Cerita Andreas Johnsen Berkeliling Dunia demi Film 'Bugs'

10 Mei 2018 14:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Film dokumenter ‘Bugs’ yang rilis pada 2016 menjadi salah satu karya pelaku industri film Eropa yang kini tengah membanjiri Indonesia dalam festival film Europe on Screen yang digelar pada 3 Mei sampai 12 Mei mendatang.
ADVERTISEMENT
Sang sutradara, Andreas Johnsen menceritakan pengalamannya saat meproduksi film tersebut. Johnsen menuturkan bahwa pembuatan film 'Bugs' menghabiskan waktu hingga bertahun-tahun dengan bugdet yang cukup fantastis.
“Aku memulainya ('Bugs') pada Oktober 2013 dan semua selesai dalam waktu dua setengah tahun, kemudian aku melalui 6 sampai 10 bulan untuk proses editing. Kira-kira 3 tahun (baru selesai),” ungkap Johnsen saat ditemui di Ke:Kini Ruang Bersama, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (9/5).
Budget film itu juga mencapai Rp 16,6 miliar. Itu sangat mahal untukku,” tambahnya.
Meski begitu, Johnsen mengaku senang dengan hasil film yang ia kerjakan bersama Nordic Food Lab, organisasi riset makanan non-profit yang didirikan oleh restoran Normac di Coppenhagen tersebut. Sebab, ‘Bugs’ tak hanya ditampilkan dalam bentuk film layar lebar, namun juga dalam dua TV series yang ditayangkan di berbagai negara Eropa.
ADVERTISEMENT
“Aku sangat bangga. Film ‘Bugs’ juga dibuat dalam bentuk TV series, yang pertama memiliki 5 episode berdurasi 45 menit dan yang kedua memiliki 8 episode berdurasi 30 menit. Keduanya menceritakan kisah makanan dari serangga dalam setiap negara yang dikunjungi,” kata pria berusia 48 tahun itu.
Selain itu, Johnsen juga mengaku senang karena film yang mengangkat topik tentang makanan berbahan dasar serangga dari seluruh dunia bisa membawanya berkunjung ke semua benua di dunia. Pria keturunan Denmark-Prancis itu merasa kelelahan yang dialaminya selama proses pengambilan gambar terbayar dengan pemandangan budaya yang berbeda dan beragam.
“Riset tentang serangga dari seluruh dunia mengharuskan kami untuk pergi ke berbagai negara. Australia, Peru, Kenya, Uganda, Italia, Belanda, Amerika Serikat, Meksiko, Denmark, dan beberapa tempat lain. Aku mengambil gambar untuk film dokumenter itu di seluruh benua,” ujar Johnsen dengan bangga.
Andreas Johnsen. (Foto: Alexander Vito/kumparan)
Mengaku tak pernah mendapat penolakan dari warga setempat saat ingin melakukan proses pengambilan gambar, menurut pria berambut gondrong itu, tantangan terbesar dalam mencipta sebuah karya dokumenter yang apik merupakan kesabaran.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut dikarenakan semua tokoh yang tergambar dalam film bukanlah seorang aktor profesional dan hanya merupakan orang-orang lokal di satu daerah yang mungkin bahkan belum pernah tampil di depan kamera.
“Aku tidak banyak mengarahkan orang saat proses pengambilan gambar dan kadang hal itu memakan waktu yang cukup lama sebelum aku bisa benar-benar dikenal dan punya relasi dengan orang tersebut,” ujarnya.
Dalam perhelatan Europe on Screen film ‘Bugs’ akan tayang pada Jumat mendatang di Kineforum, Jakarta. Tak hanya memutarkan filmnya, Johnsen mengaku juga akan hadir untuk memeriahkan pemutaran film yang ia ciptakan serta menceritakan berbagai kisah menarik di balik proses produksi film tersebut.
Trailer film 'Bugs'. (Foto: Youtube/BUGSfeed)