Kenapa Tidak Semua Bayi BAB Setiap Hari?

23 Februari 2018 13:14 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bayi baru lahir  (Foto: Thinstock)
zoom-in-whitePerbesar
Bayi baru lahir (Foto: Thinstock)
ADVERTISEMENT
Ketika baru lahir, Anda mungkin mendapati bayi sering buang air besar (BAB). Ada yang BAB satu kali tapi ada juga yang BAB hingga berkali-kali dalam sehari .
ADVERTISEMENT
Tapi, beberapa minggu berikutnya, pola buang air besar si kecil berubah. Bisa 3 – 5 hari sekali, bahkan ada yang sampai 8 hari sekali.
Ibu baru yang masih serba bingung, biasanya lantas khawatir apakah perubahan pola BAB bayi ini ada kaitannya dengan kualitas ASI atau kecukupan menyusui bayi.
Dikutip dari laman resmi Asosisasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), bagaimana bayi BAB memang dapat menjadi salah satu indikasi atau tanda kecukupan ASI.
Pada hari-hari pertama sejak kelahiran, bayi yang hanya mendapat ASI atau mendapat ASI ekslusif (bayi ASIX), akan mengeluarkan mekonium. Ini adalah kotoran berwarna hijau sangat pekat mendekati hitam yang terkumpul di dalam usus bayi selama masih berada di kandungan, dan akan bayi keluarkan sepenuhnya dengan mudah lancar berkat mengonsumsi banyak ASI.
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, bayi ASIX yang semakin mudah atau sering BAB di hari ketiga kehidupannya berarti dalam keadaan yang baik.
Pada hari kelima, umumnya jumlah tinja bayi meningkat dan frekuensi BAB menjadi 2-3 kali setiap hari. Ada juga bayi yang BAB setiap selesai menyusu dan ini bukan berarti bayi menderita diare.
Nah, memasuki usia 2-6 bulan, frekuensi BAB bayi akan semakin berkurang, misalnya menjadi hanya tiga hari sekali. Hal ini diakibatkan ususnya semakin berkembang, sehingga menyerap ASI lebih sempurna. Sederhananya, hampir tidak ada zat sisa yang mesti dikeluarkan tubuh lewat tinja. Sedikit zat sisa yang berada di usus besar tersebut baru akan dikeluarkan bila jumlahnya sudah menumpuk cukup banyak, sehingga baru terjadi hasrat untuk BAB. Bahkan ada bayi yang tidak BAB selama 20 hari atau lebih.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Anda sebetulnya tidak perlu terlalu terpaku pada rentang waktu bayi ASI tidak BAB, Moms. Selama anak tetap banyak menyusu, buang air kecil, dan tidak menunjukkan tanda-tanda sembelit atau konstipasi berarti si kecil baik-baik saja.
Ilustrasi Bayi Terjaga Saat Menyusui  (Foto: Unsplash )
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bayi Terjaga Saat Menyusui (Foto: Unsplash )
Namun tidak demikian dengan bayi yang mengonsumsi susu formula. Mereka bisa BAB setiap hari sekali. Kebalikan dari ASI, kandungan di dalam susu formula lebih sulit dicerna usus bayi dan meninggalkan lebih banyak zat sisa yang mesti dikeluarkan.
Kelak saat bayi sudah berusia 6 bulan, Makanan Pendamping ASI (MPASI) juga dapat memengaruhi frekuensi, jumlah, dan bentuk tinja bayi. Bila tinjanya keras sehingga anak mengalami kesulitan atau sampai berdarah akibat luka pada anus, pertanda anak terkena sembelit.
ADVERTISEMENT
Segera berikan asupan kaya serat dan cairan dalam menu hariannya. Anda juga bisa membantu meredakannya dengan memandikan bayi menggunakan air hangat sambil memijat perutnya dengan lembut. Bila tidak juga membaik, segera hubungi dokter. Kemungkinan dokter akan memberikan obat pencahar.