Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
5 Masalah Pelajar yang Sering Diangkat Dalam Drama Korea
26 September 2018 18:55 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
![Siswa di Korea Selatan (Foto: YouTube @KBS World TV)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1537961515/jkzk5oigchgvy6glhewn.jpg)
ADVERTISEMENT
Kehidupan siswa di sekolah menjadi salah satu tema yang sering diangkat dalam drama Korea . Untuk memberikan kesadaran akan masalah sosial di kalangan pelajar, para sineas Korea mengemasnya dalam bentuk drama seri yang bisa disaksikan oleh masyarakat. Tak hanya di Korea Selatan, diharapkan dengan mengangkat tema ini, juga mengundang kepedulian dari seluruh publik internasional.
ADVERTISEMENT
Berikut ini lima isu yang biasa ditampilkan dalam drama Korea yang bertemakan pelajar sekolah.
1. Siswa pintar yang tertekan karena orang tuanya
Karakter sudah sering diangkat dalam drama Korea. Sebut saja karakter Kim Hee Chan dalam drama 'School 2017', Lee Hyo Shin di 'The Heirs', dan Kwon Soo Ah di drama 'Cheer Up!'.
Mereka biasanya memiliki prestasi cemerlang di sekolah, karena tuntutan serta tekanan dari orang tua yang justru menjadikan mereka stres, bahkan depresi. Para orang tua juga sering digambarkan selalu membandingkan prestasi yang diraih anaknya dengan siswa berprestasi lainnya.
Meski pintar namun hasil ujian menjadi salah satu momok yang paling menakutkan bagi mereka, sehingga tak jarang mereka rela melakukan segala hal untuk mendapatkan nilai yang bagus. Termasuk melakukan tindakan nekat seperti mencuri soal ujian bahkan bunuh diri.
ADVERTISEMENT
2. Pengaruh orang tua dalam sistem pendidikan sekolah
Pengaruh orang tua, menjadi salah salah satu yang sering ditampilkan dalam drama Korea . Misalnya orang tua yang memiliki kekuasaan hingga mampu mengatur sistem pendidikan sekolah.
Misalnya karakter Choi Hyun Mi di drama 'Cheer Up!' yang mengancam wali kelas dari putrinya, Kwon Soo Ah. Hal ini dilakukan agar sekolah memberikan keistimewaan bagi putrinya. Ia selalu mengandalkan kekuasaan serta dana bantuan yang pernah diberikannya kepada yayasan sekolah, untuk mendapatkan keinginannya.
3. Bullying
Tindakan bullying merupakan salah satu isu yang paling sering terjadi, tak hanya di kalangan pelajar di Korea Selatan, namun juga internasional.
Kebanyakan siswa yang mendapat bullying merupakan sosok yang dianggap memiliki kekurangan. Contohnya seperti karakter Lee Eun Bi di drama 'School 2015'. Ia digambarkan sebagai pelajar yang tak memiliki teman di sekolah, bahkan selalu menyendiri karena tak ada orang yang mau bergaul dengannya.
ADVERTISEMENT
Tindakan bullying ini juga sering berakhir dengan korban mengalami depresi, stres bahkan nekat melakukan bunuh diri. Sementara pelaku bullying, biasanya diceritakan sebagai sosok yang memiliki kekuasaan, dan sering lolos dari jerat hukum.
4. Kesenjangan finansial antara siswa kaya dan tak mampu
Para pencinta drama Korea pasti ingat dengan 'Boys Over Flowers' yang dibintangi Lee Minho. Drama ini memang menceritakan dengan gamblang, soal jarak antara siswa kaya raya dan mereka yang mendapat beasiswa karena tidak mampu.
Tema ini cukup sering diangkat dalam drama Korea, termasuk pada drama 'The Heirs' yang lagi-lagi dibintangi oleh Lee Minho.
Pada kenyataannya, meski tak semua, kesenjangan finansial antar pelajar memang sering terlihat. Ada saja pelajar yang memilih teman-teman yang dianggap 'setara', dan enggan bergaul dengan mereka yang dianggap 'bukan levelnya'.
ADVERTISEMENT
5. Guru korupsi
Karakter Choi Kyung Ran di drama 'Cheer Up!' dan Yang Do Jin dalam drama Korea 'School 2017', digambarkan sebagai guru yang korupsi. Mereka mendapatkan 'dana' tambahan dari wali murid, yang ingin anak-anaknya mendapat nilai sempurna di kelas. Isu memberikan dan menerima suap ini sering terjadi di banyak sekolah.
Isu ini juga sering terjadi di kalangan pelajar. Tak perlu berupa uang, dengan maksud agar nilai anak mereka sempurna, para orangtua sering memberikan 'hadiah' mewah dengan maksud tertentu kepada oknum guru.
Tentu tindakan tidak terpuji ini sangat merugikan bagi siswa lain, yang belajar dengan sungguh-sungguh, untuk mendapatkan nilai bagus.