Anak Bertubuh Pendek Belum Tentu Stunting, Begitu Pula Sebaliknya

25 Januari 2019 18:04 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak stunting. (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak stunting. (Foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Permasalahan stunting pada anak masih jadi perhatian serius di Indonesia. Data terbaru Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Indonesia saat ini sebesar 30,8 persen. Angka tersebut masih jauh di atas ambang yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) yaitu sebesar 20 persen.
ADVERTISEMENT
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mendefinisikan bahwa stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Sayangnya, banyak orang tua yang belum paham betul tentang masalah stunting ini. Mereka menganggap bahwa stunting selalu terjadi pada anak yang berperawakan pendek. Padahal menurut Dokter Anak Spesialis Nutrisi dan Penyakit Metabolik, Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K), anak yang bertubuh pendek tidak selalu mengalami stunting. Karena bisa jadi anak bertubuh pendek akibat faktor keturunan, bukan karena stunting.
"Jangan melihat orang pendek langsung otomatis stunting," kata Dokter Damayanti dalam acara media workshop Frisian Flag MilkVersation di Djakarta Theatre, Rabu (23/1).
Ilustrasi anak Indonesia.  (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak Indonesia. (Foto: Shutterstock)
Cara membedakan antara anak bertubuh pendek akibat stunting dengan anak berperawakan pendek karena faktor genetik adalah dengan memantau kondisi berat badan anak terlebih dahulu. Anak yang stunting selalu diawali dengan penurunan berat badan yang dilanjutkan dengan penurunan fungsi kognitif atau kemampuan intelektualnya.
ADVERTISEMENT
"Stunting selalu diawali dengan penurunan berat badan. Kemudian bukan langsung pendek ya, ditengah-tengahnya mengalami penurunan fungsi kognitif. Nah baru terakhir dia stunting," katanya.
Dokter Damayanti mencontohkan beberapa tokoh terkenal yang berperawakan pendek, namun bukan mengalami stunting. Mereka adalah Pemimpin Mongolia yang menaklukkan Asia Genghis Khan, Presiden Otoritas Nasional Palestina Yasser Arafat, Kosmonot Yuri Gagarin, komponis musik klasik Beethoven, PM Uni Soviet Nikita Kruschev, Presiden Indonesia yang ke-3 BJ Habibie, dan Presiden Indonesia yang ke-4 Gus Dur.
Adapun faktor utama yang menjadi penyebab terjadinya stunting pada anak adalah karena pemenuhan gizi yang tidak mencukupi khususnya pada fase 1000 hari pertama atau 2 tahun kehidupan anak. Oleh karenanya, Dokter Damayanti menyarankan orang tua agar memenuhi gizi anak dengan memberikan makanan pendamping ASI dengan nutrisi seimbang, yaitu dilengkapi dengan kandungan karbohidrat, lemak dan protein yang tinggi setelah pemberian ASI eksklusif sebagai upaya pencegahan.
ADVERTISEMENT
Selain dengan pemenuhan gizi, kata Dokter Damayanti, pencegahan stunting juga bisa dilakukan dengan beberapa cara di bawah ini.
1. Memastikan anak tidak menderita penyakit penyerta yang meningkatkan kebutuhan nutrisi seperti Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA), diare, Infeksi Saluran Kemih (ISK), dan penyakit bawaan
2. Memastikan bayi atau batita aktif
3. Memastikan bayi dan batita deep sleep atau tidur pulas pada jam 23.00 - 02.00 WIB setiap hari
4. Memantau dengan melakukan pengukuran berat badan, lingkar kepala, dan panjang badan secara teratur sebulan sekali
5. Segera merujuk ke dokter bila bayi atau batita mengalami penurunan berat badan.
Ilustrasi anak stunting. (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak stunting. (Foto: Shutterstock)
Bila orang tua tidak mencegah stunting sedini mungkin, hal ini akan berdampak buruk pada kehidupan si kecil. Dalam jangka pendek, anak yang stunting akan mengalami hambatan perkembangan, penurunan fungsi kekebalan, penurunan fungsi kognitif, gangguan sistem pembakaran lemak. Sedangkan dalam jangka panjangnya, anak bisa mengalami obesitas, penurunan toleransi glukosa, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan osteoporosis.
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana dengan anak yang terlanjur terkena stunting. Apakah bisa disembuhkan?
Dokter Damayanti menjelaskan bahwa anak yang mengalami stunting masih memiliki peluang untuk bisa disembuhkan secara dini apabila penderitanya masih berusia di bawah dua tahun. Bila sudah di atas dari usia tersebut, sudah sangat sulit.
"Pasien stunting bisa diperbaiki di bawah usia dua tahun, tapi jika sudah di atas usia dua tahun itu akan sulit karena kognitifnya sudah susah untuk diperbaiki," katanya.