Kisah Lisana, Anak Umur 7 Tahun yang Sukses Terbitkan Buku

8 September 2019 17:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penulis buku, Dyah Nareswari Lisana Shidqin. Foto: Instagram/@dibamommy
zoom-in-whitePerbesar
Penulis buku, Dyah Nareswari Lisana Shidqin. Foto: Instagram/@dibamommy
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Moms, apakah anak Anda gemar menulis diary alias buku harian di rumah? Bila ya, sebagai orang tua Anda patut bangga dan mengapresiasi kebiasaan si kecil tersebut. Siapa tahu kelak buku harian milik anak dilirik oleh penerbit untuk dijadikan sebuah buku.
ADVERTISEMENT
Karena seperti itulah kisah Dyah NareswariLisana Shidqin yang akrab disapa dengan panggilan Lisana. Bermula dari hobinya menulis buku harian, kini gadis kecil yang berusia 7 tahun itu sudah menerbitkan sebuah buku yang berjudul "Diary Pertamaku-Bermain Trampolin". Buku yang diterbitkan pada tahun 2019 oleh Balai Pustaka ini sekarang sudah bisa ditemukan di toko-toko buku.
Isinya? Kumpulan cerita Lisana selama liburan sekolah pada 2018 lalu serta tentang kesehariannya bersama keluarga dan teman-teman baik di rumah maupun di sekolah. Diakui sang ibu, Farahdibha Tenrilemba, buku ini merupakan proyeknya bersama Lisana.
Ia melihat anak keempatnya tersebut memiliki bakat dalam menulis dan menggambar. Sehingga ia berpikir untuk mengumpulkan tulisan-tulisan Lisana yang kemudian dibuat untuk menjadi sebuah buku.
ADVERTISEMENT
"Saya sebagai ibu menangkap dia suka sekali menulis dan menggambar. Dia bisa menulis sebelum bisa membaca. Dia bisa menulis huruf tanpa bisa membaca buku. Jadi saya ajak Lisanauntuk konsisten menulis. Saya bilang pada Lisana dia bisa menulis apa saja tentang aktivitasnya sehari-hari, nanti tulisan-tulisannya dikumpulkan jadi buku," ujar Dibha dalam talkshow Temu Lisana pada acara Indonesia International Book Fair pada hari Sabtu (7/9) di Jakarta Convention Center.
Penulis buku, Dyah Nareswari Lisana Shidqin. Foto: Instagram/@dibamommy
Dibha menjelaskan bahwa setiap harinya Lisana memiliki target menulis. Ia diminta untuk menuliskan minimal 3 cerita setiap harinya dalam sebuah lembar HVS. Tulisan-tulisan itu dibarengi dengan gambar-gambar buatan Lisana sendiri.
"Sehari aku nulis 3 cerita. Kalau hari ini aku enggak nulis , besoknya aku nulis yang banyak supaya enggak ketinggalan cerita," kata Lisana.
ADVERTISEMENT
Dibha pun bercerita bagaimana putrinya itu masih sangat polos. Lisana berpikir bahwa penerbitan sebuah buku cukup dengan mengumpulkan tulisan-tulisan lalu dijepit dengan penjepit kertas. Padahal menerbitkan sebuah buku perlu diperlukan penerbit untuk menerbitkan tulisannya.
"Kalau sudah terkumpul tulisannya nanti dicekrek (dijepit dengan penjepit kertas) untuk jadi buku. Aku nulis pas liburan sekolah waktu naik kelas. Nanti tulisannya aku cekrek," kata Lisanasambil tersenyum.
Untungnya selama dua minggu menggarap proyek buku harian ini, Lisana tidak mengalami kendala yang berarti karena ia memang gemar sekali menulis dan menggambar. Kadang-kadang ia hanya butuh pencerahan dari sang ibu mengenai ide tulisan apa yang akan ditulis selanjutnya.
Talkshow Temu Lisana di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Sabtu (7/9). Foto: Wahyuni Sahara/kumparan
"Dia suka mentok. Kalau mulai bingung dia ngajak saya ngobrol soal ide ide tulisan selanjutnya", jelas Dibha.
ADVERTISEMENT
Hal itu juga diakui oleh Rahma yang merupakan editor buku milik Lisana. Menurutnya Lisana adalah anak pintar yang penuh energik.
"Saya sangat berkesan dengan Lisana, anak usia 7 tahun berani bercerita sangat natural. Dia juga bisa menggambar. Karena dia sangat antusias dan welcome sekali, proses bukunya jadi pun enggak lama hanya sekitar 2 bulan", ujar Rahma.
Anda perlu tahu, Moms, judul buku "Diary Pertamaku-Bermain Trampolin" dipilih sendiri oleh Lisana. Ia juga yang membuat ilustrasi untuk cover buku tersebut.
"Dari sekitar 40-an cerita di dalam buku itu, dia milih sendiri judulnya. Karena dia suka main trampolin. Dia juga yang design sendiri cover bukunya termasuk penentuan warnanya. Awalnya dia buat di kertas HVS, terus dikasih ke editor," ujar Dibha.
Penulis buku, Dyah Nareswari Lisana Shidqin bersama Ibunya. Foto: Instagram/@dibamommy
Dibha menjelaskan untuk menerbitkan buku karya Lisana bukanlah hal yang mudah, Moms. Ia pernah ditolak oleh beberapa penerbit karena tidak memiliki kecocokan dengan genre tulisan Lisana.
ADVERTISEMENT
"Perjalannya tidak mudah mencari penerbit yang mengeluarkan buku dengan genre seperti itu. Penerbit tidak serta merta mau karena memang tidak punya genre. Waktu ke Balai Pustaka, karena diterima Lisana senang banget. Saya ajak dia kesana untuk lihat prosesnya", jelas Dibha.
Dibha juga menjelaskan bahwa penerbitan buku itu tujuannya bukan untuk mencari popularitas melainkan mendukung potensi yang dimiliki anak. Ia juga tidak memaksa putri kecilnya itu untuk mau menulis atau pun menyelesaikan proyek ini.
Suasana acara Talkshow Temu Lisana di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Sabtu (7/9). Foto: Wahyuni Sahara/kumparan
"Bila di tengah perjalanan menulis ia berhenti, ya sudah. Saya enggak menekan Lisana. Tujuan menerbitkan buku ini bukan untuk popularitas. Tapi sebagai orang tua yang memfasilitasi apa yang menjadi potensi anak. Kita kenali potensinya, wadahnya dijadikan buku. Sebagai orang tua perlu sekali kita mengenali potensi anak supaya potensinya itu terasah," kata Dibha.
ADVERTISEMENT
Inspiratif sekali ya Moms, kisahnya? Semoga buku Lisana ini dapat memotivasi anak-anak lain untuk berkarya dan jadi inspirasi bagi orang tua dalam mengasah potensi anak-anaknya.