Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Apa itu Imlek? Begini Cara Menjawabnya bila Anak Bertanya.
15 Februari 2018 14:06 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
ADVERTISEMENT
Anak yang sudah bersekolah mungkin bersorak gembira mengetahui hari Jumat besok mereka akan libur. Sementara si kecil yang belum bersekolah, mendengar kata "Imlek" dari televisi atau orang-orang di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Bukan tidak mungkin, anak lantas bertanya pada Anda, "Imlek itu apa, sih?"
Nah, jangan jawab asal atau sembarangan ya, Moms. Manfaatkanlah kesempatan ini untuk menjelaskan yang benar sekaligus mengajarkan banyak hal lain yang berguna untuk anak meski keluarga Anda mungkin tidak merayakannya.
"Saya suka sekali menjelaskan apa itu Tahun Baru Imlek kepada anak-anak, murid, teman, termasuk para pendidik yang mungkin asing dengan tradisi ini," ujar Weilin Han, pendidik dan pemerhati pendidikan yang juga menjadi konsultan sekolah, pelatih guru dan pembicara seminar di berbagai daerah di Indonesia.
Biasanya, Weilin yang memiliki pengalaman mengajar selama lebih dari 20 tahun ini, akan memulai dengan menjelaskan bahwa Imlek merupakan tradisi merayakan awal dari musim semi.
ADVERTISEMENT
Jadi karena merupakan perayaan awal musim, Tahun Baru Imlek tidak hanya dirayakan oleh agaman tertentu saja. Orang keturunan Tionghoa beragama Kristen misalnya, merayakan Imlek juga.
Weilin menjelaskan, "Memang, bagi pemeluk agama Khonghucu, Imlek menjadi sangat istimewa karena hari ini seperti hari raya atau Lebaran-nya mereka."
Menurut Weilin, orang tua maupun guru dapat menjelaskan pada anak bahwa negara secara konstitusional mengakui Khonghucu sebagai salah satu agama resmi di Indonesia dan karena itu juga, Imlek merupakan Hari Libur Nasional.
Weilin yang juga seorang dosen mata kuliah Pancasila ini lebih lanjut menjelaskan bahwa menjelaskan pada anak mengenai Tahun Baru Imlek juga sesuai dengan Kompetensi Inti dan Dasar di mata pelajaran PPKn yang anak peroleh di sekolah.
ADVERTISEMENT
"Di sana tercantum bagaimana kita, sebagai bangsa Indonesia, patut menghargai keyakinan orang lain dan menerima mereka yang berbeda dengan kita, setara dengan diri kita sendiri," paparnya.
Selain Weilin, kumparanMom (kumparan.com) juga sempat menghubungi beberapa orang tua, guru serta pemerhati anak untuk menanyakan bagaimana cara mereka menjelaskan arti Tahun Baru Imlek sekaligus menjadikan momen ini sebagai kesempatan belajar bagi anak meskipun tidak merayakannya.
1. Kenalkan pada Anak Keunikan Budaya
Tahun ini, Lucky Palupi dan beberapa rekannya sesama guru di Sekolah Kembang , Jakarta Selatan mengenalkan Tahun Baru Imlek dengan menghias sekolah dengan beberapa atribut khas.
Antara lain ada kue keberuntungan, bambu rezeki, juga kipas dengan simbol Fu, Lu, dan Shou. Fu, Lu dan Shou adalah simbol tiga dewa dalam kultur tradisional China yang terkait dengan kebahagiaan, kemakmuran, dan umur panjang.
ADVERTISEMENT
"Di kelas, kami membahas makna dari simbol-simbol tersebut. Anak-anak tertarik sekali membahas uniknya budaya seperti ini," cerita Lucky antusias.
Tidak hanya itu, murid-murid yang sudah besar juga membuat Barongsai ala-ala dari kain dan kertas warna. Barongsai ini kemudian dipakai bermain murid-murid yang masih kecil.
