Mengajarkan Anak agar Mampu Mengelola Emosi

23 Desember 2017 14:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak cemas (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak cemas (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Anak-anak sering menghadapi persoalan mengontrol emosi. Meskipun kemarahan adalah emosi yang normal dan harus diungkapkan, ada beberapa ekspresi kemarahan yang bisa membuat seorang anak justru menjadi kasar dan agresif.
ADVERTISEMENT
Mengendalikan emosi memang bukan perkara yang mudah bahkan untuk orang dewasa sekalipun. Tapi hal tersebut bukan berarti tidak bisa ditangani. Anak perlu mengetahui bagaimana cara menyalurkan amarahnya dengan cara yang sehat dan aman. Hal ini bertujuan untuk mengajarkan anak agar mengidentifikasi tanda-tanda kemarahan dan menemukan cara yang tenang dan produktif sebelum melakukan tindakan.
Jika emosi mampu dikendalikan dengan cara yang baik, maka kebiasaan itu akan membantu anak menghindari ledakan - ledakan kemarahan yang bisa menyakiti anak Anda dan orang di sekitarnya. Berikut adalah beberapa cara yang bisa membantu anak untuk mengelola kemarahan mereka dengan cara yang lebih baik:
1. Ajarkan Cara Menenangkan Diri
Istirahat adalah cara paling membantu untuk meredakan amarah seseorang. Jika anak Anda sedang marah, jangan bereaksi atau menegurnya. Hal tersebut malah dapat memicu kemarahannya.
ADVERTISEMENT
Beri mereka waktu sejenak agar anak merasa lebih tenang. Bawa ia masuk ke kamarnya dengan suhu udara yang dingin agar ia memperoleh ketenangan. Pergi ke tempat yang tenang, jauh dari apa yang menyebabkan kemarahan, juga bisa membantu anak untuk tenang.
Namun, jika anak Anda justru agresif dan cenderung bersikap kasar, hentikan mereka segera. Buatlah anak Anda duduk terdiam selama satu atau dua menit untuk 'mendinginkan' pikiran mereka.
Ajarkan mereka untuk latihan pernapasan dan melakukan sejumlah gerakan yoga agar mereka tenang sebelum kemarahan yang mengendalikan diri mereka. Berjalan-jalan di luar rumah dan menghabiskan waktu sendirian juga dapat membantu mereka merelaksasikan perasaan dan pikiran mereka.
Ilustrasi anak cemas. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak cemas. (Foto: Thinkstock)
2. Belajar Mengungkapkan Perasaan
Jangan biasakan anak meluapkan amarah tanpa alasan. Anak-anak biasanya cenderung berteriak, menjerit, memukul, menendang, dan melempar benda saat mereka marah karena mereka tidak tahu bagaimana mengekspresikan kemarahannya secara verbal.
ADVERTISEMENT
Ajarkan mereka kata-kata emosi yang berbeda dan cukup baik untuk memberi tahu Anda bagaimana perasaan mereka yang sebenarnya. Beberapa kata yang bisa digunakan untuk mengungkapkan perasaan adalah 'marah', 'bahagia', 'takut', 'geram', 'gugup', 'cemas', 'jengkel', dan 'kesal'.
Begitu Anda mengajarinya, dorong anak untuk menggunakan kata-kata tersebut ke dalam sebuah kalimat, seperti "Saya sangat marah sekarang!" Atau "Saya marah padamu" atau "Dia mengganggu saya." Tak perlu khawatir, karena berbicara selalu merupakan cara yang lebih baik untuk mengekspresikan amarah daripada menendang, meninju, menggigit, melempar, dan menghancurkan barang.
3. Jangan Biasakan Memendam Amarah
Begitu emosi muncul, maka adrenalin akan terpompa dan detak jantung akan meningkat. Saat tingkat adrenalin meningkat, kita merasa lebih energik dan kuat serta cenderung berbicara lebih keras. Perubahan dalam tubuh ini meningkatkan risiko agresi dan kekerasan. Untuk mencegahnya, penting untuk mengalihkan semua adrenalin tersebut kepada sesuatu yang lebih produktif dan tidak terlalu berbahaya.
