Ifan 'Seventeen': Yang Menyelamatkan Gue Itu Ketidakpanikan

16 Januari 2019 15:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ifan Seventeen (Foto:  Alexander Vito Edward Kukuh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ifan Seventeen (Foto: Alexander Vito Edward Kukuh/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Musibah Tsunami Selat Sunda yang terjadi pada 22 Desember lalu, akan sulit dilupakan bagi korban maupun keluarga yang mengalami kejadian tersebut. Vokalis band 'Seventeen', Ifan, misalnya. Ia masih teringat jelas kronologi musibah tersebut.
ADVERTISEMENT
Dalam wawancaranya bersama presenter Gilang Dirga, lewat saluran YouTube Mahakarya Channel, pemilik nama lengkap Riefian Fajarsyah itu menceritakan dari awal dirinya manggung bersama band Seventeen, hingga bagaimana bisa menyelematkan diri dari gelombang besar yang menghantamnya beberapa kali.
Ifan Terombang-ambing di Lautan
Grup band Seventeen. (Foto: Instagram @ifanseventeen)
zoom-in-whitePerbesar
Grup band Seventeen. (Foto: Instagram @ifanseventeen)
Ifan mengaku semula suasana begitu ceria dan bahagia. Para personel band Seventeen itun hampir semua membawa anggota keluarganya, kecuali Bani dan Herman. Ifan juga turut membawa istri Dylan Sahara, kembarannya Idhan bersama istri serta anak hingga beberapa orang lainnya.
Apalagi pada momen itu pula, Ifan ingin memberikan pesta kejutan kecil-kecilan untuk sang istri yang berulang tahun pada 23 Desember lalu. Akan tetapi, perasaan tak enak sempat berkecamuk di dalam hati dan pikiran para personel Seventeen sebelum manggung.
ADVERTISEMENT
Ifan merasa kala itu suasana pantai yang biasanya sejuk dengan semilir angin sepoi-sepoi, tidak begitu terasa. Ia yang semula ingin mengenakan kaus cukup tebal agar tidak kedinginan saat manggung, langsung meminta tolong adiknya mengambilkan kaus tipis.
Setelah makan malam dengan suasana yang cukup akrab dan menyenangkan di suatu restoran dekat panggung, mereka langsung bergegas menuju belakang panggung untuk melakukan persiapan tampil.
"Kita kumpul lah ke backstage. Jadi antara panggung dan pantai ada backstage, itu anak-anak (personel Seventeen) sempat ... Jadi si Andi sempat tunjuk anak (gunung) krakatau. 'Itu tuh ada krakatau nyala-nyala'. Cuma waktu itu emang lagi aktif," ujar Ifan.
"Anak-anak pada ketakutan tuh, kata Bani, 'Waduh piye ini, ada meletus-meletus itu'. Herman juga (takut). Tapi karena ... Aku inget banget, aku satu-satu yang menguatkan mereka, 'Ora-ora, masa cuma itu aja kita enggak bsia lari. Enggak lah, jauh banget. Masa orang kita cari nafkah kok, gitu," sambungnya, seraya mengenang momen terakhir bersama pesonel Seventeen sebelum manggung.
ADVERTISEMENT
Setelahnya, mereka melakukan doa bersama sebelum tampil di atas panggung. Kebiasaan itu telah rutin dilakukan band Seventeen sebelum manggung.
Alat musik milik grup band Seventeen. (Foto: Mirsan Simamora/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Alat musik milik grup band Seventeen. (Foto: Mirsan Simamora/kumparan)
Drama lainnya yang sempat dirasakan pelantun 'Jangan Dulu Pergi' ini yakni datang dari sang istri. Dylan yang jarang ikut menemani Ifan manggung bersama Seventeen, tiba-tiba datang ke belakang panggung dan minta untuk dipangku, peluk, hingga minta dicium.
"Terus tiba-tiba dia bilang, 'Sayang enggak? Cinta enggak?' Kayak gitu-gitu. Terus aku jawab, 'Yaiyalah, kalau enggak ngapain dinikiahin'. Tapi ya sekali lagi, dia kan tipe yang malu-malu ya, tapi di belakang panggung ada yang lain juga, dia cuek aja," katanya.
Ifan dan personel band Seventeen akhirnya naik ke atas panggung. Mereka pun tampil seperti biasa dan berencana membawakan sekitar 11 lagu. Namun, baru dua lagu dibawakan, gelombang air tiba-tiba muncul dari belakang panggung.
ADVERTISEMENT
Kala itu Ifan merasa panggung seperti berjalan dan tiba-tiba semua masuk ke dalam air dengan kejadian yang begitu cepat. Tak ada pikiran bahwa apa yang terjadi saat itu adalah tsunami.
