Tingkatkan Gizi dan Jaga Lingkungan dengan Sustainable Food

22 April 2018 8:00 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jelajah Gizi Semarang 2018 (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Jelajah Gizi Semarang 2018 (Foto: Dok. Istimewa)
ADVERTISEMENT
Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat diperlukan manusia. Tak hanya berfungsi mengusir rasa lapar, mengkonsumsi aneka jenis makanan juga dapat meningkatkan kesehatan serta fungsi organ tubuh.
ADVERTISEMENT
Namun, di tengah semakin beragamnya jenis makanan yang semakin mudah diperoleh, justru semakin marak pula kasus kekurangan gizi yang melanda berbagai negara. Menurut Prof. Ir. Ahmad Sulaeman, MS, PhD, seorang pakar gizi dan keamanan pangan IPB (Institus Pertanian Bogor), dalam sebuah penelitian ditemukan fakta bahwa sebanyak 870 juta orang di seluruh dunia menderita kekurangan gizi kronis, termasuk di Indonesia.
"Sebanyak 37,2 persen anak Indonesia mengalami kurang gizi yang berakibat datangnya penyakit berbahaya di hari tua," terangnya saat ditemui di acara Jelajah Gizi Nutricia di Semarang Restaurant, Semarang, Jumat (20/4).
Jelajah Gizi Semarang 2018 (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Jelajah Gizi Semarang 2018 (Foto: Dok. Istimewa)
Beberapa faktor ikut mempengaruhi semakin banyaknya kasus kekurangan gizi di dunia. Kurang bervariasinya menu santapan, serta banyaknya bahan makanan layak makan yang terbuang menjadi beberapa faktor utamanya.
ADVERTISEMENT
Dalam penjelasannya, Prof. Ahmad Sulaeman mengatakan perlu ada konsep pangan berkelanjutan untuk meningkatkan nilai gizi serta menjaga lingkungan dari kerusakan. Berbicara mengenai itu, sebenarnya apakah yang dimaksud dengan konsep pangan berkelanjutan?
Konsep pangan berkelanjutan atau sustainable food yang dikembangkan FAO (Food and Agriculture Organization) merupakan upaya melindungi konsumen sekaligus menjaga kelestarian bumi secara bersamaan dengan cara memperhatikan bahan makanan, proses pembuatannya, serta limbah yang dihasilkan. Dengan menerapkan sistem pangan berkelanjutan, kita dapat memastikan bahwa bahan pangan melalui proses pengolahan yang baik serta berdampak baik pada lingkungan.
Jelajah Gizi Semarang 2018 (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Jelajah Gizi Semarang 2018 (Foto: Dok. Istimewa)
Untuk mewujudkannya, menurut Prof. Ahmad, ada beberapa langkah dapat dilakukan oleh masyarakat yang ingin menerapkan pangan berkelanjutan. Yang pertama dengan mengenal jenis-jenis makanan kemasan yang telah terfortifikasi atau telah mengalami proses penambahan nutrisi dan vitamin bermanfaat bagi tubuh.
ADVERTISEMENT
Disadari atau tidak, saat ini banyak jenis makanan yang memiliki gizi kurang seimbang. Dan konsumsi makanan terfortifikasi seperti sereal, susu, formula bayi, hingga teh herbal kemasan dipercaya dapat menjadi solusi tambahan asupan sehingga kasus kurang gizi dapat dikurangi.
Kedua adalah memperhatikan limbah yang dihasilkan oleh makanan. Selain dapat menimbulkan penyakit, limbah makanan juga berisiko merusak alam. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah mengolah limbah makanan menjadi sesuatu yang lebih berguna dan tidak menyisakan makanan karena dapat menjadi sarang kuman dan penyakit jika tidak diolah kembali dengan benar.
Dan yang terakhir adalah mengutamakan bahan-bahan makanan yang dihasilkan oleh petani lokal. Selain ikut mensejahterakan ekonomi bangsa, bahan makanan yang dihasilkan oleh petani lokal dipercaya lebih sehat dan tidak banyak mengandung bahan tambahan dan pengawet.
ADVERTISEMENT
Selain itu, membeli jenis sayur dan buah saat tengah musimnya juga dapat dilakukan. Sayur dan buah yang tumbuh sesuai musimnya tidak mengandung banyak bahan kimia sehingga lebih sehat dan aman untuk disantap.
"Selain memenuhi kebutuhan gizi, dengan menerapkan konsep pangan berkelanjutan, berarti telah menjadi konsumen beretika yang bertanggung jawab dengan makanan dan lingkungannya," tutup Prof. Ahmad.