Bagaimana Cara Mengetahui Perempuan Positif Hamil Di Era Kuno?

7 September 2018 16:36 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Testpack. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Testpack. (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Kini alat untuk membuktikan Anda benar-benar hamil atau tidak, mudah diperoleh di apotek terdekat. Harganya pun cukup terjangkau, mulai dari Rp 20 ribu. Daripada ragu dan menduga-duga sendiri, Anda bisa memakai test pack untuk deteksi dini di rumah, karena tingkat keakuratannya dikatakan hingga 90%. Setelahnya. pastikan Anda mengecek ke dokter dengan pemeriksaan yang lebih valid serta untuk memastikan kondisi janin dalam keadaan baik.
ADVERTISEMENT
Nah Moms, pernahkah Anda berpikir bagaimana perkembangan tes kehamilan dari zaman dahulu hingga mudah sampai ke tangan Anda seperti sekarang? Yuk kita ulik!
Sejak dulu, urin sudah diandalkan sebagai media untuk menguji kehamilan. Bahkan sejak era Yunani Kuno. Dilansir situs resmi National Institute of Health AS, mulai 1350 SM, perempuan Yunani mengecek kehamilan dengan pipis di atas biji gandum dan jelai.
Tertulis pada dokumen papyrus, jika jelai yang tumbuh artinya perempuan itu mengandung bayi laki-laki. Sebaliknya jika gandum yang tumbuh, ia mengandung bayi perempuan. Namun jika jelai maupun gandum tidak tumbuh, artinya ia tidak hamil. Lalu, penelitian pada tahun 1963 berusaha membuktikan metode kuno ini. Hasilnya, 70 persen urin perempuan hamil memang dapat mempercepat pertumbuhan tanaman.
Ilustrasi ibu hamil. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu hamil. (Foto: Thinkstock)
Sementara warga Mesir kuno, punya cara unik untuk menguji kehamilan. Mereka menaruh bawang putih di dekat atau di dalam vagina perempuan semalaman. Jika keesokannya, perempuan itu mulutnya bau bawang, artinya ia tidak hamil. JIka mulutnya tidak berbau bawang, artinya ia mengandung.
ADVERTISEMENT
Kemudian pada abad pertengahan hingga abad ke-17, metode visuallah yang populer di Eropa. Hanya dengan melihat warna urin, mereka menganggap bisa mendiagnosis berbagai penyakit dan kondisi kesehatan. Misalnya urin ibu hamil dikatakan berwarna kuning lemon pucat dan bening dengan awan di permukaannya.
Pada abad ke-19, banyak teori tentang gejala hamil. Namun ilmuwan belum menemukan tes kehamilan yang bisa diandalkan. Perempuan yang aktif secara seksual disarankan untuk segera menemui dokter begitu merasakan gejala seperti morning sickness.
Sekitar tahun 1920-an, dokter sudah bisa mendeteksi kehamilan lewat perubahan aktivitas hormon. Namun caranya unik. Para ilmuwan menyuntikkan urin perempuan pada tikus, kelinci, bahkan kodok untuk mengetahui positif hamil atau tidak. Sayangnya, butuh waktu yang lama untuk memastikan hasilnya. Hingga 1960-an, seorang perempuan masih harus menunggu dua minggu setelah tes urin untuk mengetahui ia positif hamil atau tidak.
Ilustrasi Ibu Melihat Hasil Test Pack.  (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Ibu Melihat Hasil Test Pack. (Foto: Pixabay)
Menariknya, lompatan terbesar dalam alat tes kehamilan datang dari seorang desainer grafis. Dilansir Smithsonian Magazine, Margaret Crane, desainer grafis yang bekerja di perusahaan farmasi menciptakan alat kehamilan pertama yang bisa digunakan secara mandiri pada 1967.
ADVERTISEMENT
Alat itu disebut Predictor, terdiri atas pemegang klip kertas, pipet, botol dengan pereaksi, rak dan cermin. Memang sederhana, tujuannya agar dapat ditiru perempuan di rumah. Predictor inilah yang menjadi cikal bakal test pack yang terjangkau.
Jadi kita patut bersyukur ya, Moms, kini kondisi hamil atau tidaknya mudah untuk dideteksi sejak dini, termasuk mengetahui risiko-risiko yang mungkin terjadi pada bayi di dalam kandungan. Karena, umumnya kondisi kehamilan pada tiap ibu kerap berbeda.