Alasan Kenapa Ancaman Tidak Ampuh buat Anak Menurut

23 Juni 2018 12:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Katakan tidak pada anak. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Katakan tidak pada anak. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Banyak orang tua kehabisan akal untuk mengendalikan anak atau membuat anak mau menurut. Akhirnya, tidak sedikit yang memilih mengancam anak. Ancaman, dianggap salah satu cara paling mudah untuk mendapatkan hasil secepat mungkin. Padahal ancaman hanya ampuh sesaat saja tapi tidak efektif untuk jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Mengapa begitu? Bila Anda terbiasa menggunakan ancaman bila ingin anak melakukan sesuatu, maka anak akan terbiasa dan kembali mengabaikan Anda. Akibatnya, Anda perlu selalu meningkatkan atau memberi ancaman yang ‘lebih keras’ daripada yang sebelumnya. Capek, ya?
Anak yang sering diancam juga cenderung terbiasa diancam dulu baru mau melakukan sesuatu. Ini tidak mendidik anak untuk menjadi lebih bertanggung jawab dan juga akan berpengaruh pada rasa percaya diri anak.
Ilustrasi anak main smartphone.  (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak main smartphone. (Foto: Thinkstock)
Pakar komunikasi antara orang dewasa dan anak-anak yang diakui dunia internasional, Adele Feber, dalam bukunya How to Talk so Kids Will Listen and Listen so Kids Will Talk, mengatakan kalau ancaman adalah bentuk rasa tidak percaya orangtua atas kemampuan anak untuk mengatur diri dan hidupnya sendiri. Karena ketidakpercayaan inilah, orang tua lantas merasa ancaman dibutuhkan untuk memastikan anak melakukan tugas-tugasnya.
ADVERTISEMENT
Adele juga mengingatkan, anak yang terbiasa diancam kemungkinan besar justru akan tumbuh menjadi anak yang tidak percaya diri, mudah takut, atau sebaliknya cenderung memberontak. Tidak mau dong, Moms, berakhir seperti ini?
Jadi apa yang sebaiknya dilakukan orang tua? Sebaiknya, Anda mengajarkan anak tentang konsekuensi dari tindakan-tindakannya baik baik muapun buruk. Bagaimana caranya?
Pertama, berikan pilihan yang mudah dipahami oleh anak. Misalnya, "Bantu Ibu cuci piring sekarang supaya kamu masih punya waktu nonton televisi sebelum tidur, atau cuci piringnya nanti tapi kamu enggak nonton televisi sama sekali.”
Jam Weker (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Jam Weker (Foto: Thinkstock)
Kedua, beri batasan tegas. “Ibu akan berangkat ke kantor pada pukul 6.30 dan bisa sekalian lewat depan sekolahmu. Kalau kamu belum siap pada pukul 6.30 itu, kamu bisa berangkat sekolah sendiri naik angkot."
ADVERTISEMENT
Ketiga, tetapkan aturan yang jelas. Sampaikan aturan ini di awal dan pastikan anak paham apa saja yang menjadi tugas atau kewajibannya berikut konsekuensi jika ia tidak memenuhinya. Dengan begitu, Anda tidak perlu lagi mengancam. Jika anak lalai, tinggal ingatkan saja peraturannya. Selamat mencoba!