Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Kehadiran bayi selalu diidam-idamkan bagi pasangan menikah dan belum kunjung punya anak. Ini karena kehamilan bagi mereka, tak selalu mudah dan bahkan penuh perjuangan. Tapi tak perlu berkecil hati dulu, sebab ada teknologi yang memungkinkan Anda dan suami juga bisa punya anak. Dua di antaranya adalah program inseminasi dan bayi tabung.
ADVERTISEMENT
Inseminasi adalah teknologi yang membantu kehamilan dengan menyemprotkan sperma yang sudah diseleksi ke dalam rahim calon ibu. Ini bertujuan agar sperma bisa bergerak lebih mudah untuk mencari sel telur.
"Inseminasi itu masih relatif mudah, tapi kalau mau inseminasi, dokter harus mengecek dulu level spermanya berapa, saluran telurnya tersumbat atau enggak," kata CEO Morula In Vitro Fertilization (IVF), Dokter Ivan Sini, SpOG, usai acara Morula IVF Indonesia, "Ultimate Services, Tingkatkan Kepercayaan Pejuang Buah Hati di Morula IVF Indonesia", di Jakarta, Selasa (8/10).
Sementara bayi tabung adalah teknik pembuahan di mana sel telur dibuahi di luar tubuh calon ibu. Prosesnya terdiri dari mengendalikan proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur dari ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair.
ADVERTISEMENT
Lantas dari dua cara ini, manakah yang lebih baik?
"Kalau pasien masih muda, siklus haid masih bagus, spema pasangannya juga masih bagus, itu kita beri pengobatannya bertahap, lalu kita tawarkan dulu inseminasi. Tapi angka keberhasilannya kan cuma 10 persen. Jadi banyak pasangan yang mengeluh, kok cuma 10 persen sih kecil sekali. Tapi cost-nya lebih affordable (terjangkau)," papar Ivan.
Karena peluang kemungkinannya kecil, membuat mereka akhirnya langsung memilih program bayi tabung. Sebab pertimbangannya adalah 50-60 persen angka keberhasilannya, tapi tentu dengan cost yang lebih tinggi.
"Tapi ada juga yang langsung kita sarankan untuk melakukan program bayi tabung. Contohnya saluran rahimnya buntu, itu enggak bisa lagi (menggunakan inseminasi). Atau katakanlah spermanya 5 juta per cc, itu juga tidak mungkin (menggunakan inseminasi), atau juga katakanlah spermanya 0, itu harus bayi tabung," jelasnya.
Sebenarnya Moms, keputusan baik itu inseminasi atau bayi tabung, tergantung indikasi kesehatan setiap pasangan, karena masing-masing pasangan punya masalah yang berbeda. Misalnya, ada pasangan yang melaksanakan program inseminasi baru sekali, lalu bisa langsung cepat hamil. Tapi belum tentu dengan pasangan lainnya.
ADVERTISEMENT
Metode apapun itu yang dipilih, maka sudah semestinya dilakukan secara efektif dan efisien. Bila usia pernikahan Anda sudah lebih dari 1 tahun, juga selama itu rutin berhubungan seks tanpa pengaman tapi tak juga hamil, konsultasikan diri Anda dan pasangan ke dokter. Dokter akan mengecek untuk kemudian menimbang penanganan atau program hamil yang paling sesuai dengan kondisi Anda serta suami.
Live Update