"Orang ramai yang di depan panggung, itu semua orang kesikat dibawa air. Terus gue ke balik dan liat atap panggung, terus (panggung) timpa, bush. Timpa gue dan kita semua," ungkapnya.
Ifan mengatakan bahwa video yang tersebar saat Seventeen manggung itu merupakan gelombang air yang pertama. Tinggi airnya saat itu sekitar 7,5 meter. Namun, tidak lama berselang, gelombang dengan tinggi air sekitar 15 meter datang untuk kedua kalinya.
"Itu kayak ditabrak tronton, berkecepatan 200km/jam, dalam bentuk air. Itu kita kegulung-gulung. Nah, di otak gue tuh mencoba menjelaskan keadaan, 'ini apa ya?'," tutur pria berusia 35 tahun ini.
Alat musik milik grup band Seventeen. (Foto: Mirsan Simamora/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Alat musik milik grup band Seventeen. (Foto: Mirsan Simamora/kumparan)
Berbagai benda mulai dari kayu, besi hingga beberapa benda lainnya sempat mengenai anggota tubuh Ifan yang saat itu terombang-ambing di dalam air. Ia pun saat itu berusaha untuk terus bertahan dan tetap tenang menghadapi situasi tersebut.
ADVERTISEMENT
"Karena yang dapat menyelamatkan gue itu ketidakpanikan. Terus akhirnya timbul (dipermukaan), langsung ambil napas," katanya seraya memperagakn bagaimana saat ia muncul di permukaan air.
Ketika itu, ia baru sadar dirinya sudah jauh dari panggung dan berada di dekat restauran tempat Ifan serta personel Seventeen lainnya makan malam bersama. Ia juga baru sadar bahwa kejadian yang dialaminya ini merupakan tsunami setelah ada orang berteriak tsunami.
Selama kurang lebih dua menit di dalam air, Ifan juga sempat terpikirkan bahwa dirinya tidak akan selamat dalam musibah tsunami tersebut. Namun, kala itu ia tetap berusaha untuk tenang.
"Karena gue saat itu sudah di posisi kayak susah napas. Gue juga sempat kepikiran, 'Wah mati nih, mati'. Tapi sekali lagi, gue selalu berusaha untuk jangan panik," ucap dengan nada sedikit lega.
ADVERTISEMENT
Ketika tahu selamat, masih bisa bernapas, dan melihat situasi di atas permukaan air Ifan mengaku bersyukur. Namun, perasaan itu hanya terjadi beberapa saat. Ketika di dalam pikirannya situasi sudah tenang, Ifan harus kembali terseret gelombang arus balik air yang membawanya ke tengah laut.
"Gue liat tuh ada orang-orang yang meluk pohon, gue ngelewatin mereka gitu. Gue coba menggapai daun, lepas. Terus itu keliatan jelas daratan yang semakin jauh. Dan itu sedih banget," tuturnya.
"Titik tersedihnya adalah saat gue tahu selamat, alhamdulillah, ternyata gue dihadapkan kalau gue belum selamat. Karena yang pertama aja sampai hekhek (susah napas). Air asin sudah banyak masuk, pasir juga udah banyak," lanjutnya.
Saat sudah berada di tengah laut, Ifan berusaha untuk terus menyelamatkan diri bersama kurang lebih 60 orang yang berada di posisi yang sama. Namun, situasi pun terasa begitu panik ketika ada orang yang bisa berenang dan muncul di permukaan, langsung menjadi pegangan puluhan orang tersebut.
ADVERTISEMENT
"Gue salah satu yang enggak panik dan gue salah satu yang diganduli 45 orang lainnya. Jadi gue sempat dijambak, ditarik, dipeluk, dicekek, ada kaki kena muka. Karena orang kan kalau panik bisa aja tendang-tendang, dan lain-lain. Wallahualam ada sakratul maut mungkin. Kan kejang tuh kalau kondisi sakaratul maut," ujar Ifan.
Prosesi pemakaman istri Ifan Seventeen. (Foto: Pramita Kusumaningrum/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Prosesi pemakaman istri Ifan Seventeen. (Foto: Pramita Kusumaningrum/kumparan)
Ia pun akhirnya berusaha untuk berontak dan menghindari orang-orang yang berkerumun di dekatnya. Ifan sempat menemukan potongan meja kayu, namun hal itu tidak berhasil menjadi alat untuk dirinya bersandar. Karena meja kayu itu tidak bisa digunakan untuk menahan dua orang.
"Setelah gue pegang itu, tiba-tiba ada orang narik badan gue. Terus gue bilang, 'Mas, jangan tarik badan saya, tarik mejanya. Karena kalau tarik badan saya, kita mati'. Lalu mas itu pegang mejanya, tapi ternyata meja itu hanya bisa menopang satu orang. Begitu dua orang, tenggelam mejanya," ungkap Ifan.
