Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Dampak Bila Orang Tua Mengancam Anak Agar Menurut
11 April 2019 8:48 WIB
Diperbarui 11 April 2019 8:48 WIB
ADVERTISEMENT
Mengancam anak , memang tidak terdengar sebagai pola pengasuhan yang ideal. Namun nyatanya, banyak orang tua melakukan hal ini untuk mengendalikan anak atau membuat anak mau menurut.
ADVERTISEMENT
Ancaman, dianggap salah satu cara paling mudah untuk mendapatkan hasil secepat mungkin. Misalnya mengancam tidak mengajak anak ke rumah neneknya bila anak tidak mau menghabiskan makanan, mengancam akan membuang mainannya bila anak tidak mau berbagi dengan saudaranya dan banyak lagi.
Apakah Anda juga pernah melakukannya, Moms? Bila ya, pikirkan kembali dan cobalah untuk tidak lagi melakukannya. Pasalnya, ancaman hanya ampuh sesaat saja tapi tidak efektif untuk jangka panjang.
Mengapa begitu?
Bila Anda terbiasa menggunakan ancaman bila ingin anak melakukan sesuatu, maka anak akan terbiasa dan kembali mengabaikan Anda. Akibatnya, Anda perlu selalu meningkatkan atau memberi ancaman yang ‘lebih keras’ daripada yang sebelumnya. Capek, kan?
Anak yang sering diancam juga cenderung terbiasa diancam dulu baru mau melakukan sesuatu. Ini tidak mendidik anak untuk menjadi lebih bertanggung jawab dan juga akan berpengaruh pada rasa percaya diri anak.
Pakar komunikasi antara orang dewasa dan anak-anak yang diakui dunia internasional, Adele Feber, dalam bukunya How to Talk so Kids Will Listen and Listen so Kids Will Talk, mengatakan kalau ancaman adalah bentuk rasa tidak percaya orang tua atas kemampuan anak untuk mengatur diri dan hidupnya sendiri. Karena ketidakpercayaan inilah, orang tua lantas merasa ancaman dibutuhkan untuk memastikan anak melakukan tugas-tugasnya.
ADVERTISEMENT
Adele juga mengingatkan, anak yang terbiasa diancam kemungkinan besar justru akan tumbuh menjadi anak yang tidak percaya diri, mudah takut, atau sebaliknya cenderung memberontak. Jadi apa yang sebaiknya dilakukan orang tua?
Sebaiknya, Anda mengajarkan anak tentang konsekuensi dari tindakan-tindakannya baik baik muapun buruk. Cobalah memulainya dengan melakukan tiga langkah berikut ini:
1.Beri anak pilihan yang mudah dipahami.
Misalnya, "Ayo bereskan mainanmu sekarang supaya kamu masih punya waktu untuk Ibu bacakan cerita sebelum tidur. Atau beres-beresnya nanti saja, tapi kita enggak baca cerita nanti?”
2.Beri anak batasan yang tegas.
Anda bisa mengatakan, “Ibu akan berangkat ke rumah Nenek pada pukul 8, dan kamu boleh ikut. Kalau kamu belum siap pada pukul 8 itu, kamu bisa tinggal di rumah sama Mbak."
ADVERTISEMENT
3.Tetapkan aturan yang jelas.
Sampaikan aturan ini di awal dan pastikan anak paham apa saja yang menjadi tugas atau kewajibannya berikut konsekuensi jika ia tidak memenuhinya. Dengan begitu, Anda tidak perlu lagi mengancam. Jika anak lalai, tinggal ingatkan saja peraturannya.
Selamat mencoba ya, Moms!