Seperti Apa Bila Manusia Mulai Melahirkan di Luar Angkasa?

6 Agustus 2019 14:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Embrio usia 3 bulan. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Embrio usia 3 bulan. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Melahirkan di luar angkasa? Bisa tidak, ya? Jawabannya: mungkin saja, Moms! Bila ini terjadi, kita mungkin akan mengenalnya dengan istilah 'manusia non-Bumi'.
ADVERTISEMENT
Namun bayi yang lahir di luar angkasa akan berbeda dengan yang lahir di Bumi, karena kondisi tanpa gravitasi. Demikian menurut Scott Solomon, profesor dan ahli biologi evolusi di Rice University, Amerika Serikat.
Meski begitu, perbedaan tersebut baru muncul pada beberapa generasi selanjutnya. Solomon menambahkan, bayi-bayi tersebut akan sangat bergantung pada operasi Caesar dan hal ini dapat membuat bayi-bayi dari generasi selanjutnya ini, terlahir dengan kepala yang lebih besar.
"Ini karena mereka tidak dibatasi lagi oleh ukuran saluran kelahiran orang tuanya," ujar Solomon kepada Business Insider.
Bukan cuma kepala, Moms, Solomon juga mengungkap kalau warna kulit juga bisa berubah. Ini karena manusia tidak punya banyak perlindungan dari radiasi luar angkasa.
"Jadi, untuk mengatasi hal itu, bisa saja manusia generasi selanjutnya berevolusi untuk memiliki jenis pigmen kulit baru, seperti melanin yang melindungi kulit kita dari ultraviolet di Bumi," kata Solomon.
ADVERTISEMENT
"Artinya, generasi manusia selanjutnya, yang hidup di luar Bumi, akan berevolusi untuk memiliki warna kulit yang berbeda," tambahnya.
Solomon memprediksi, manusia yang hidup di luar angkasa bakal punya warna kulit yang lebih gelap.
Namun, sekali lagi, perubahan ini baru akan terjadi berabad-abad atau milenium setelah manusia mulai melahirkan di luar angkasa.
"Pada akhirnya, orang-orang yang hidup di luar angkasa bisa berevolusi menjadi sangat berbeda dengan orang-orang di Bumi, dan bisa membuat kita menganggap mereka sebagai spesies berbeda," tutupnya.