Bagaimana Menjadi Ibu dari Seorang Transgender?

19 Desember 2017 18:39 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jennifer Sims, anggota transgender militer AS (Foto: AP Photo/Matthias Schrader)
zoom-in-whitePerbesar
Jennifer Sims, anggota transgender militer AS (Foto: AP Photo/Matthias Schrader)
ADVERTISEMENT
Apa yang akan Anda lakukan sebagai seorang ibu bila ada anak Anda yang merasa terperangkap dalam fisik yang salah dan dia ingin menjadi transgender? Sedih, marah, atau malah mendukungnya?
ADVERTISEMENT
Transgender dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan: saat dewasa mengganti jenis kelamin dengan operasi. Secara definisi umum, orang transgender adalah sosok yang merasa jiwanya tidak berada di dalam raga yang tepat. Dengan kata lain: ekspresi gendernya tidak sesuai dengan fisiknya saat dilahirkan.
Nah, bila anak Anda tiba-tiba mengaku sebagai transgender, bagaimana seharusnya kita bersikap? Kemungkinan bakal ada ibu yang menolak habis-habisan atau mungkin juga bakal ada yang mendukung sepenuh hati.
Transgender di Thailand ikut latihan militer (Foto: Athit Perawongmetha/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Transgender di Thailand ikut latihan militer (Foto: Athit Perawongmetha/Reuters)
Banyak ibu di belahan dunia sana yang harus menghadapi persoalan ini. Misalnya Lindsay Peace, seorang ibu di Amerika Serikat yang memiliki anak transgender. Dia mendukung keputusan puterinya yang ingin berubah secara fisik menjadi pria tersebut. Bahkan tato yang sudah terlanjur dibuat dengan gambar anak perempuan, langsung diganti jadi bergambar laki-laki.
ADVERTISEMENT
Seorang ibu lainnya di Inggris tak kuasa untuk kecewa ketika anaknya mengaku sebagai transgender. Sebagai ibu, nalurinya mendorong untuk selalu memberikan dukungan, apa pun yang terjadi.
Bahkan dia sampai membuatkan puisi untuk sang anak. Puisi itu kemudian jadi viral dan jadi perbincangan di mana-mana.
My heart is racing
My mouth is dry,
I bite my lip, I try not to cry
The pressure is sinking me,
My head will soon pop,
The criticism, the hate,
When will it stop
 A headline, opinion, radio debate,
Another scare story, platform of hate
Day after day another attack
The mindless celebrity, the scientist quack
All spouting distortion, spitting out lies
They don’t know the facts, yet pretend to be wise
ADVERTISEMENT
About surgery, hormones, desistance, trends
They couldn’t care less about my child and their friends
"There is a durable biological underpinning to gender identity”
This isn’t a choice.. (Selengkapnya bisa dibaca di sini)
Komunikasi dengan Transgender
Saat berkomunikasi dengan anak yang mengaku transgender, apa yang akan Anda pikirkan pertama kali? Merasa canggung atau bingung? Atau khawatir salah bertanya yang bisa menyinggung perasaan mereka?
Pertanyaan di atas nyaris muncul di kepala semua orang. Rasa canggung, khawatir, dan takut salah bicara, terutama menyangkut hal-hal sensitif seputar kehidupan mereka kerap muncul. Misalnya, soal bagaimana mereka menggunakan toilet sampai kehidupan seksual.
Jadi, sebaiknya bagaimana kita berkomunikasi dengan para transgender?
Manning sesudah dan sebelum transgender. (Foto: Reuters/US Army-Getty Image/Alex Wong)
zoom-in-whitePerbesar
Manning sesudah dan sebelum transgender. (Foto: Reuters/US Army-Getty Image/Alex Wong)
Jack, seorang transgender dari Amerika Serikat memberikan sejumlah tips bagaimana sebaiknya komunikasi dimulai. Sebagai langkah pertama, mulailah dari pikiran. Jangan berpikir negatif atau hal-hal aneh lainnya saat hendak berkomunikasi dengan mereka.
ADVERTISEMENT
“Menjadi seorang transgender itu aneh… Tapi menjadi transgender itu aneh karena semua orang menjadi aneh ketika berada di dekat saya,” kata Jack saat bercerita di Ted Talks.
Jack mengakui orang-orang di sekelilingnya takut untuk salah bicara. Rasa takut itu kemudian membuat orang lain jadi malas bertanya. Situasi yang aneh itu tidak pernah cair karena ketakutan tadi.
Pengalaman Jack berinteraksi dengan orang lain cukup banyak. Kadang dia harus menghadapi pertanyaan soal kehidupan seksual, operasi tubuh, sampai masalah toilet.
“Ketika saya digeledah di bandara oleh pihak TSA, mereka bingung siapa yang harus menggeledah saya, pria atau wanita,” ucapnya.
Isu toilet adalah salah satu persoalan yang selalu mengemuka. Menurut Jack, banyak yang takut ketika berjumpa transgender di toilet. Rata-rata mereka khawatir mendapat perlakuan tidak senonoh.
ADVERTISEMENT
“Padahal saya punya fakta untuk Anda. Lebih banyak anggota kongres AS yang melecehkan seseorang di toilet daripada transgender,” ungkapnya sambil diselingi tawa.
Soal toilet, Jack menyampaikan data sebuah survei tahun 2015 bahwa para transgender justru lebih takut terhadap orang lain daripada orang lain kepada transgender. Bahkan para transgender sampai harus menghindari toilet.
“Banyak transgender punya masalah dengan saluran kemih karena mereka lebih memilih menghindari toilet,” ucap Jack.
Isu lain yang dibahas oleh Jack adalah soal perubahan fisik. Sebagai transgender pria, Jack mengaku tak melakukan banyak perubahan seperti yang dibayangkan oleh banyak orang. Apalagi sampai melakukan operasi perubahan fisik besar-besaran. Alasannya, karena itu berisiko dan harganya cukup mahal.
Ines Rau, model Transgender (Foto: Dok. Playboy)
zoom-in-whitePerbesar
Ines Rau, model Transgender (Foto: Dok. Playboy)
Yang dilakukan oleh Jack selama ini hanya melakukan terapi hormon untuk mengubah suara dan sedikit menumbuhkan jakun agar terlihat macho. Karena itu, dia berharap persepsi soal perubahan fisik itu tidak perlu banyak dipikirkan.
ADVERTISEMENT
Terakhir dia hanya berharap bisa diperlakukan sebagai manusia pada umumnya. Dengan tahu banyak soal kehidupan transgender, setidaknya Anda berusaha berkomunikasi lebih baik, maka sudah membantu menghilangkan stigma negatif yang muncul.
Anda punya pengalaman tersendiri sebagai ibu dari seorang transgender atau punya cerita saat berinteraksi dengan transgender? Silakan berbagi di kolom komentar.