Arti Pendidikan Menurut 10 Tokoh, dari Pendongeng sampai Psikolog!

2 Mei 2019 18:22 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak Sekolah Dasar Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak Sekolah Dasar Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Selamat Hari Pendidikan Nasional! Jika menelaah dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan sendiri artinya: proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik.
ADVERTISEMENT
Sementara menurut UU No.20 Tahun 2003, definisi pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Tapi sesungguhnya, Moms, arti pendidikan mungkin saja lebih luas daripada definisi di KBBI dan Undang-undang. Setiap individu bisa jadi memandang pendidikan dengan definisi yang berbeda-beda. kumparanMOM mewawancarai 10 tokoh masyarakat, kira-kira apa definisi pendidikan menurut mereka?
Najelaa Shihab. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
Nama Najelaa Shihab rasanya sudah tidak asing lagi di dalam dunia pendidikan. Pendidik sekaligus pendiri sekolah Cikal ini sudah 20 tahun lebih terjun di dunia pendidikan. Kontribusinya pada pendidikan di Indonesia tak perlu ditanyakan lagi. Selain mendirikan sekolah, wanita berusia 43 tahun ini juga menjadi Inisiator Jaringan Semua Murid Semua Guru dan pendiri Keluarga Kita. Najelaa percaya bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama, dan semua orang bisa ambil peran pada pendidikan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Berprofesi sebagai penulis buku anak, Watiek Ideo juga punya definisi sendiri tentang pendidikan. Menurut penulis yang telah menerbitkan sekitar 160 buku itu, pendidikan tak hanya didapat dari sekolah formal saja, tapi bisa dari manapun, termasuk dongeng, saat Anda mendongengi anak, Moms.
ADVERTISEMENT
Aar Sumardiono Foto: Dok. Pribadi
Anak belajar tapi tidak bersekolah, bukan hal yang mustahil dengan homeschooling. Ya, itulah yang dipercaya Aar Sumardiono selaku praktisi homeschooling untuk ketiga anaknya. Ia dan istrinya yakin, bahwa anak-anaknya bisa mendapatkan pendidikan layak, mesti tidak bersekolah formal.
Sejak memutuskan menjalankan homeschooling untuk anak pertamanya yang kini sudah berusia 17 tahun, Aar dan Mira rutin berbagi pengalaman di blog pribadi mereka rumahinspirasi (dot) com. Ia pun menjadi inspirator Klub Oase, klub keluarga dengan anak-anak homeschooling.
Menurut Aar, pendidikan adalah tentang masa depan kita bersama. Bagaimana anak-anak menjalani pendidikannya saat ini, buahnya akan menjadi masa depan kita bersama. Sebagai praktisi homeschooling, Aar berharap, pemerintah bisa mendorong dan memfasilitasi tumbuhnya beragam model pendidikan untuk anak-anak karena setiap anak unik dan masyarakat memerlukan model pendidikan berbeda-beda sesuai nilai-nilai dan visi pendidikan keluarga.
ADVERTISEMENT
Sementara menurut penulis skenario dan produser Film Keluarga Cemara, arti pendidikan adalah awal perubahan yang lebih baik. Dalam dunia pendidikan, Gina juga terlibat dalam inisiatif Sinema Edukasi (SINEDU) bersama Keluarga Kita dan Visinema Pictures.
ADVERTISEMENT
Pendidikan bisa didapat dari mana saja, termasuk saat Anda mendongengi anak, Moms. Selaku pendiri Komunitas Ayo Dongeng Indonesia, Ario Zidni punya pendapat sendiri tentang arti pendidikan. Menurut laki-laki yang akrab disapa Kak Aio ini, pendidikan adalah kehidupan itu sendiri.
Haiva Muzdaliva Foto: Dok. Pribadi
Pernah merasakan menjadi pengajar muda di pelosok Indonesia, membuat Haiva semakin peduli dengan pendidikan di tanah Air. Lulusan apoteker di Institut Teknologi Bandung ini kini menjabar sebagai Direktur Eksekutif Indonesia Mengajar. Haiva percaya, setiap orang punya andil yang besar dalam menciptakan ekosistem pendidikan di negeri ini.
ADVERTISEMENT
Putri Puspita, peneliti Arsakids Foto: Dok. Pribadi
Pendidikan kini bisa didapat dari mana saja, tak terkecuali melalui game edukasi online, salah satunya dapat diakses melalui website arsakids (dot) com. Putri Puspita, selaku peneliti Arsakids menjelaskan, "Kami, ArsaKids, berupaya membuat jembatan ini lebih menyenangkan untuk anak-anak. Melalui buku interaktif, permainan edukatif berbasis digital, dan berbagai media lainnya, kami ingin memberikan pengalaman menyenangkan agar anak-anak bersemangat dalam belajar."
Putri menambahkan, definisi pendidikan sendiri menurutnya adalah jembatan agar setiap manusia bisa menerapkan hal baik pada sesama.
ADVERTISEMENT
Fransiska Oetami Foto: Dok. pribadi
Industri game sering kali menjadi kambing hitam, terjadinya beragam aksi negatif yang melibatkan anak-anak. Berangkat dari keprihatinannya melihat kondisi semacam itu, pasangan suami istri Aranggi Soemardjan dan Fransiska Oetami mendirikan Clevio Coder Camp, kursus pemrograman game untuk anak. Bagi Fransiska, pendidikan adalah membantu seseorang belajar hingga bisa membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik lagi.
ADVERTISEMENT
Karina Adistiana. Foto: Aprilandika Pratama/kumparan
Psikolog pendidikan dan Wakil Ketua Yayasan Peduli Musik Anak Indonesia, Karina Adistiana, punya jawaban sendiri saat ditanya soal arti pendidikan. Psikolog yang akrab disapa Anyi ini memutuskan untuk urun-rembug membenahi sistem pendidikan dengan bergabung dalam Jaringan Pendidikan Alternatif.
Terkait pendidikan di Indonesia, wanita yang juga ambil peran sebagai Wakil Ketua Yayasan Gerakan Musik Anak Indonesia ini punya sikan tegas, "Sudah waktunya kita berhenti menghamba pada ijazah.” Menurut Anyi, pendidikan tak hanya sekolah, tapi maknanya jauh lebih luas dari itu.
ADVERTISEMENT
Dian Sasmita Foto: Dok. Pribadi
Sejak Agustus 2009, Dian Sasmita bersama rekan-rekannya menggerakkan organisasi sosial bernama Kapas. Oganisasi ini mengusung kepedulian dan pembinaan anak-anak dalam kondisi khusus dan rentan (AKKR), khususnya anak-anak yang menjadi penghuni Rumah Tahanan klas I Surakarta.
Seiring berjalannya waktu, nama Kapas berubah menjadi Sahabat Kapas. Kurangnya perhatian pemerintah, khususnya dalam memenuhi kebutuhan anak-anak di dalam Lapas, menjadi alasan utama Sahabat Kapas untuk membantu anak-anak tersebut. Kepada kumparanMOM, Dian mengatakan bahwa pendidikan harusnya bisa diakses dalam bentuk apapun dengan gembira.
ADVERTISEMENT