Awas, Balita Bisa Mengamuk sampai Sakiti Diri Sendiri

12 Juli 2018 16:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak menangis meraung (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Anak menangis meraung (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Anak usia 1 sampai 2 tahun, terkadang menunjukkan frustrasinya dalam bentuk menyakiti diri sendiri. Umumnya, ini terjadi saat balita mengamuk. Pada rentang usia ini, anak memang sudah menjajaki tahapan baru dalam perkembangan kemampuan emosi dan sosialnya.
ADVERTISEMENT
Seperti anak berusia sekitar 15 bulan yang mengalami naik-turunnya emosi, suasana hati anak usia 1 sampai 2 tahun kini bergejolak. Kadang-kadang merasa senang, tapi tak jarang pula ia merasa kecewa, sedih dan marah karena keinginannya tidak terpenuhi.
Hal yang diinginkan dan dapat memicu perilaku menyakiti diri sendiri bisa saja hal kecil menurut orang dewasa. Misalnya anak ingin gelas bermotif tertentu yang tidak tersedia di rumah. Atau ingin rambutnya disisir dengan sisir milik ibu, lantas ia mengamuk karena terlanjur disisir dengan sisir lain.
Namun kadang-kadang, perilaku menyakiri diri sendiri ini bahkan muncul tanpa sebab yang jelas atau tidak dapat dipahami orang dewasa.
Anak menangis saat bermain. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Anak menangis saat bermain. (Foto: Thinkstock)
Bagaimana cara balita menyakiti diri sendiri? Misalnya dengan membenturkan kepalanya ke lantai atau perabotan. Cara lainnya adalah menangis menahan napas hingga wajahnya berubah menjadi merah kemudian bibirnya berubah biru. Bila anak melakukannya lebih lama lagi, ia dapat kehilangan kesadaran.
ADVERTISEMENT
Intinya, secara ekstrem anak melakukan hal-hal yang dapat menyakiti diri sendiri untuk mengancam orang tua agar keinginannya terpenuhi. Perilaku balita menyakiti diri sendiri, juga dapat menyebabkan kematian meskipun kasus seperti ini jarang terjadi. Ngeri ya, Moms?
Meski mengkhawatirkan, orang tua perlu bersikap tenang menghadapi perilaku seperti ini. Ingat, bisa jadi perilaku ini timbul karena kemampuan tolerasi stres dan frustrasi anak yang masih rendah.
Namun Anda juga tidak boleh mendiamkannya. Bila tidak diatasi, bisa jadi anak yang terus menggunakan cara ini untuk memaksakan kehendaknya dan kemudian menjadi manja!
Anak merengek. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Anak merengek. (Foto: Thinkstock)
Apa yang dapat Anda lakukan sebagai orang tua adalah meminimalkan peristiswa yang menyebabkan frustrasi pada anak. Saat anak menyakiti dirinya, Anda perlu menjelaskan bahwa perilaku tersebut merugikan dirinya sendiri. Jelaskan pada anak bahwa perilaku ini tidak dapat diterima. Apapun alasannya, katakan bahwa Anda tidak menginginkan hal ini terulang atau dilakukannya lagi.
ADVERTISEMENT
Katakan hal ini saat anak sudah tenang, Moms. Lalu ajarkan anak cara melepas kemarahan dengan cara lain. Misalnya dengan mengatakan kepada Anda apa yang ia rasakan. Beri anak contoh bagaimana ia harus mengkomunikasikan alasan kekesalannya. Beri pujian jika anak berhasil mengatasi rasa marah atau frustrasinya denga tidak menyakiti diri sendiri.
Jangan lupa, sambil menunggu anak mengerti dan belajar, sebaiknya jauhkan peralatan rumah tangga yang tajam dan membahayakan anak. Simpanlah semuan di laci terkunci. Begitu juga dengan perabotan. Amati apakah ada perabotan yang bisa digunakan anak untuk menyakiti dirinya sendiri. Atau benda-benda lain yang mungkin dipakainya?
Cermati dan catat hasil pengamatan terhadap penyebab perilaku menyakiti diri sendiri ini pada anak Anda. Bila ada yang menurut Anda darurat, tak perlu menunggu masalah berlarut-larut, bawa segera si kecil kepada ahli.
ADVERTISEMENT