"Jadi merekapun belajar gotong royong, pentingnya memikirkan orang lain, indahnya berbagi sekaligus ada kebanggaan karena bisa membuat sesuatu yang berguna bagi adik-adiknya," tambah Lucky.
2. Jelaskan Anak Berbagai Sistem Penanggalan
Tira, seorang praktisi periklanan, menjelaskan pada dua anaknya bahwa Imlek adalah "Tahun baru". Tira mencontohkan, ia mengatakan pada anak, "Ada beberapa tahun baru yang dirayakan di negara kita. Tahun Baru Masehi, Tahun Baru Islam, Tahun Baru Imlek, dan Tahun Baru Saka. Keren, kan Indonesia?"
ADVERTISEMENT
Bila Anda ingin meniru Tira, jangan lupa jelaskan pada anak untuk mengucapkan “Selamat Tahun Baru Imlek” dan tidak menyingkatknya menjadi “Selamat Imlek” saja. Sebab “Selamat Imlek” artinya “Selamat Kalender Lunar”.
Pada anak yang lebih besar, Anda juga dapat menjelaskan lebih detail pada anak tentang berbagai sistem penanggalan.
"Dari obrolan tentang Imlek, saya menjelaskan pada anak tentang ragam kalender di dunia. Kita browsing saja infonya sama-sama. Seru, lho!" ujar Adinda Simanjuntak, ibu 2 anak yang tinggal di Kemang, Jakarta Selatan.
Ada Imlek atau Kalender Lunar, Kalender Kibti dari Mesir, Kalender Temporeki dari Jepang, Kalender Suku Maya, Kalender Julian, Kalender Gregorius, Kalender Hijriyah, Kalender Saka, Kalender Yahudi hingga Kalender Jawa.
3. Ajak Anak Nonton Barongsai dan Parade Liong
ADVERTISEMENT
Ayah dari 3 orang anak laki-laki, Hagi Hagoromo, lebih suka mengajak anak-anaknya nonton Barongsai dan Parade Liong. "Mereka selalu bersemangat kalau Imlek!" Ide Hagi bisa Anda ikuti sambil menjelaskan pada anak bagaimana pemain Barongsai butuh menguasai keseimbangan, kekuatan, kelenturan juga kekompakan.
4. Ajarkan Anak Geografi
Lain lagi dengan Nina, ibu dua anak yang berdomisili di wilayah Cinere, Depok. Ia memilih mengajak anak membuka peta, menunjukkan di mana China berada lalu bercerita bagaimana manusia di muka bumi saling berpindah, termasuk ke dan dari Indonesia.
"Biasanya kami juga mengikuti Misa Imlek di gereja," ujar Nina, "Di misa itu ada pembagian ang pau dan jeruk. Anak-anak seneng dapat ang pau, bapak ibunya seneng dapat jeruk dan ikut bergembira dengan orang-orang yang merayakannya!"
5. Jelaskan Anak Makna Bersatu dalam Keberagaman
ADVERTISEMENT
Sementara Puti Ceniza dari Bandung, memilih membacakan buku cerita anak berjudul "Cap Go Meh" karya Sofie Dewayani dan Eugiana Gina dari penerbit Litara.
"Ini salah satu buku favorit keluarga kami dan jadi andalan untuk membantu menjelaskan pada anak betapa indahnya bersatu dalam keberagaman," ujar ibu muda pemilik perpustakaan anak Pustakalana ini.
Buku ini bercerita tentang Nisa, seorang anak perempuan muslim, dan Lily seorang anak perempuan Tionghoa. Mereka berdebat soal lontong Cap Go Meh. Menurut Nisa, makanan ini ciri khas tradisi perayaan Hari Raya Idul Fitri di keluarganya. Sementara Lily berkata ini adalah makanan khas perayaan Tahun Baru China.
Nisa dan Lily lantas bercerita mengenai betapa menyenangkannya perayaan kedua hari besar itu dan akhirnya sepakat bahwa ada banyak persamaan yang mereka miliki daripada perbedaan.
ADVERTISEMENT