5 Panduan Mengolah Telur untuk MPASI Bayi

27 September 2018 20:18 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi telur ayam kampung sebagai menu MPASI bayi. (Foto: Wikimedia commons/Sakurai Midori )
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi telur ayam kampung sebagai menu MPASI bayi. (Foto: Wikimedia commons/Sakurai Midori )
ADVERTISEMENT
Pernahkah Anda mengolah telur untuk jadi makanan atau MPASI bayi, Moms? Bila belum, coba deh! Karena telur yang kaya protein serta mengandung banyak nutrisi lain sayang dilewatkan sebagai menu MPASI bayi.
ADVERTISEMENT
Tapi sebelumnya Anda perlu mengetahui bagaimana cara yang tepat mengolah telur menjadi MPASI. Cara yang tepat tidak hanya dapat menjamin kesehatan si kecil tapi juga membuat bayi bisa memperoleh manfaat dari telur.
Agar bayi dapat memperoleh manfaat optimal, ini panduan dalam mengolah telur untuk jadi MPASI bayi:
1. Prioritaskan kuning telur
Sebagian besar kekayaan sumber nutrisi itu di antaranya zat besi, kalsium, aneka jenis vitamin dan mineral terdapat pada bagian kuning telurnya. Maka dari itu, sebaiknya dahulukanlah pemberian bagian tersebut untuk si kecil tersayang.
Selain karena nutrisinya, memprioritaskan kuning telur juga dapat mengurangi risiko alergi. Kenapa? Putih telur lebih sering menyebabkan alergi pada anak dibandingkan kuning telur! Jadi untuk mengenalkan telur pada bayi, beri dulu kuningnya. Bila tidak ada reaksi alergi, beri juga bagian putihnya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana jika setelah makan kuning telur anak menunjukkan reaksi alergi? Maka tunda pemberiannya sampai bayi berusia 1 tahun.
Kuning telur untuk MPASI Bayi. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Kuning telur untuk MPASI Bayi. (Foto: Thinkstock)
2. Sajikan dalam kondisi matang
Telur setengah matang dengan kondisi bagian kuning yang meleleh, memang begitu menggoda. Sayangnya hal ini justru dapat merugikan buat bayi. Dikutip dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), telur setengah matang dapat mengandung bakteri Salmonella. Bakteri tersebut dapat masuk ke dalam telur, melalui kulit telur yang retak.
Risiko infeksi dari bakteri ini sebenarnya bisa menyerang siapa saja. Tapi balita berisiko empat kali lebih besar mengalami gejala keracunan makanan, berupa salmonellosis dibanding orang dewasa. Risiko ini semakin tinggi untuk bayi apalagi yang baru berusia 6 bulan.
Telur rebus (Foto: flickr/ vanessa lollipop)
zoom-in-whitePerbesar
Telur rebus (Foto: flickr/ vanessa lollipop)
3. Tidak dimasak terlalu lama
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, pastikan Anda juga tak memasak telur dalam waktu terlalu lama. Alih-alih demi menghindari kondisi telur yang setengah matang, hal ini justru akan mengikis kualitas protein.
Tanda Anda sudah merebusnya dalam waktu lama yakni muncul garis berwarna hijau atau keabu-abuan pada telur. Waktu terbaik untuk memastikan telur matang pada waktunya yakni Anda bisa merebusnya selama 8-10 menit.
Tempe mengandung protein baik untuk MPASI bayi. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Tempe mengandung protein baik untuk MPASI bayi. (Foto: Thinkstock)
4. Jangan berlebihan
Meskipun telur mengandung nutrisi baik sebagai menu MPASI bayi, namun pastikan Anda tak menyediakannya terus-terusan. Sebab telur juga mengandung kolestrol cukup tinggi, yang berisiko membuat si kecil mengalami kenaikan berat badan atau obesitas.
Anda bisa menyediakan kuning telur 1-2 seminggu sekali dan menyediakan makanan lain sebagai sumber protein. Misalnya daging ayam, daging merah, tahu dan tempe.
ADVERTISEMENT