Cara Mengasah EQ Anak

1 Maret 2018 17:13 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak bersahabat (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak bersahabat (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Anda mungkin sudah sering mendengar tentang pentingnya kecerdasan intelegensi (Intelegent Quotient/IQ) anak.
ADVERTISEMENT
Dengan kecerdasan ini, anak mudah mempelajari hal baru, mengalami peningkatan dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah, mendapat nilai bagus di kelas, dan dapat mengerti kompleksitas dunianya.
Di samping itu, tak kalah penting adalah kecerdasan emosionalnya (Emotional Quotient/EQ). Keterampilan ini membuat anak memiliki kesadaran mengenai perasaan yang tengah ia alami dan cara ia mengelolanya. Hal inilah yang memengaruhinya agar ia menjadi anak yang bahagia.
Dilansir kumparanMom (kumparan.com) dari Young Parents, si kecil yang memiliki skor EQ tinggi memiliki kesadaran yang jujur akan suasana hatinya dan cukup mampu mengendalikannya. Pada saat bersamaan, dia peka terhadap berbagai perasaan orang di sekitarnya, baik anak-anak maupun orang dewasa.
Com-Tempat Anak Bermain (Foto: Thinkstocks)
zoom-in-whitePerbesar
Com-Tempat Anak Bermain (Foto: Thinkstocks)
Anda bisa lho, meningkatkan kecerdasan emosional si kecil, Moms. EQ anak berasal dari kombinasi kepekaan yang ia alami dan yang anak pelajari serta interaksi dengan orang lain .
ADVERTISEMENT
Pertama, ajarkan anak mengungkapkan perasaanya lewat kata-kata. Biarkan si lima tahun tahu, kalau Anda ingin sekali megetahui perasaan yang sedang anak alami secara jelas lewat kata-kata, daripada aksi seperti ngambek dan menangis.
Ilustrasi ibu dan anak berdiskusi. (Foto: Freepik)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu dan anak berdiskusi. (Foto: Freepik)
Perlu Anda ketahui, kemampuan bicara dan kosakata anak semakin berkembang pada usia ini. Sehingga Anda juga sedang melatih kemampuan komunikasi verbalnya.
Kedua, ciptakan lingkungan pendengar yang baik. Terapkan ini di rumah, Moms. Saling menghargai orang lain ketika berbicara, dan jangan dipotong di tengah pembicaraan. Dengan begitu, tiap anggota keluarga akan merasa dihargai dan lebih terbuka.
com-Kedekatan Keluarga 2 (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
com-Kedekatan Keluarga 2 (Foto: Thinkstock)
Ketiga, lengkapi bahasa emosionalnya. Perhatikan ini, ketika sedang mendeskripsikan sesuatu secara detail, maka semakin akurat maksud dan tujuan Anda.
Bantu anak memperluas perbendaharaan kata-kata, saat ia mulai menggambarkan perasaannya. Misalnya, kata sedih. Selain kata sedih, terdapat perbedaan kata yang cocok untuk menggambarkan hati, misalnya: kecewa, down, dan tidak setuju. Masing-masing kata memiliki makna dan tingkatan kesedihan yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Kata yang lebih spesifik dapat membantu anak menggambarkan perasaannya.
Keempat, bantu anak mengelola perasaanya. Sebagai contoh, ketika Anda melihat anak sedang gembira, minta anak untuk mempertahankan energi positifnya itu.
Ilustrasi anak bahagia (Foto: Freepik.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak bahagia (Foto: Freepik.com)
Sebaliknya, ketika mendapati anak sedang marah atau sedih, ajak anak berpikir untuk melepaskan energi negatifnya. Dengan begitu anak akan belajar mengelola perasaannya. Selamat mencoba, Moms!