Moms, Jangan Sebar Foto dan Video Korban Bencana! Ini Alasannya

27 Desember 2018 12:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi menerima foto dan video korban bencana (Foto: Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menerima foto dan video korban bencana (Foto: Pexels)
ADVERTISEMENT
Di tengah keributan, kepanikan, dan duka pascabencana, Anda mungkin kerap menerima pesan berisi foto atau video tentang korban. Bisa dari grup keluarga, arisan atau teman-teman kantor.
ADVERTISEMENT
Apa yang Anda lakukan setelah melihatnya? Meneruskan foto-foto itu ke grup sebelah atau malah mengunggahnya ke media sosial?
Jika ya, mulai saat ini hentikan kebiasaan menyebarkan konten terkait korban bencana yang menimbulkan efek traumatis seperti foto jenazah atau korban luka-luka. Saat menerimanya, hapus konten tersebut dan hentikan rantai penyebarannya di Anda, Moms.
Sejumlah warga Kecamatan Rajabasa mencari barang dan surat-surat berharga di antara reruntuhan puing-puing bangunan rumahnya yang hancur akibat tsunami pada Sabtu (22/12) malam. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah warga Kecamatan Rajabasa mencari barang dan surat-surat berharga di antara reruntuhan puing-puing bangunan rumahnya yang hancur akibat tsunami pada Sabtu (22/12) malam. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Sebagian orang mungkin menganggap menyebarkan konten seperti itu membuat orang lain jadi lebih waspada. Tapi, cara itu salah. Alih-alih jadi waspada, foto dan video korban dalam kondisi tidak baik itu justru bisa menyebarkan ketakutan.
Menurut Karina Adistiana, psikolog pendidikan dari Kelompok Riset Kesehatan Mental Komunitas, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, sebelum menyebarkan konten terkait bencana ada 3 hal yang harus Anda pertimbangkan.
ADVERTISEMENT
“Pikirkan dulu sebelum menyebarkan foto atau video tentang bencana. Pertama, apakah konten itu baik. Lalu tentang manfaatnya. Ada enggak sih manfaatnya menyebarkan video itu? Lalu pikirkan juga efeknya ke orang lain. Bagaimana jika korban atau keluarganya melihat video itu?” papar Karina, saat dihubungi kumparanMOM pada Rabu (26/12).
Seorang warga mencari barang berharga di antara reruntuhan puing-puing bangunan rumahnya yang hancur akibat tsunami di Desa Way Muli, Rajabasa, Lampung Selatan, Rabu (26/12). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Seorang warga mencari barang berharga di antara reruntuhan puing-puing bangunan rumahnya yang hancur akibat tsunami di Desa Way Muli, Rajabasa, Lampung Selatan, Rabu (26/12). (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Ya, memikirkan efeknya pada keluarga korban adalah hal yang perlu digarisbawahi. Bayangkan jika Anda dalam suasana berkabung pascabencana lalu melihat foto jenazah anggota keluarga dalam kondisi tidak baik tersebar di media sosial. Bukankah itu menambah beban mental Anda?
Alih-alih menyebarkan foto korban, sebaiknya sebarkan konten yang lebih bermanfaat, Moms. Misalnya informasi seputar bagaimana membantu korban, logistik apa yang dibutuhkan, atau tentang informasi tentang kesiapsiagaan bencana.
ADVERTISEMENT