ADVERTISEMENT
Dalam situasi kepayahan tersebut, Ifan 'Seventeen' sempat tersadar bahwa inilah kuasa Allah yang bisa kapan saja mendapatkan musibah kepada manusia. Semangatnya yang semula begitu berapi-api, perlahan mulai berada dititik pasrah dan lemah.
Namun saat itu, tubuh Ifan yang sudah lemas dan mengapung di laut, tiba-tiba tangannya tidak sengaja menyentuh kotak hitam cukup yang biasa digunakan untuk menyimpan alat panggung.
"Ini, somehow kaya energi baru yang gue ngerasa udah gak ada energi, jadi ada. Langsung tarik itu ke atas dan (tarik napas). Ada juga empat orang akhirya kita dorong kotak itu sama-sama," terangnya.
Suara teriakan minta tolong, Allahuakbar, hingga situasi orang yang meronta-ronta sempat dilihat Ifan kala itu. Namun perlahan, puluhan orang itu satu-satu tidak selamat. Ifan sendiri mengaku sempat putus asa ketika tenaganya sudah terkuras cukup banyak karena harus berenang agar tidak tenggelam.
Kerusakan akibat tsunami Selat Sunda di Pulau Sibesi, Provinsi Lampung. (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Kerusakan akibat tsunami Selat Sunda di Pulau Sibesi, Provinsi Lampung. (Foto: Dok. Istimewa)
Ifan bersama empat orang lain yang ikut bertumpu pada kotak hitam itu berusaha untuk terus berenang menuju daratan. Namun, salah satu dari mereka memilih untu pisah dan memenang batang kayu. Sehingga di kotak itu terdapat empat orang yang bertumpu.
ADVERTISEMENT
Di tengah perjalanan menuju daratan, kotak itu hampir terbalik lantaran tidak kuat jika ada salah satu dari mereka meletakan lengannya di atas kotak itu. Ifan pun sempat memberikan peringatan agar jangan ada yang meletakan lengannya di atas kotak hitam tersebut.
"Jadi kita pegang kotaknya tuh enggak begini (melipat lengan di atas kotak), tapi begini (hanya jari-jari yang menyentuh kotak hitam)," ucap Ifan seraya menirukan bagaimana cara memegang kotak hitam itu agar tidak tenggelam.
Ifan dan ketiga orang itu pun terus berenang mencari daratan. Kala itu, ia melihat cahaya sehingga terus berenang menuju cahaya itu. Ia juga sempat berteriak dan meminta pertolongan agar ada orang datang membawa mereka keluar dari air laut.
ADVERTISEMENT
Beberapa orang lain yang menyelatkan diri meninggal dunia, lantaran sudah tidak sanggup berenang hingga ke daratan selama kurang lebih dua jam di laut.
"Akhirnya gue cuma liat rombongan gue sendiri dan beberapa di depan, agak jauh (yang masih bertahan), kita salawatan aja. Gue ajak mereka salawatan. Jadi gini, lho, ini di tengah laut, kita tuh kecil dan lautannya gede banget, langitnya luas, bulan purnama. Kita sudah coba minta tolong ke manusia teriak-teriak, yaudahlah enggak ada yang bisa tolongin kita selain Allah sudah," kata Ifan.
Singkat cerita, Ifan dan tiga orang lainnya yang betumpu di kotak hitam itu selamat sampai daratan. Dalam kondisi lemas, Ifan akhirnya di bawa ke salah satu klinik terdekat dengan menumpangi kendaraan warga sekitar.
ADVERTISEMENT
Setelah sampai di Daratan dan Selamat
Setelah istirahat dan bersih-bersih, Ifan yang kala itu kondisinya sudah mulai baik, kembali menuju pantai untuk mencari istri, keluarga, serta personel band Seventeen lainnya.
Meski warga lainnya sempat takut akan bahaya tsunami susulan, Ifan tetap berani kembali sekitar area panggung acara, tempat di mana band Seventeen tampil. Semua orang pun sempat melarang dirinya kembali lokasi tsunami tersebut.
"Gue cuma berpikir di situ, kita kan mau berbuat baik, masa sih Allah melarang kita berbuat baik. Simpel saja. Tapi gue enggak konyol lah, gue juga selalu liat ke pantai, gue selalu liat rute track buat gue lari. Gue tetap waspada. Di situ gue nyari dari jam 01.00 WIB, sampai sekitar dua jam lah di sana," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Ketika tiba di pinggir pantai sekitar lokasi acara, Ifan masih mendengar ada orang-orang yang meminta tolong dari tengah laut. Ia pun tak bisa membantu banyak lantaran tak ada transportasi yang dapat menyelamatkan mereka di tengah laut.
