news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kolik pada Bayi: Penyebab dan Cara Mengatasinya

13 Maret 2018 8:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bayi menangis untuk meregangkan otot. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Bayi menangis untuk meregangkan otot. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Jika bayi Anda menangis, cari tahu penyebabnya. Menangis merupakan cara bayi berkomunikasi untuk memberi tahu ada yang tidak nyaman dengan dirinya, seperti saat ia merasa haus atau lapar, popoknya basah, kepanasan, kedinginan atau merasa sakit.
ADVERTISEMENT
Namun, bila Anda tidak menemukan penyebabnya dan bayi terus menangis tanpa henti, bisa jadi ia mengalami kolik, Moms. Kolik pada bayi biasanya terjadi pada usia 2 minggu hingga 4 bulan. Saat kolik, bayi bisa menangis terus-menerus pada malam hari dan susah ditenangkan.
Ada beberapa penyebab kolik yang perlu dipahami. Mengutip laman resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kolik terjadi karena adanya gangguan saluran pencernaan seperti berikut ini:
1. Alergi susu sapi
Ilustrasi susu bubuk. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi susu bubuk. (Foto: Thinkstock)
Rasa tidak nyaman pada saluran pencernaan bisa disebabkan karena bayi alergi susu sapi. Bila ada dugaan alergi, pada bayi yang mendapat ASI, ibu dianjurkan untuk tidak mengonsumsi susu sapi dan olahannya, seperti yoghurt, mentega atau keju.
ADVERTISEMENT
Sementara bila bayi minum susu formula, coba berikan produk formula hipoalergenik yang dapat dikonsumsi bayi untuk sementara.
2. Intoleransi Laktosa
Bayi minum susu (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Bayi minum susu (Foto: Pixabay)
Laktosa adalah unsur karbohidrat yang terdapat di dalam ASI dan susu formula. Pada sebagian bayi, karena perkembangan pencernaannya belum sempurna, bisa terdapat gejala intoleransi laktosa. Bisa karena kadar enzim laktase dalam ususnya belum optimal atau karena asupan laktosa pada bayi berlebihan.
Fenomena seperti ini sebenarnya normal terjadi. Dengan bertambahnya umur, gejala terebut akan berangsur menghilang.
3. Refluks gastroesofagus (GER)
Bayi menangis tidak mengeluarkan air mata. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Bayi menangis tidak mengeluarkan air mata. (Foto: Thinkstock)
Pada bayi, katup antara kerongkongan dan lambung belum sempurna fungsinya. Pada saat lambung terisi susu, katupnya tetap menganga sehingga mudah terjadi aliran balik dari lambung ke kerongkongan.
ADVERTISEMENT
Bila aliran balik tersebut cukup banyak, bisa keluar melalui mulut yang kita kenal sehari-hari sebagai gumoh. Paparan asam lambung pada selaput lendir kerongkongan bisa menimbulkan iritasi dan rasa sakit.
Meski tak berbahaya dan akan membaik dengan sendirinya, penanganan untuk menenangkan bayi yang kolik tetap diperlukan, seperti:
- Memijat perut bayi dengan lembut
- Menggendong bayi selama menangis
- Memandikan bayi dengan air hangat
- Bawa bayi ke kamar yang tenang, sejuk dengan pencahayaan redup, agar membantu membuatnya lebih tenang
Bayi sehat (Foto: Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
Bayi sehat (Foto: Unsplash)
Untuk meminimalkan terjadinya kolik, biasakanlah menyendawakan bayi setelah menyusu dengan cara menepuk-nepuk punggungnya dengan lembut.
Kalau bayi minum susu formula dengan botol, Anda juga bisa memeriksa dot yang digunakannya. Lubang dot yang tidak sesuai bisa menyebabkan bayi menelan lebih banyak udara daripada cairan. Bila ragu, coba konsultasikan pemilihan botol dan dot bayi ini pada dokter anak Anda.
ADVERTISEMENT
Tapi di samping semua penanganan itu, Anda tak boleh stres ataupun frustasi jika bayi sedang kolik ya, Moms. Hal tersebut bisa menyebabkan emosi Anda tidak terkendali saat menangani bayi.
Jika Anda kelelahan, Anda bisa mengalihkan pengasuhan bayi untuk sementara kepada suami ataupun kerabat yang dapat dipercaya.