Lebih Baik Mana, Bayi Diberi Empeng atau Tidak?

30 Mei 2019 20:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi empeng atau dot bayi Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi empeng atau dot bayi Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Begitu melihat empeng atau pacifier, kebanyakan orang pasti mengaitkannya dengan bayi. Ya Moms, benda satu itu seakan-akan jadi barang wajib yang harus dimiliki bayi. Kerabat atau teman Anda mungkin juga telah memberikannya sebagai kado untuk si kecil.
ADVERTISEMENT
Namun sebagian ibu masih ragu memberikan empeng atau dot kepada bayinya. Pasalnya, penggunaan empeng masih sering menjadi pro dan kontra. Sebenarnya lebih baik mana, bayi diberi empeng atau tidak, ya?
kumparanMOM bertanya pada dr Wiyarni Pambudi, SpA, IBCLC, dosen ilmu kesehatan anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara, dokter anak dan konsultan laktasi. Menurutnya penggunaan empeng maupun botol dot tidak dianjurkan untuk bayi yang masih menyusu ASI karena dapat menyebabkan bingung puting.
“Bingung puting terjadi ketika bayi lebih memilih dot daripada puting ibu. Oleh karena itu para konselor ASI tidak menganjurkan bayi yang masih menyusu dikenalkan pada dot,” jelas dr Wiyarni saat dihubungi kumparanMOM pada Selasa (28/05).
Bayi diberi empeng Foto: Pixabay
Meski bayi sudah tidak menyusu pun, penggunaan empeng juga tidak disarankan. Bahkan dr Wiyarni menjelaskan empeng lebih banyak membawa dampak negatif daripada manfaat.
ADVERTISEMENT
Pada usia 0-18 bulan, bayi berada pada fase oral di mana ia memang sangat senang mengisap sesuatu di mulutnya. Oleh karena itu bayi suka mengisap jempolnya untuk mencari kenyamanan atau self soothing. Agar tidak mengisap jempol dan tidak rewel, banyak ibu menggantinya dengan empeng.
Menurut dr Wiyarni, cara itu sebenarnya kurang bijak Moms. Sebab jika sudah terbiasa diberi empeng, bayi akan lebih susah disapih.
“Akan lebih susah menyapih bayi yang terbiasa diberi empeng karena ia akan mencari lagi dan lagi. Bahkan bisa lebih susah daripada menyapih dari ASI,” jelas dr Wiyarni.
Memberikan empeng kepada si kecil juga bisa diikuti risiko kesehatan. Jika tidak ada yang mengawasi, bayi bisa saja memasukkan lagi empeng yang jatuh ke dalam mulutnya. Hal inilah yang berisiko menyebabkan diare.
Biarkan bayi mengisap jari atau jempolnya Foto: Shutterstock
Radang telinga tengah juga lebih mudah dialami bayi yang terbiasa ngempeng. Risiko jangka panjang antara lain perubahan bentuk rahang dan dapat mempengaruhi pertumbuhan gigi yang dikenal dengan istilah 'pacifier teeth'.
ADVERTISEMENT
Alih-alih menenangkan bayi dengan empeng, dr Wiyarni menyarankan orang tua untuk mencari cara lain. Misalnya dengan memeluk bayi atau mengajaknya ngobrol yang bisa mempererat ikatan emosional bayi dan orang tua. Dengan begitu bayi akan lupa hendak memasukkan jempol ke dalam mulutnya.
“Bayi sebenarnya mengisap jempol saat merasa tidak nyaman, enggak ada yang bisa dilakukan. Kalau orang tua merespons dengan mengajaknya ngobrol, diajak bernyanyi, bayi akan lupa ingin memasukkan sesuatu dalam mulutnya,” tutup dr Wiyarni.