Kata Kikan Namara soal Masalah Penyebaran Hoaks

8 Mei 2018 7:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kikan eks Cokelat. (Foto: Munady Widjaja)
zoom-in-whitePerbesar
Kikan eks Cokelat. (Foto: Munady Widjaja)
ADVERTISEMENT
Mantan vokalis grup musik Cokelat, Kikan Namara menjadi salah satu figur publik yang ikut gerakan 'Generasi Warbyasak'. Perempuan 41 tahun itu merasa prihatin melihat banyaknya permasalahan penyebaran hoaks dan berita buruk yang semakin marak seiring dengan perkembangan teknologi.
ADVERTISEMENT
Kikan mengatakan hoaks terkadang juga dimanfaatkan beberapa orang untuk meraih popularitas secara instan. Ia tidak setuju dengan hal tersebut. Seharusnya, mereka menunjukkan prestasi dibanding melakukan hal-hal kontroversi.
"Orang-orang menganggap menjadi terkenal adalah hal yang hebat. Segala cara ditempuh, termasuk dengan melakukan hal kontroversial dan menyebarkan hoaks untuk terkenal. Terkenal itu harusnya bukan jadi tujuan, tetapi itu bonusnya. Terkenal itu konsekuensi yang mengiringi saat seseorang berprestasi," kata Kikan saat ditemui di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Senin (7/5).
Menurut perempuan kelahiran Jakarta itu, popularitas yang diraih karena prestasi akan lebih bertahan lama jika dibanding melakukan kontroversi. Figur publik yang mengutamakan kontroversi akan kalah bersaing dengan orang yang bekerja keras untuk meraih prestasi.
ADVERTISEMENT
"Kalau kontroversi pasti tidak akan long last, tapi kalau dengan prestasi itu akan diingat sampai puluhan tahun," ucap Kikan.
Kikan eks 'Cokelat'. (Foto: Alexander Vito/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kikan eks 'Cokelat'. (Foto: Alexander Vito/kumparan)
Meski bukan berita buruk, perempuan bernama asli Namara Surtikanti itu pernah secara tidak sadar salah menyebarkan informasi. Ia merasa tidak enak dengan perbuatannya tersebut
“Suatu hari aku mendapat message bahwa ada lembaga yang ingin membagikan Al-Quran berhuruf braile untuk kaum tunanetra secara gratis, itu bagus dong. Setelah itu, aku langsung share itu di grup WhatsAppp,” kata Kikan.
“Tiba-tiba, ada yang nongol dan bilang dia sudah menghubungi dan ternyata event bagi-bagi Al-Quran itu sudah selesai. Saat itu, merasa bodoh banget karena tidak cek dulu. Aku malu banget karena sudah sebar di berbagai grup WhatsApp, akhirnya aku mohon maaf ke semuanya," tambahnya.
Kikan (Foto: Garis Gustavian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kikan (Foto: Garis Gustavian/kumparan)
Selain tergabung dalam gerakan 'Generasi Warbyasak', Kikan juga merupakan salah satu anggota Duta Damai Dunia Maya yang berada dibawah naungan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme. Bersama gerakan itu, Kikan secara nyata bergerak demi terciptanya ruang media sosial yang semakin sehat dan ramah dari tindakan radikalisme dan terorisme bawah tanah yang terselubung dan berbahaya.
ADVERTISEMENT
Meski banyak anak muda milenial melihat hoaks sebagai hal kecil, menurut Kikan banyak pihak yang bisa merugi karenanya. Ia pun memberi contoh salah satu kasus hoaks yang menghebohkan jagat maya di Indonesia akhir-akhir ini.
“Kasus telur palsu kemarin itu saja 'kan, konyol, dan membuktikan bahwa mayoritas orang indonesia sangat tidak kaya secara pengetahuan. Saat ada klarifikasi, beritanya tuh kurang booming dibandingkan hoaks telur palsunya,” ujar Kikan.