50 Anak dari 23 Kota di Indonesia Buat Maklumat di Hari Sumpah Pemuda

30 Oktober 2018 12:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ada 50 anak dari 23 kota di Indonesia yang tinggal, bermain dan belajar bersama dengan masyarakat desa Genting, Semarang, Jawa Tengah, sepanjang akhir pekan lalu.
ADVERTISEMENT
Tentu saja bukan tanpa alasan. Mereka adalah anak-anak usia setara SD dan SMA peserta 49 pendidikan alternatif yang menjadi peserta Kongres Anak Merdeka yang merupakan bagian dari Pertemuan Nasional II Jaringan Pendidikan Alternatif di sana.
Berlangsung sejak Jumat (26/10) hingga Minggu (28/10), anak-anak ini mengawali pertemuan mereka di hari pertama dengan berdiskusi hingga membuat kesimpulan pemaknaan nilai-nilai kebangsaan.
Anak-anak peserta Kongres Anak Merdeka belajar dari masyarakat desa Genting (Foto: Dok: JPA)
Di hari ke dua, kongres yang diselenggarakan atas kerjasama Sanggar Anak Akar, Yayasan Setara, Sanggar Akar Institute, Erudio School of Art, Komunitas Peduli Musik Anak, Rumah Inspirasi, Sanggar Anak Alam, Sekolah Raya, dan Yayasan Festival film Pelajar Jogja ini memiliki agenda yang tak kalah menarik dari hari pertama.
Para peserta berdialog, menyampaikan harapan-harapan mereka tentang pendidikan dan kebudayaan bahkan memberi usul pada Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilman Farid.
Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid, berdiskusi dengan 2 peserta Kongres Anak Merdeka (Foto: Dok: JPA)
Salah satu peserta memberi usul, “Anak-anak sekarang condong lebih berkiblat ke budaya luar, sebaiknya kami di ajak merantau ke tempat yang jauh dari negara sendiri untuk menumbuhkan rasa rindu kepada budayanya”.
ADVERTISEMENT
Hal ini ditanggapi oleh Hilmar Farid, “Saya akan fasilitasi keinginan anak-anak dari pendidikan alternatif untuk merantau bukan ke luar negeri tapi ke luar pulau masing-masing untuk menyaksikan ragam budaya Indonesia yang kaya”.
Tidak membuat patah semangat, tanggapan Hilman ini justru membuat anak-anak semakin antusias dan tertantang untuk melakukan sesuatu. Seorang anak dengan mantap berkata, "Saya dan teman-teman suka membuat video. Kalau Bapak, mau membuat video tentang ragam budaya Indonesia jadi sekeren video-video K-Pop itu, kami siap membantu!"
Kagum dengan usul dan semangat anak-anak ini untuk berkontribusi pada negeri, Hilmar berseloroh, "Anak-anak ini pantas jadi Dirjen!"
Suasana Kongres Anak Merdeka (Foto: Dok: JPA)
Keceriaan para peserta Kongres Anak Merdeka (Foto: Dok: JPA)
Tidak hanya sampai di situ, di Kongres Anak Merdeka ini anak-anak juga membahas peran mereka di lingkungannya, mulai dari lingkungan keluarga, desa atau daerah masing-masing, hingga negara. Hasil diskusi dipaparkan dalam bentuk poster dan pertunjukan seperti drama, lagu dan puisi.
ADVERTISEMENT
Ada kelompok yang membahas tentang pendidikan dari rumah, tentang stigma desa yang dianggap terbelakang, hingga tentang menghidupkan toleransi dan persahabatan di masyarakat perkotaan dan upaya memperkuat rasa kebangsaan.
Diskusi para peserta akhirnya menghasilkan satu maklumat yang merupakan seruan mereka untuk memaknai nilai-nilai kebangsaaan dan dibacakan tepat di hari Sumpah Pemuda. Berikut, isinya:
1. Pemerintah harus mengoptimalkan ruang untuk meningkatkan kualitas budaya lokal termasuk dalam upaya mempromosikan 

2. Pemerintah memperkenalkan pendidikan alternatif kepada masyarakat secara serius dan konsisten
3. Pemerintah tidak membedakan proses perolehan ijazah untuk semua anak 

4. Masyarakat tidak mengstigma pendidikan alternatif 

5. Masyarakat harus menerapkan perilaku kebangsaan secara konsisten 

ADVERTISEMENT
6. Keluarga mendengar dan memahami suara anak 

7. Keluarga secara konsisten menanamkan nilai-nilai kebangsaan 

8. Keluarga harus memahami bahwa setiap anak memiliki potensi, minat dan bakat yang berbeda.
Kongres Anak Merdeka jadi bagian Pertemuan Nasional II Jaringan Pendidikan Alternatif (Foto: Dok: JPA)
Keren sekali ya, Moms? Tidak heran kalau kegiatan yang diselenggarakan atas kerjasama lembaga-lembaga pegiat pendidikan alternatif didukung oleh banyak pihak. Selain Hilmar Farid, masih ada sederet tokoh lain yang mendukung dan turut hadir pada pembukaan kongres ini.
Di antaranya, Dirjen PAUD dan Dikmas, Harris Iskandar, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, ekonom Faisal Basri dan Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufik Damanik. Semoga saja, seruan anak-anak ini terdengar dan menggerakkan sebanyak mungkin pihak agar dapat terwujud demi kebaikan penerus bangsa.
ADVERTISEMENT