Moms, Begini Cara Hadapi Hoaks atau Kelompok Anti Imunisasi

29 April 2019 14:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi hoaks Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hoaks Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Tahukah Anda apa persamaan imunisasi dengan politik? Dua-duanya jadi sasaran empuk informasi tidak benar atau hoaks! Ya Moms, saat ini, ada banyak sekali informasi tidak benar atau hoaks seputar imunisasi yang disebarkan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. Mereka bukan ahli imunisasi, bahkan banyak yang sebenarnya tidak mengerti sama sekali.
ADVERTISEMENT
Padahal, sudah ada banyak sekali penelitian ilmiah terbaru yang membuktikan imunisasi aman dan penting. Badan penelitian di berbagai negara juga membuktikan bahwa dengan meningkatkan cakupan imunisasi, maka penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi berkurang secara signifikan. Penyakit-penyakit ini, berisiko sakit berat, kecacatan hingga kematian, Moms!
Karenanya bila merasa ragu tentang imunisasi, kita perlu mencari informasi dan bukti-bukti dari sumber yang bisa dipercaya. Dari para ahli yang memang memahami masalah ini, misalnya.
Ilustrasi anak imunisasi Foto: Shutterstock
"Jangan bertanya pada orang yang tidak paham, nanti jawabannya ya juga tidak bisa dipertanggungjawabkan," demikian pesan Prof. DR. dr. Soedjatmiko , SpA (K), Msi., Sekretaris Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada acara konferensi pers Pekan Imunisasi Dunia, Senin, 22 April 2019 di Aston Suites, Jakarta.
ADVERTISEMENT
Mewakili IDAI, Prof.Soedjatmiko juga memberikan tips bagaimana cara menghadapi hoaks atau kelompok anti imunisasi. Yuk, simak!
Jangan dengar atau baca hoaks anti imunisasi yang tak berguna Foto: Shutterstock
Hoaks imunisasi umumnya bersumber dari pendapat perorangan atau pribadi di dalam dan luar negeri berdasarkan asumsi-asumsi sebelum tahun 2000-an, yang sangat berbeda dengan hasil penelitian ilmiah terbaru hingga tahun 2019. Karena itu, bila menghadapi hoaks atau kelompok anti imunisasi, sebaiknya:
1.Jangan dibaca dan jangan disebarluaskan.
Mengutip laman Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, orang yang menebarkan informasi palsu atau hoaks di dunia maya bisa dijerat beberapa pasal sekaligus. Ya Moms, penebar hoaks akan dikenakan KUHP, Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), Undang-Undang No.40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis.
ADVERTISEMENT
Penebar hoax di dunia maya juga bisa dikenakan ujaran kebencian yang telah diatur dalam KUHP dan UU lain di luar KUHP. Ujaran kebencian ini meliputi penghinaan, pencemaran nama baik, penistaan, perbuatan tidak menenangkan, memprovokasi, menghasut, dan penyebaran berita bohong.
Hemat tenaga, jangan komentari atau lawan kelompok anti imunisasi Foto: Shutterstock
2.Jangan dikomentari atau dilawan.
Kita perlu paham bahwa mengomentari hoaks atau kelompok anti imunisasi justru bisa membuat mereka makin berisik! Sama halnya dengan menebar ketakutan saat adanya peristiwa terorisme Moms, semakin berisik semakin senang dan tercapai tujuan mereka. Enggak mau dong, membantu seperti itu?
3.Pahami sumbernya
Pahami kalau hoaks itu disebarkan oleh orang yang mengutip hoaks dari luar negeri, tidak tahu bahaya penyakit, tidak tahu manfaat imunisasi, atau hanya membaca sepotong-sepotong saja. Dengan memahami betul hal ini, Anda tidak akan mudah terpengaruh. Ingat saja Moms, imunisasi itu melindungi. Tidak mau kan, banyak anak sampai mengalami sakit berat, cacat bahkan meninggal akibat penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dengan imunisasi?
