Ciri-ciri Demam Berdarah pada Bayi dan Balita

5 Desember 2018 10:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak demam  (Foto:  Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak demam (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Memasuki musim hujan, sejumlah penyakit berbahaya, seperti demam berdarah dengue (DBD) harus kita waspadai. Memang, populasi nyamuk terasa lebih sedikit di musim hujan. Tapi tahukah Anda kalau nyamuk sebenarnya lebih sering bertelur di musim hujan? Ya Moms, hal tersebut dikarenakan tempat berkembang biak dan pertumbuhan larva nyamuk, yaitu genangan air, lebih banyak tersedia di musim hujan.
ADVERTISEMENT
Demam berdarah dengue dapat menyerang segala usia. Mulai dari bayi, balita, anak-anak hingga orang dewasa. Namun, agak berbeda dengan orang dewasa, gejala demam berdarah yang muncul pada bayi dan balita lebih sulit terdeteksi.
Ilustrasi Mengompres Bayi Demam (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Mengompres Bayi Demam (Foto: Shutterstock)
Mengutip laman Baby Center, beberapa bayi dan balita yang terserang demam berdarah bahkan bisa jadi tidak menunjukkan gejala yang spesifik. Meski begitu, sebagai orang tua, Anda harus lebih waspada dengan perubahan kondisi tubuh anak.
Demam berdarah dengue (DBD) pada bayi dan balita biasanya dimulai dengan gejala demam tinggi, pilek, dan batuk. Demam bisa berlangsung selama seminggu dan mencapai suhu 38-40 derajat celsius.
Ilustrasi bayi menangis akibat diare. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi menangis akibat diare. (Foto: Thinkstock)
Bayi juga akan menunjukkan tanda-tanda lain, seperti lebih sering rewel, menangis, mudah mengantuk, gelisah, timbul ruam, hingga sering muntah. Sementara pada anak usia balita, demam naik turun akan lebih jelas terlihat. Balita juga biasanya mulai bisa mengungkapkan rasa sakit yang dirasakan di bagian mata, adanya nyeri otot, hingga rasa sakit pada kepalanya.
ADVERTISEMENT
Demam naik turun yang terjadi pada anak saat menderita demam berdarah bukannya tanpa sebab. Anda harus tahu bahwa ada 3 fase yang terjadi saat seorang anak terkena demam berdarah. Apa saja?
1. Fase Demam
Ilustrasi anak demam. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak demam. (Foto: Thinkstock)
Fase demam adalah fase di mana gejala yang paling khas tentu saja demam tinggi. Pada fase ini, penderita akan mengalami demam secara tiba-tiba hingga mencapai 40 derajat celcius selama 2 sampai 7 hari. Munculnya demam tinggi pada kasus demam berdarah sering kali disertai dengan gejala-gejala yang sudah disebutkan di atas, seperti kulit memerah, nyeri seluruh tubuh, nyeri otot, dan sakit kepala. Namun, bila demam berlangsung selama lebih dari 10 hari, maka kemungkinan demam tersebut bukanlah gejala demam berdarah.
ADVERTISEMENT
2. Fase Kritis
ilustrasi anak terserang flu (Foto:  thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi anak terserang flu (Foto: thinkstock)
Setelah fase demam, fase kedua disebut fase kritis, yang biasanya menjadi 'pengecoh' karena penderita merasa sudah sembuh dan bisa beraktivitas. Padahal, bila fase ini terabaikan dan tidak segera mendapatkan pengobatan, trombosit penderita akan terus menurun secara drastis dan dapat mengakibatkan perdarahan yang sering tidak disadari. Oleh sebab itu, harus cepat ditangani oleh tim medis karena fase kritis ini berlangsung tidak lebih dari 24-38 jam.
3. Fase Penyembuhan
Tips melatih anak terbiasa bangun pagi (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Tips melatih anak terbiasa bangun pagi (Foto: Shutterstock)
Fase penyembuhan yaitu fase di mana penderita berhasil melewati fase krisisnya. Pada fase ini penderita akan kembali merasakan demam, namun tak perlu terlalu dikhawatirkan. Kondisi tersebut adalah hal yang wajar di mana trombosit akan kembali normal dan cairan tubuh akan kembali secara perlahan pada 48-72 jam setelahnya.
ADVERTISEMENT
Gejala penyakit DBD biasanya berkembang 4-10 hari setelah digigit nyamuk Aedes Aegypti. Jika Anda menemukan gejala-gejala di atas pada bayi atau balita Anda, segera periksakan kondisi si kecil ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang sesuai.