Disleksia pada Anak, Apa Maksudnya?

2 September 2018 18:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Memahami Disleksia pada Anak (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Memahami Disleksia pada Anak (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Kata disleksia mungkin bukan kata yang akrab di telinga Anda. Padahal, kata ini sangat perlu dikenali dan dipahami oleh orang tua khususnya yang memiliki anak usia sekolah. Karena di usia 5 hingga 7 tahun umumnya anak-anak mulai belajar membaca, menulis dan mengeja.
ADVERTISEMENT
Di rentang usia ini jugalah orang tua biasanya mulai dapat mencermati kemampuan anak. Apakah anak tampak mengalami kesulitan atau gangguan belajar? Apakah anak tampak membutuhkan bantuan? Cermatilah, Moms. Karena bisa saja, anak menderita disleksia.
“Disleksia merupakan gangguan proses belajar, ketika seseorang mengalami kesulitan membaca, menulis atau mengeja kata, ” ujar Annelia Sari Sani, S.Psi, psikolog dari Petak Pintar, dalam acara seminar Membongkar Disleksia, pada Sabtu (1/9) di Sekolah Kembang, Kemang, Jakarta Selatan.
Annelia atau yang akrab disapa Anne, juga mengatakan bahwa anak yang menderita disleksia akan mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi bagaimana kata-kata yang diucapkan harus diubah menjadi bentuk huruf, kalimat, dan begitu juga sebaliknya.
Ilustrasi anak disleksia  (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak disleksia (Foto: Thinkstock)
Meski hingga saat ini belum ada penelitian yang pasti, mengapa seorang anak bisa mengalami disleksia, Anne mengatakan bahwa penyebab yang paling mungkin membuat seorang anak mengalami disleksia atau gangguan baca-tulis-eja adalah karena faktor neurobilogisnya.
ADVERTISEMENT
"Disleksia itu masuk dalam kategori Specific Learning Disorder (SLD). Jadi ada gangguan neurologinya. Ganggguan fungsinya ya, jadi bukan organ neurobiologisnya atau sel sarafnya yang rusak, tapi fungsinya yang tidak tepat," Anne menjelaskan. Itulah sebabnya MRI atau CT Scan itu tidak dapat menunjukkan seseorang menderita disleksia atau tidak.
"Ibaratnya kita bisa lihat pepaya merah banget, tapi ternyata tidak manis. Nah, ini sama. Kalau dilihat sel-sel otaknya baik-baik saja, tapi fungsinya itu yang ada gangguan," tambahnya.
Pada seminar kali ini, Anne juga memaparkan bahwa seoarng anak baru bisa dikatakan disleksia itu bila sudah memasuki usia sekolah. "Nggak ada tuh, anak umur empat tahun belum bisa baca terus dibilang disleksia,” tambahnya. Jadi jangan tergesa-gesa melabel anak sendiri ya, Moms.
ADVERTISEMENT
Lalu apa yang harus dilakukan orang tua bila Anda mencurigai si kecil menderita disleksia?
Ilustrasi anak disleksia  (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak disleksia (Foto: Thinkstock)
Anne mengatakan, jika anak segera diketahui memiliki gangguan disleksia, maka langkah paling utama adalah dengan bantuan program belajar khusus. Karena meski disleksia merupakan kondisi yang akan diderita seumur hidup, bukan berarti kondisi ini tidak bisa diperbaiki.
“Bisa diintervensi dengan cara membimbing mereka, dampingi mereka belajar setiap harinya. Dan tentunya dengan cara yang berbeda dari anak yang tidak disleksia," saran Anne.
Anne juga mengingatkan orang tua untuk tidak berputus asa dan mau berusaha terus dan terus. "Ya kalau cara A tidak bisa, kita cari lagi intervensi lain. Kalau tidak bisa juga, kita cari lagi cara lainnya. Tapi yang penting cari dengan sudut pandang yang mereka (penderita disleksia) suka dan nyaman," tutur Anne pada kumparanMOM.
ADVERTISEMENT
Anak dengan gangguan disleksia juga bukan berarti mereka tidak bisa bersekolah, Moms. Bahkan bersekolah di sekolah biasa. “Tapi akan lebih baik jika sekolah tersebut memiliki program pembelajaran individual yang dapat mengakomodasi kendala-kendala yang dialami anak dengan Specific Learning Disorder," tutup Anne.
Nah Moms, perhatikan terus anak Anda dan jangan pernah lelah mendampinginya ya!