
Oncom merupakan makanan fermentasi yang banyak dijumpai di daerah Jawa Barat. Terbuat dari bungkil atau ampas tahu yang difermentasi selama beberapa hari, tampilan oncom terlihat sangat mencolok dengan warna oranye cerah di seluruh permukaannya. Selain oncom berwarna oranye, ada juga oncom hitam yang terbuat dari fermentasi kacang tanah yang dicampur dengan ampas singkong.
ADVERTISEMENT
Meski aromanya cukup tajam dan terkesan langu, tapi jangan salah, oncom merupakan salah satu makanan favorit di Tanah Sunda, lho. Biasanya oncom diolah kembali menjadi lauk pelengkap seperti sambal oncom, tutug oncom, isian comro, hingga dibuat menjadi keripik.
2. Peuyeum
Tape singkong (Foto: wikimedia commons)
zoom-in-whitePerbesar
Tape singkong (Foto: wikimedia commons)
Selain oncom, ada juga peuyeum yang dapat dengan mudah ditemui di sepanjang jalan menuju ke Bandung, Jawa Barat. Terbuat dari singkong yang difermentasi menggunakan ragi, peuyeum atau dikenal pula dengan sebutan tape singkong ini memiliki tekstur lembut dengan rasa asam cukup kuat.
Cita rasa asam menyegarkan ini sering digunakan sebagai penambah rasa pada aneka sajian. Tak heran, selain disantap langsung, peuyeum sering diolah kembali menjadi campuran es, kue, bahkan digoreng hingga renyah.
ADVERTISEMENT
3. Tape ketan
Tape ketan Muntilan.  (Foto: Kelik Wahyu Nugroho/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tape ketan Muntilan. (Foto: Kelik Wahyu Nugroho/kumparan)
Proses pembuatan sebenarnya tak jauh berbeda dari peuyeum, hanya saja sesuai namanya, tape ini terbuat dari ketan kukus yang difermentasi hingga teksturnya lunak dan mengeluarkan aroma yang kuat. Saat disantap, tape ketan terasa sangat lembut dan berair dengan rasa asam yang menyengat.
Selain rasanya yang nikmat, keunikan tape ketan terletak pada daun jambu sebagai pembungkusnya. Daun jambu inilah yang menghasilkan warna hijau alami dengan aroma khas nan menggugah. Selain disantap sebagai camilan, tape ketan juga sering diolah kembali menjadi pelengkap minuman segar atau puding.
4. Brem
Brem (Foto: wikimedia commons)
zoom-in-whitePerbesar
Brem (Foto: wikimedia commons)
Brem merupakan camilan unik dari fermentasi sari ketan yang diendapkan semalaman hingga membentuk lapisan putih kekuningan yang kokoh. Dijual dalam bentuk lempengan, keunikan brem terletak pada rasa asam yang langsung lumer di mulut. Saat disantap, brem akan langsung hancur dan menghasilkan sensasi sejuk yang nikmat.
ADVERTISEMENT
Banyak dijumpai di daerah Madiun, Jawa Timur, brem sering disajikan sebagai camilan pendamping minum teh. Selain di Madiun, keunikan brem juga begitu populer hingga ke pulau Bali hingga Nusa Tenggara.
5. Dadiah
Dadiah (Foto: wikimedia commons)
zoom-in-whitePerbesar
Dadiah (Foto: wikimedia commons)
Dadiah sering disebut sebagai yoghurt tradisional khas Minangkabau. Terbuat dari susu kerbau yang difermentasi di dalam batang bambu selama dua hingga tiga hari sampai teksturnya mengental. Proses fermentasi tersebut membuat tekstur susu menjadi lembut seperti puding dengan rasa asam yang khas.
Orang-orang Minangkabau biasanya akan menyantap dadiah sebagai lauk pendamping nasi ditambah sambal sehingga rasanya lebih lezat. Namun, rasa asam dadiah juga cocok disajikan sebagai kudapan segar dengan tambahan gula dan es batu.
6. Dangke
Dangke (Foto: wikimedia commons)
zoom-in-whitePerbesar
Dangke (Foto: wikimedia commons)
Ada juga dangke, yakni olahan susu sapi atau susu kerbau yang difermentasi dengan campuran garam dan getah pepaya. Getah pepaya inilah yang menghasilkan tekstur lunak seperti tahu lembut pada olahan khas Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.
ADVERTISEMENT
Memiliki tekstur lembut dengan rasa asin yang cukup terasa, tak heran olahan ini sering disebut sebagai keju tradisional khas Sulawesi Selatan. Biasanya dangke dapat langsung dikonsumsi atau diolah kembali dengan cara digoreng sebagai lauk.
7. Pakasam
Pakasam (Foto: wikimedia commons)
zoom-in-whitePerbesar
Pakasam (Foto: wikimedia commons)
Pakasam merupakan makanan fermentasi khas suku Banjar di Kalimantan Selatan yang terbuat dari ikan-ikan berukuran sedang seperti lele, ikan mas, atau nila. Untuk membuat pakasam, ikan segar yang telah dibersihkan akan dilumuri garam lalu didiamkan selama dua hari.
Tak berhenti sampai di situ, setelah didiamkan selama dua hari, ikan akan kembali dilumuri beras ketan lalu difermentasi kembali selama seminggu. Proses fermentasi yang cukup panjang ini menghasilkan rasa asam dan tekstur ikan yang lebih lunak.
ADVERTISEMENT
Sebelum disajikan, biasanya pakasam akan diolah kembali dengan tambahan cabai, gula, dan rempah-rempah agar rasanya lebih nikmat.