Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Hati-hati, Stres pada Anak bisa Memengaruhi Otaknya
16 Mei 2018 11:02 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
Cerita masa kecil akan dibawa sampai dewasa. Apakah itu tentang kebahagiaan, maupun terlalu banyak kondisi menekan yang membuat stres . Bahkan tidak perlu menunggu lama sampai dewasa nanti, Diane Dreher, Ph.D., profesor dari Santa Clara University, California, yang dikutip kumparanMOM dari Psychology Today mengungkap, pengalaman anak yang buruk juga dapat memengaruhi si anak berusia baru masuk sekolah.
ADVERTISEMENT
Di antaranya menyebabkan stres 'beracun' atau stres menahun yang tak biasa, anak berisiko terlibat dalam kenakalan, kecanduan narkoba dan alkohol, hingga memengaruhi kinerja otak anak.
Lebih lanjut, stres yang dapat memengaruhi otak adalah berpotensi membuat kemampuan kognitif menurun hingga berisiko depresi.
"Bila anak semakin terpapar pengalaman buruk, maka akan semakin serius trauma dan risiko gangguan kesehatan yang akan dialami anak," kata Diane.
Kejadian buruk yang dirasa 'berat' itu bisa bersumber dari apa saja, misalnya terlalu sering terpapar orang tua yang bertengkar dan saling memukul di depan anak, si kecil pernah mengalami pelecehan maupun kekerasan seksual, orang tua yang tengah digrebek karena kasus narkoba, dan lain sebagainya.
Lantas, bukannya tanpa harapan untuk dapat melanjutkan hari-hari berikutnya, bagi anak dengan masa kecil yang membuatnya trauma. Menurut penelitian, bila ada satu orang saja yang dapat peduli secara tulus hati, apakah ia orang tua, anggota keluarga, saudara, guru, pelatih, tetangga, maupun temannya, dapat membantu anak tersebut mengembangkan ketahanan dan harapan yang dapat meningkatkan harapan lebih baik pada masa depan.
Bentuk nyata yang bisa Anda lakukan, di antaranya:
ADVERTISEMENT
a. Memahami pengalaman buruk anak dan tidak mudah menghakimi, tiap kali Anda mendapati ia sedang teringat masa lalunya itu.
b. Memberikan perhatian dan menjadi pendengar yang baik. Penting pula untuk membantu dalam memanajemen perasaan dan emosinya, agar ia dapat menyalurkannya ke arah yang positif.
c. Menyekolahkan anak di tempat yang memiliki suasana kondusif, positif, dan sesuai dengan nilai-nilai ajaran keluarga Anda
d. Membiarkan anak punya hewan peliharaan , sehingga ia bisa belajar berbuat kasih, peduli, dan bertanggung jawab.