Saat itu pula, Ifan berpikir agar jangan sampai ada anggota keluarganya atau personel Seventeen yang berada di tengah laut tersebut. Ia tetap optimis mereka selamat dan berada di daratan.
"Gue mencari-cari kemungkinan saja. Terus sampai akhirnya gue cari telepon dan hubungin orang rumah, ternyata katanya keluarga yang ikut pada selamat. Idhan kembaran gue udah telepon katanya selamat," tuturnya.
Kemudian Ifan, langsung bergegas menuju salah satu klinik di kawasan Tanjung Lesung, untuk menemui anggota keluarganya. Ia juga bertemu dengan beberapa kru band Seventeen yang selamat.
ADVERTISEMENT
Namun di klinik tersebut, istri Ifan belum ditemukan keberadaannya. Ia juga sempat percaya dengan kabar yang beredar bahwa Dylan selamat dari gelombang tsunami.
"Sampai hari terakhir di sana, gue masih percaya kalau Dylan masih selamat. Di saat yang lainnya udah enggak berani turun ke bawah, gue berusaha cari sendiri. Akhirnya gue pinjam salah satu motor warga untuk memastikan sendiri apakah istri gue selamat atau enggak. Karena kalau bukan gue yang cari istri, siapa lagi?" ungkapnya.
Kabar simpang siur yang mengatakan Dylan selamat sempat membuat Ifan kecewa. Apalagi ia sudah mengunjungi beberapa klinik dengan jarak tempuh sekitar dua jam, ternyata istrinya tidak ditemukan.
"Tapi kan yang di lokasi hatinya hancur, up and down. Ini gue udah ngejar nih pakai motor, sampai sana enggak ada, hancur itu. Dan itu terjadi berulang kali, terus selama tiga hari," ucap Ifan.
ADVERTISEMENT
Istri Ifan 'Seventeen', Dylan, Ditemukan
Jenazah Andi, drummer Seventeen (cokelat) dan Istri Ifan 'Seventeen', Dylan Sahara (putih). (Foto: Aprilandika Pratama/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jenazah Andi, drummer Seventeen (cokelat) dan Istri Ifan 'Seventeen', Dylan Sahara (putih). (Foto: Aprilandika Pratama/kumparan)
Setelah beberapa hari setelah kejadian tsuami berlangsung, akhirnya Ifan menemukan Dylan. Meski saat itu kondisi sang istri sudah tidak lagi bernyawa. Perasaan kangen pun sempat dirasakan Ifan saat tidak dapat bertemu dengan sang istri beberapa hari.
"Karena pada dasaranya gue enggak pernah pisah sama istri lama-lama, berhari-hari. Jadi misal Seventeen manggung tuh, sehari atau dua hari, itu kalau manggung lebih dari dua hari, biasanya dia nyusul. Jadi ketika tiga hari enggak ketemu, ya gue kangen," beber Ifan sembari menenggak air mineral.
Ifan mengatakan bahwa saat ditemukan kondisi istrinya sudah hampir tidak dikenali. Kondisi tubuhnya bengkak dan terdapat beberapa luka. Namun, Ifan pun langsung terkenang dengan sosok Dylan yang selalu ingin terlihat cantik di depan suami, meskipun baru bangun tidur.
Keromantisan Riefan dan Dylan saat berlibur bersama. (Foto: Instagram/@ifanseventeen)
zoom-in-whitePerbesar
Keromantisan Riefan dan Dylan saat berlibur bersama. (Foto: Instagram/@ifanseventeen)
"Jadi yang pertama gue katakan adalah, 'Wah cantik banget ya, jangan khawatir'. Logis aja sih, mungkin waktu dia (Dylan) bilang, 'Yah aku enggak cantik'. Jadi saat itu gue berusaha menenangkan," ujarnya yang berusaha untuk tegar.
ADVERTISEMENT
Setelah kejadian tersebut, Ifan mengaku masih memiliki rasa trauma. Ia bahkan merasa merinding ketika mendangar suara ambulans lewat. Apalagi selama tiga hari di lokasi bencana, ia kerap mendengar suara ambulans mondar-mandir.
"Terus jadi gampang capek, sensitif, kayak anak kecil. Dan gue pun sebenarnya sadar, 'Ini kenapa sih, gue udah tua, enggak gini seharusnya'. Makanya untuk saat ini gue mau recovery dulu. Insyallah kalau gue udah kuat, gue udah siap mengemban tanggung jawab, sebagai satu-satu yang masih bisa cari nafkah untuk keluarga besar Seventeen," imbuh Ifan 'Seventeen'.