ADVERTISEMENT
Ilustrasi uang suap Foto: Shutterstock
4.Ingat UUD
Ingat, kemungkinan besar, hoaks atau kelompok tersebut ujung-ujungnya jualan atau merupakan usaha untuk mencari keuntungan semata.
Salah satu penyebar hoaks anti imunisasi yang bernama Wakefield misalnya. Ia menulis hoaks bahwa vaksin MMR dapat menyebabkan autisme dan mengaku sebagai ahli vaksin yang melakukan penelitian pada anak-anak di Inggris pada tahun 1998.
Faktanya, Wakefield bukanlah seorang ahli vaksin atau imunisasi, juga bukan psikolog atau ahli autisme. Wakefield juga diketahui hanya meneliti 12 anak saja di mana 5 dari 12 anak yang diteliti diketahui sudah memeiliki masalah perkembangan sebelum divaksinasi dan 7 di antaranya tidak autis.
Bukan cuma itu, Wakefield pun diketahui menerima USD 674.000 dari pengacara yang menangani tuntutan orang tua. Aduh, UUD deh jadinya, ujung-ujungnya duit!
Tak perlu berdebat dengan mereka yang menolak imunisasi Foto: Shutterstock
Lantas bagaimana kalau kita harus menghadapi orang tua lain yang ragu atau menolak imunisasi akibat termakan hoaks atau kelompok anti imunisasi? Hampir sama, Moms, menurut Prof.Soedjatmiko sebaiknya kita menghindari berdebat, juga tidak perlu memaksa apalagi memarahi mereka.
ADVERTISEMENT
"Hanya menghabiskan tenaga!" tukas Prof.Soedjatmiko, "Tidak usah juga menanyakan alasan mereka menolak imunisasi atau menyinggung hoaks anti imunisasi yang mereka percaya. Berdasarkan pengalaman saya dan teman-teman di Satgas Imunisasi IDAI, ini hanya akan memperkuat keraguan atau penolakan mereka."
Jadi apa yang harus kita lakukan? Prof.Soedjatmiko menyarankan kita menggunakan tenaga sebaik-baiknya untuk terus secara lebih gencar menyeebarkan informasi yang benar tentang imunisasi, Moms.
"Sampaikan manfaat imunisasi kepada teman, kerabat saudara, tetangga. Jelaskan bahwa imunisasi sudah bisa mencegah sakit berat, cacat, meninggal dan ini sudah terbukti di semua negara. Tidak ada negara di dunia yang tidak punya program imunisasi, karena memang penting, bermanfaat dan aman!" ujar Prof.Soedjatmiko.
Imunisasi bayi. Foto: Shutterstock
Selain manfaat imunisasi, ingatkan kalau imunisasi tidak lengkap, bayi dan anak juga remaja rawan terserang penyakit berbahaya yang dapat dicegah dengan imunisasi. Karena itu sangat penting untuk melengkapi imunisasi secara teratur dan sesuai jadwal.
ADVERTISEMENT
"Ingat, kelebihan tidak berbahaya, tapi kalau sampai kurang atau tidak lengkap artinya kekebalan rendah, mudah tertular. Bisa menularkan ke keluarga, tetangga," pesan Prof.Soedjatmiko lagi.
Ia pun menekannkan, "Berbagi informasi yang benar, yang terpecaya sumbernya, yang baik. Kalau para pembuat hoaks atau kelompok anti imunisasi itu rajin menebar berita yang ngaco, kita juga tidak boleh malas menebar berita yang benar. Memangnya mau banyak anak di Indonesia yang sakit berat, cacat atau meninggal?"
--------------
kumparanMOM mendukung penuh Pekan Imunisasi Dunia dengan menyiapkan puluhan artikel tentang imunisasi sepanjang minggu ini khusus untuk Anda, Moms. Baca semuanya dengan mengikuti topik Pekan Imunisasi Dunia dan jangan lupa sebarkan pada seluruh keluarga dan teman-teman Anda, ya.
ADVERTISEMENT