Kisah 'Philosophy Gang' hingga Pembangunan GWK di Docs By The Sea 2018

9 Agustus 2018 14:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Acara Docs By The Sea 2018 di Hotel The Patra, Kuta, Bali, Kamis (9/7/2018). (Foto: Regina Kunthi Rosary/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Acara Docs By The Sea 2018 di Hotel The Patra, Kuta, Bali, Kamis (9/7/2018). (Foto: Regina Kunthi Rosary/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sebanyak 31 proyek film dokumenter telah dipresentasikan dalam Docs By The Sea 2018, forum global hasil kerja sama In-Docs dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), yang digelar di Hotel The Patra, Kuta, Bali, pada 2-9 Agustus.
ADVERTISEMENT
Dari 102 proyek film dokumenter, 21 di antaranya terseleksi dan telah diikutsertakan dalam Docs By The Sea Lab and Forum. Sementara itu, dari 100 proyek film dokumenter yang didaftarkan, 10 di antaranya dipresentasikan dalam program IF/THEN Shorts.
Ada 11 hasil karya anak bangsa di antara 31 proyek film dokumenter tersebut. Sebanyak enam proyek dipresentasikan di Docs By The Sea Lab and Forum, sedangkan lima lainnya diikutsertakan dalam IF/THEN Shorts.
Beragam kisah disajikan para pembuat film Indonesia melalui proyek mereka. Mulai dari 'Philosophy Gang'--album pemberontakan pertama di Indonesia yang dipopulerkan oleh mendiang Harry Roesli, bahan bakar hasil daur ulang sampah plastik, hingga pembangunan Garuda Wisnu Kencana (GWK).
ADVERTISEMENT
Melalui film berjudul 'Philosophy Gang: Your Fantasy Right Here!', Gerry Apriryan selaku sutradara serta Alvin Yunata dan Maulana Aziz sebagai produser menyajikan kisah mengenai upaya Harry Roesli dan grup musiknya mengkritisi pemerintahan Indonesia sebagai bentuk perlawanan lewat album 'Philosophy Gang' pada 1973. Proyek yang dipresentasikan pada Selasa (7/8) itu berhasil menarik perhatian para decision-maker.
"Alhamdulillah, sih, bagus responsnya. Sekarang kami lagi open dulu sampai akhirnya nanti menentukan akan dengan siapa. Banyak banget soalnya (yang tertarik membantu)," ujar Alvin Yunata di sela acara, Kamis (9/7).
Proyek film 'The Plastic Bag Journey' juga mendapat apresiasi baik kala dipresentasikan pada Kamis (9/7). Gugun Junaedi selaku sutradara dan Lutfi Wahyudyanti selaku sutradara sekaligus produser menyajikan kisah tentang perjuangan Dimas Bagus Wijanarko yang tak hanya membuat mesin pendaur ulang sampah plastik menjadi bahan bakar, namun juga menyosialisasikannya kepada masyarakat luas.
ADVERTISEMENT
'Sculpting The Giant' tak kalah menarik. Film yang disutradarai oleh Rheza Arden Wiguna dan Banu Wirandoko serta diproduseri oleh Maulanan Aziz dan Caesario Barkah itu menyajikan cerita mengenai perjalanan Nyoman Nuarta dan timnya dalam membangun GWK selama 28 tahun.
Direktur Program In-Docs Amelia Hapsari mengakui bahwa sekitar setengah dari proyek-proyek film Indonesia yang dipresentasikan dalam Docs By The Sea 2018 sangat menarik minat para decision-maker.
"Yang dapat sorotan itu banyak. Ada 'Help Is On The Way?' tentang training TKI, 'The Flame' tentang pembakaran hutan. Yang tentang GWK juga banyak. 'Philosophy Gang' tentang Harry Roesli itu juga banyak peminatnya," tutur Amelia.
Proyek-proyek film dari luar Indonesia pun menyajikan kisah yang tak kalah menarik. 'Never Been Kissed', misalnya. Proyek yang begitu diapresiasi oleh para decision-maker kala presentasi, Kamis (9/7), tersebut berkisah tentang seorang perempuan berusia 28 tahun bernama Ly yang belum pernah berkencan dengan lelaki sepanjang hidupnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Deputi Akses Permodalan Bekraf Fadjar Hutomo mengatakan bahwa Docs By The Sea 2018 mendapat apresiasi yang memuaskan dari banyak pihak.
"Dari kesaksian para mentor dan pengambil keputusan, kualitas ide dan para filmmaker--mereka memuji--bahwa lebih baik dari tahun lalu. Dari sisi decision-maker-nya juga, saya kira, makin beragam yang datang, Afrika, Eropa, Amerika, dan Asia sendiri. Bahkan, saya juga menerima compliment dari mereka tentang bagaimana Docs By The Sea telah meletakkan Indonesia di dalam landscape documentary film. Artinya, ini sudah masuk di kalendernya mereka untuk hadir. Jadi, event ini dianggap penting," tandasnya.