Serunya Bincang Edukasi, Ngobrol Soal Pendidikan Hingga Siaga Bencana

20 Januari 2019 12:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bincang Edukasi di Bandung. (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bincang Edukasi di Bandung. (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Bincang Edukasi (Bined) kembali hadir di Bandung. Acara sharing isu pendidikan yang digagas sejak 2011 itu kini memasuki pertemuan ke-42. Mempertemukan pegiat, pemerhati, dan komunitas yang bergerak di bidang pendidikan, Bined mendatangkan 4 pembicara yang mengupas tentang kesiagaan bencana hingga isu keberagaman.
ADVERTISEMENT
Mereka adalah Sri Haryati dari Hayat School, Risdo Simangunsong dari Jaringan Kerja Antara Umat Beragama (Jakatarub), Priyangga Dyatmika dari Pahlawan Bencana, dan Kandi Sekarwulan dari Jagabumi.
Digelar di SMP Santo Yusup, Bandung, pada Sabtu (19/1), acara yang terkesan santai itu tetap menghadirkan isu yang berbobot.
Sri Haryati menjadi pembicara pertama. Di Hayat School, Bandung, sekolah yang ia gagas, murid-murid diberi banyak ruang untuk bereksplorasi. Ada program renang dan hiking yang dijadwalkan seminggu sekali. Mereka pun boleh bermain di sawah. Mereka boleh kucel dan kotor saat belajar.
“Untuk murid usia 10 tahun ke bawah, aktivitasnya lebih banyak stimulasi dan penemuan kreativitas. Hampir 75 persen aktivitasnya eksplorasi alam dan aktivitas kinestetik,” papar Sri, saat ditemui kumparanMOM.
ADVERTISEMENT
Aktivitas-aktivitas itu diberikan agar anak punya pengalaman yang luas untuk menemukan teorinya sendiri. Sebab menurut Sri, pendidikan itu bukan teori yang njelimet, tapi tentang kembali mengenali diri sendiri.
Risdo Simangunsong dari Jakatarub di Bincang Edukasi. (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Risdo Simangunsong dari Jakatarub di Bincang Edukasi. (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
Sementara itu, di tengah isu keberagaman yang makin sensitif pada tahun politik ini, Risdo mengungkapkan bahwa pendidikan keberagaman adalah jawaban.
Sekretaris Jenderal Jakatarub itu berpandangan pendidikan keberagaman bisa dimulai dengan selalu mengupayakan ruang yang beragam bagi anak-anak. Misalnya dengan memasukkan anak ke sekolah umum, di mana anak bisa bertemu teman sebaya dengan latar belakang agama dan suku yang beragam.
“Bukan berarti sekolah agama itu buruk. Tapi upayakan agar ruang kita agar selalu beragam. Apalagi dalam konteks perkotaan zaman sekarang, ruang-ruang seperti itu makin jarang. Ketemu memang dengan yang berbeda, tapi bukan dalam konteks dialog atau cerita yang akrab,” papar Risdo.
Sesi sharing dengan pembicara di Bincang Edukasi. (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sesi sharing dengan pembicara di Bincang Edukasi. (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
Angga dari Pahlawan Bencana juga menjelaskan tentang pentingnya pendidikan kesiapsiagaan bencana sejak dini. Selain karena Indonesia berada di wilayah rawan bencana, anak-anak diharapkan bisa menjadi pahlawan bagi dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya saat bencana.
ADVERTISEMENT
Menariknya, Pahlawan Bencana mengemas pendidikan siaga bencana menjadi menyenangkan, yakni lewat program dongeng bencana dan bebek siaga. Alih-alih menjadi takut, anak-anak jadi bersemangat untuk mempraktikkan apa yang mesti dilakukan saat bencana. Misalnya merunduk sambil melindungi kepala saat gempa dan memakai masker saat ada debu vulkanik.
Kandi Sekarwulan dari Jagabumi di Bincang Edukasi (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kandi Sekarwulan dari Jagabumi di Bincang Edukasi (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
Ada pula Kandi dari Jagabumi Project yang kembali mengingatkan tentang isu lingkungan. Inti dari proyek itu adalah mengajak anak-anak untuk merawat lingkungan sekitarnya lewat seni, yakni puppet dance, dan workshop.
Sesuai konsep Bined, pembicara mengungkapkan gagasannya secara bergantian. Kemudian berlanjut di sesi sharing, dimana pembicara duduk bersama dengan peserta yang telah dibagi menjadi 4 kelompok. Tiap 10 menit, peserta akan berpindah ke kelompok lain agar dapat bertanya ke semua pembicara.
ADVERTISEMENT
Seperti sambutan Deta Ratna Kristanti, kurator Bined Bandung, pada awal acara, peserta diharapkan bisa menduplikasikan kegiatan serupa demi menyebarkan semangat pendidikan.
“Karena pendidikan adalah urusan semua orang, bukan cuma sekolah. Tapi semuanya. Masyarakatnya juga,” jelasnya.