Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Psikolog Anak, Roslina Verauli, M.Psi, Psi, mengatakan, di zaman sekarang ini anak-anak sangat kesulitan mengelola emosi negatifnya, sebab orang tua pun kurang memahami cara membantunya. Akhirnya banyak ibu, ketika balitanya mulai marah, langsung buru-buru untuk menenangkannya.
Hal itu pun membuat si kecil kehilangan kesempatan untuk mengelola emosi sendiri, Moms. Tak heran, banyak balita yang punya kecenderungan terlambat bicara, karena tidak terampil mengungkap yang ia rasakan.
"Padahal anak butuh diberikan kesempatan, terutama balita umur 2-3 tahun. Sedari dini, mereka harus bisa terlatih bagaimana bilang, 'tidak' dan mengelola dirinya sebagai individu terpisah dengan lingkungannya," kata Vera kepada kumparanMOM di Summarecon Mall Bekasi, Minggu (8/9).
Ia mengatakan, untuk membantu menenangkannya, ada cara yang dinamakan Verbalized Emotion, yakni menunjukkan emosi dengan kata-kata. Anda bisa memulainya dengan menanyakan bagaimana perasaannya ketika ia mulai merasa marah. Tanyakan apakah ia merasa sedih, marah, atau kesal?
ADVERTISEMENT
Langkah berikutnya adalah tanyakan yang bisa kita lakukan untuk membantunya. Dengan begitu, pengelolaan emosi balita pun bisa terbentuk dengan baik. Jika anak butuh menangis, biarkan ia menangis hingga tenang dengan sendirinya. Setelah reda, barulah kita tanyakan apa yang bisa kita lakukan untuk membuatnya merasa lebih baik.
Namun sayangnya, beberapa ibu merasa tak tega dengan tangisan atau kemarahan balitanya, langsung membantu tanpa membiarkannya mengeluarkan emosi.
"Dampaknya adalah nantinya si anak akan memiliki ketergantungan kepada orang lain, untuk menentukan emosi positif dan negatifnya ketika ia beranjak dewasa. Dia pun akan memiliki pribadi yang self-centre terus-menerus dan akhirnya menjadi anak manja," ujarnya.
Tak hanya itu, orang tua pun lebih sering membentak anak ketika mengeluarkan emosi negatif daripada menenangkannya. Akibatnya kecerdasan emosionalnya pun tidak berkembang. Padahal Moms, balita yang terbiasa mengelola emosinya, justru dia menjadi individu yang mudah berempati dengan orang lain, peka terhadap perasaan orang lain, dan tanggap secara sosial.
ADVERTISEMENT
"Kita bisa melihat banyak orang dewasa tidak kompeten dengan emosinya sendiri, kan. Mungkin sejak kecil ia tidak terlatih untuk mengeluarkan emosinya. Inilah mengapa kita harus melatih anak mengelola emosinya. Jangan sampai anak tidak memiliki kemampuan menguasai emosinya, sebab akan sangat berpengaruh seumur hidupnya," ucap Vera.