Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Tahun Baru Kongzili, Apa Bedanya dengan Imlek?
5 Februari 2019 9:03 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
ADVERTISEMENT
Anda mungkin sudah sering mendengar ucapan, "Selamat Tahun Baru Imlek " Tapi bagaimana dengan ucapan, "Selamat Tahun Baru Kongzili"? Bisa jadi, belum pernah atau jarang ya, Moms.
ADVERTISEMENT
Sebelum membaca lebih lanjut tentang Tahun Baru Kongzili, kita perlu memahami kembali apa itu Tahun Baru Imlek.
Imlek, adalah perayaan tahun baru dalam perhitungan luni sonar sesuai dengan kalender China. Dalam kalender China, terdapat siklus 12 tahun yang terkait dengan pengamatan astronomi dari fase bulan dengan zodiaknya masing-masing. Ke-12 hewan zodiak Cina adalah: tikus, sapi, harimau, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing, dan babi.
Tahun Baru Imlek, juga merupakan awal dari musim semi. Jadi karena merupakan perayaan awal musim, Tahun Baru Imlek tidak hanya dirayakan oleh etnis maupun agama tertentu. Siapa saja, bisa merayakannya.
Tapi, bagi pemeluk agama Khonghucu, Imlek menjadi sangat istimewa. Tahun Baru Imlek bukan 'sekadar' tradisi tapi merupakan hari besar atau hari raya keagamaan mereka.
Umat Khonghucu, menyebut Tahun Baru Imlek dengan Tahun Baru Kongzili, dan 5 Februari tahun 2019 ini adalah tanggal 1 bulan 1 atau Tahun Baru Kongzili ke 2570.
ADVERTISEMENT
Lantas, mengapa tahun 2570 Kongzili?
Menurut Ketua Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) DKI Jakarta Js.Liem Liliany Lontoh, perhitungan ini dipakai untuk menghormati Nabi Kongzi yang menyarankan digunakannya kembali penanggalan Dinasti Xia. Perhitungan tahun Kongzili pun dimulai pada tahun kelahiran Nabi yaitu tahun 551 sebelum Masehi. Untuk tahun ini, perhitungannya 551 + 2019 = 2570.
Lebih lanjut, Js.Lily, demikian beliau biasa disapa, menjelaskan, menyambut tahun baru Kongzili, umat Konghucu melakukan serangkaian ritual agama dengan khusyuk untuk memohon bimbingan, perlindungan dan berkah kepada Huang Tian (Tuhan) agar dapat menghadapi semua tugas dan kewajiban sepanjang tahun dengan baik.
Mengutip Xiaokong Buklet dan Sienny TV, rangkaian ini dimulai pada hari terakhir sebelum memasuki tahun yang baru yaitu pada setiap tanggal 29 atau 30 bulan 12.
ADVERTISEMENT
Pada hari terakhir ini, umat Khonghucu wajib bersembahyang untuk mengucapkan syukur atas semua berkah Tian (Tuhan) sepanjang tahun ini.
Setelah itu, dilaksanakan ibadah peringatan tahun baru tanggal 1 bulan 1 Kongzili atau tepat pada hari Imlek.
Ibadah pada akhir tahun disebut ChuXi sebagai rasa sukur kepada Tian dan leluhur. Ibadah dilakukan di rumah dan kelenteng. Malam pergantian tahun adalah saat berkumpul seluruh anggota keluarga dengan makan malam bersama.
Umumnya pada hari raya ini juga, umat Khonghucu saling mengucapkan selamat, memberi hormat, serta mendoakan kesehatan, keberuntungan dan keberkahan. Ucapan, doa dan hormat diberikan orang yang lebih muda kepada mereka yang lebih tua maupun sebaliknya.
Pada hari kedua, umat Khonghucu mulai bersuci hati dengan berpantang menyambut sembahyang besar kehadirat Tian untuk memohon bimbingan dan penyertaan untuk melaksanakan semua rencana yang akan dilaksanakan pada tahun baru ini. Ritual ini disebut Jng Tiangong yang dilaksanakan pada tanggal delapan bulan kesatu Kongzili, tepatnya saat Zi Shi atau pada pukul 11 malam sampai 1 dini hari.
ADVERTISEMENT
Lalu pada tanggal 15 bulan kesatu Kongzili dilakukan sembahyang Sang Yuan kepada Bumi sebagai awal musim tanam. Pada saat ini bertepatan dengan sembahyang Shiwu atau tanggal 15 juga disebut sembahyang Yuanxiao sebagai peringatan malam purnama pertama di tahun baru.
Demikianlah seluruh rangkaian ibadah dan perayaan Tahun Baru Kongzili yang merupakan hari besar pertama dari seluruh rangkaian ibadah sepanjang tahun yang dirayakan umat Khonghucu di seluruh dunia. Jadi, bukan 'sekadar' aneka tradisi Imlek yang selama ini mungkin banyak diketahui.
Karena sudah tahu, sekarang Anda bisa menjelaskannya juga pada anak. Ini bisa mendukung pelajarannya di sekolah, lho. Sebab pengetahuan tentang ragam agama yang secara konstitusi diakui di Indonesia sesuai dengan Kompetensi Inti dan Dasar di mata pelajaran PPKn yang anak peroleh di sekolah sejak kelas 1 sampai dengan 6 SD.
ADVERTISEMENT
Bukan cuma itu Moms, dengan mengetahuinya anak juga jadi lebih menghargai keberagamaan sehingga mampu menumbuhkkan rasa empati.