ADVERTISEMENT
Memukul tas, meneriakkan bantal, atau hanya terlibat dalam aktivitas fisik seperti berlari, berenang, atau bermain olahraga adalah beberapa kegiatan pengelolaan kemarahan yang paling efektif untuk anak-anak.
4. Berempati Pada Anak Anda
Tanpa rasa empati, Anda akan kesulitan untuk mencari cara untuk mengelola amarah seorang anak. Bujuk anak Anda untuk membicarakan sesuatu yang memancing kemarahannya. Bantu mereka mengenali perasaannya apakah mereka marah, frustrasi, atau hanya kesal pada sesuatu saja.
Bila Anda 'berempati', Anda akan mampu memahami perasaan tanpa menghakimi mereka. Saat Anda terbuka untuk mendengarkan, anak akan merasa lebih tenang.
Ilustrasi Peluk Anak  (Foto: thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Peluk Anak (Foto: thinkstock)
5. Berikan Pujian
Amarah berlebihan bisa diredam dengan sikap yang luhur. Anda dapat membiasakannya dengan memberi pujian di saat anak melakukan hal baik. Jadi saat anak Anda berperilaku baik, pujilah mereka dan hargai usaha mereka, namun jangan berlebihan.
ADVERTISEMENT
Berilah pujian dengan takaran yang wajar. Mengingat bahwa pujian pun bisa berdampak buruk bagi anak. Tidak menutup kemungkinan, anak hanya akan mengharapkan penghargaan dan mungkin mengalami kesulitan dalam menangani kritik dari orang lain. Sama halnya dengan pentingnya memuji perilaku yang baik, maka mengingatkan perilaku yang salah pada anak dengan cara yang halus, serta membantu mereka memperbaikinya sebetulnya memiliki nilai yang sama-sama baik.
6. Tetapkan Contoh yang Baik bagi Anak
Perilaku seorang anak berkaca dari orang tuanya. Baik buruknya perilaku anak bergantung pada bagaimana orang tua mendidik mereka. Apakah anak Anda melihat banyak percakapan dan teriakan yang penuh amarah di rumah? Jika iya, maka cara yang bisa dilakukan agar anak mampu mengekspresikan kemarahan dengan cara yang aman dan tepat, adalah dengan memberi contoh.
ADVERTISEMENT
Jadilah orang tua yang dapat dijadikan panutan. Bila Anda melakukannya, anak-anak Anda akan meniru Anda dan mencoba mengatasi kemarahan mereka tanpa bersikap agresif atau melakukan kekerasan.
7. Terapkan Batasan
Anak Anda boleh saja marah, sejauh tidak sampai melampaui batas. Apa saja batasan yang tidak boleh dilampaui?
Kadar toleransi orang tua akan mencapai batasnya ketika kemarahan anak sudah sampai merusak fisik dan mengumpat. Beberapa di antaranya adalah memukul, menendang, menggigit, mencubit, atau menggunakan kekerasan fisik.
Pastikan batasan-batasan tersebut menjadi aturan yang tidak tertulis. Pastikan Anda dan anak-anak memahami peraturan ini dan menjalankan konsekuensinya saat salah satunya ada yang melanggar.
Anak main sepeda (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Anak main sepeda (Foto: Pixabay)
8. Aktivitas Fisik untuk Luapkan Kemarahan
Kemarahan anak bisa juga dilampiaskan melalui aktivitas fisik, sejauh aktivitas itu tidak melukai orang lain. Anda bisa menggunakan tas atau bantal sebagai medium untuk melampiaskan kemarahan anak. Aktivitas fisik juga ada batasnya. Jangan mengizinkan anak untuk menerapkan gerakan memukul yang akan membiasakan tindak kekerasan pada anak.
ADVERTISEMENT
Anda juga bisa mengajarkan anak untuk menuliskan perasaan mereka pada selembar kertas. Lalu menyobeknya hingga menjadi potongan kertas yang berkeping-keping. Menggambar atau melukis menggunakan warna juga bisa menjadi cara yang bagus untuk menenangkan pikiran dan mengubah kemarahan menjadi sesuatu yang kreatif.