IDAI: Kasus Diabetes pada Anak Naik 700 Persen dalam 10 Tahun

2 November 2018 16:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diabetes pada anak. (Foto: Thinkstock )
zoom-in-whitePerbesar
Diabetes pada anak. (Foto: Thinkstock )
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Diabetes rupanya tidak hanya menyerang orang dewasa saja, tapi juga anak-anak.
ADVERTISEMENT
Salah satunya terjadi pada Fulki Baharuddin, yang saat itu berusia 9 tahun tapi masih sering mengompol saat tidur. Ibunya, Aisyah Rahmah, mulai curiga dan merasa kondisi itu ganjil. Sebab, ia juga kerap melihat banyak semut mengerubungi lantai kamar mandi yang terasa lengket, setelah Fulki buang air.
Aisyah dan suaminya kemudian membawa Fulki ke rumah sakit dan minta anaknya dicek gula darah. Hasilnya mencengangkan, yakni kadar gulanya 750 mg/dL. Sangat tinggi dibandingkan batas normal yakni 70-180 mg/dL.
“Hari itu juga Fulki harus dirawat opname padahal dari luar dia kelihatan sehat bugar,” cerita Aisyah saat ditemui kumparanMOM di kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, Rabu (31/10).
Fulki Baharuddin, penyintas diabates pada anak. (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Fulki Baharuddin, penyintas diabates pada anak. (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
Fulki ternyata terkena diabetes melitus tipe-1. Kini ia telah berusia 12 tahun dan telah 3 tahun hidup bergantung dengan injeksi insulin.
ADVERTISEMENT
Fulki adalah satu dari ribuan anak yang terkena diabetes pada usia dini. Menurut data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kasus diabetes pada anak usia 0-18 tahun, naik 700 persen dalam 10 tahun. Pada September 2009 hingga September 2018, ada 1213 kasus baru diabetes tipe-1.
Diabetes melitus tipe-1 terjadi karena pankreas yang tidak menghasilkan cukup insulin. Namun yang menyebabkan hal itu bisa terjadi, belum diketahui sehingga memang sulit untuk dicegah, meski begitu penyakit ini tidak menular. Bahkan, hampir 45 persen penderitanya tidak punya riwayat keluarga dengan penyakit serupa. Tipe diabetes ini paling banyak terjadi pada anak.
“Anak yang terkena diabetes tipe-1 adalah orang terpilih. Tapi, siapa saja bisa kena diabetes tipe-1,” papar dr Aman Bhakti Pulungan Sp.A (K), dokter spesialis anak sekaligus Ketua Pengurus Pusat IDAI.
Media Briefing Diabetes pada Anak di Kementerian Kesehatan, Jumat (2/11/2018). (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Media Briefing Diabetes pada Anak di Kementerian Kesehatan, Jumat (2/11/2018). (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
Lain lagi dengan diabetes melitus tipe-2. Penyakit ini cenderung menyerang orang dengan berat badan berlebih atau obesitas yang memiliki gaya hidup tidak sehat. Diabetes tipe ini lebih sering menyerang orang dewasa.
ADVERTISEMENT
Sayangnya kesadaran bahwa diabetes tipe-1 bisa terjadi pada anak masih rendah. Anak seringnya terlambat ditangani karena berbagai alasan seperti orang tua merasa anaknya sehat-sehat saja, gengsi atau salah diagnosis.
Sebanyak 72 persen penderita baru dibawa ke dokter ketika sudah mengalami koma diabetik, yakni kehilangan kesadaran karena komplikasi.
“Kalau ada anak yang sering merasa haus, sering minum, makan banyak, sering ngompol, hal pertama yang harus dipikirkan adalah diabetes. Kalau kita awareness-nya bagus, akan lebih banyak yang ketahuan dari awal. Setiap bulan laporan diabetes tipe-1 hanya dua kasus, masih 20 persen dari prediksi,” tambah dr Aman.
Lebih jauh dr Aman menyarankan agar anak yang kena obesitas, dicek gula darah tiap tahun sebelum menjadi diabetes. Sebab, jika sudah terkena diabetes, biaya pengobatannya akan sangat mahal. Sebanyak 43 persen perawatan diabetes tipe-1 dibiayai sendiri.
Gula dan alat pengukur kadar gula. (Foto: pixabay.com)
zoom-in-whitePerbesar
Gula dan alat pengukur kadar gula. (Foto: pixabay.com)
“Kalau kita lihat biayanya, kalau ada satu anak kena diabetes diperkirakan biayanya hampir 2,5 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan penyakit lain yang ada di muka bumi, termasuk kanker. Sebab pengobatannya seumur hidup, dengan keseluruhan paket insulin, cek gula darah, dan lain-lain,” tutup dr Aman.
ADVERTISEMENT
Jadi bagaimana Moms, yakin si kecil terbebas dari risiko diabetes?