Pernah Alami Kekerasan Verbal, Nova Eliza Semangat Jadi Aktivis

2 April 2018 11:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nova Eliza (Foto: Munady)
zoom-in-whitePerbesar
Nova Eliza (Foto: Munady)
ADVERTISEMENT
Selain sibuk di dunia hiburan, Nova Eliza juga rutin terlibat dalam kegiatan sosial. Nova pun mendapatkan label aktivis saat dirinya tergabung dalam Yayasan Suara Hati. Keterlibatan perempuan kelahiran Banda Aceh 4 Juni 1980 ini sudah digelutinya sejak tahun 2015.
ADVERTISEMENT
"Ketika aku mendapat label aktivis, aku tidak pernah mengkategorikan bahwa aku itu aktivis. Tapi ada yang beranggapan bahwa kegiatan yang sudah aku lakukan selama ini dari Yayasan Suara Hati Perempuan itu membawa aku jadi label aktivis," ungkap Nova saat ditemui di fX Sudirman, Jakarta Pusat.
Kegiatan yang dilakukan pemain film 'Aku Ingin Ibu Pulang' ini merupakan aksi sosial yang bergerak dalam bidang pemberdayaan perempuan dan mengedukasi masyarakat untuk menghentikan kekerasan terhadap perempuan.
"Dari tahun 2015 kita itu bikin kegiatan yang melibatkan public figure dan masyarakat. Kita pengin share kepada masyarakat untuk setop kekerasan pada perempuan karena kadang-kadang ada stigma yang sulit dijalan itu sudah lumrah yang dilakukan oleh para lelaki," pungkas Nova.
ADVERTISEMENT
"Ketika ada perempuan cantik atau perempuan yang ditaksirnya padahal itu juga bagian dari kekerasan. Cuman itu masih ringan. Hal-hal seperti itu kita pengin mengedukasi masyarakat," sambungnya.
Nova sendiri mengaku pernah menjadi korban kekerasan secara verbal. Hal itu sempat membuat dirinya menjadi trauma. Ia pun menjadikan hal tersebut sebagai pembelajaran dan dirinya tergerak untuk fokus mendalami isu-isu kekerasan terhadap perempuan.
"Aku enggak bisa ceritakan di sini karena panjang, tapi aku pernah mengalami hal itu (kekerasan secara verbal). Sampai sekarang aku masih terus belajar dulu seluk-beluknya," jelas Nova.
Pemain film 'Kartini' ini juga pernah mengikuti seminar PBB di New York. Nova mengaku senang mengikuti kegiatan tersebut karena dapat belajar soal menjadi single parent yang berusaha memberikan manfaat untuk masyarakat.
ADVERTISEMENT
"Aku ambil itu sebagai pecutan supaya aku bisa terus memiliki karya di Indonesia. Ilmu yang aku serap di workshop PBB aku terapkan di Indonesia, semoga ada manfaatnya.
"Tema yang diangkat adalah bagaimana melibatkan perempuan dan anak-anak gadis remaja yang ada di pedesaan dan perkampungan agar bisa lebih diperhatikan dan dilibatkan dalam rangka menghentikan kekerasan, pemberdayaan perempuan. Fokusnya kita harus ke daerah-daerah karena di daerah aksesnya lebih sedikit," tutupnya.