Tips Ajari Anak Hadapi Konflik dalam Pertemanan

6 Maret 2018 19:13 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak bersahabat (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak bersahabat (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Saat berteman dan bermain dengan sebaya, anak lazim menghadapi konflik demi konflik. Hal ini normal dan justru sangat baik untuk anak agar dia dapat terus mengembangkan keterampilan berhubungan dan bekerjasama dengan orang lain.
ADVERTISEMENT
Menurut Eileen Kennedy-Moore, Ph.D., penulis buku Smart Parenting for Smart Kids: Nurturing Your Child’s True Potential, saat anak menghadapi konflik dengan teman sebetulnya ia tidak benar-benar ingin mengakhiri hubungan pertemanannya itu. Mungkin saja hari ini ia kesal dengan temannya, besok ia akan terlihat riang dan bermain lagi bersama temannya.
Rasa sedih atau kesalnya saat menghadapi konflik, dapat menjadi kesempatan yang baik untuk anak belajar mengatur emosinya. Jadi tak perlu terlalu khawatir, Moms. Coba dengarkan saja keluh kesah anak tentang temannya.
Bila anak sudah puas mengutarakan keluh kesahnya, sampaikan pada anak bahwa tiap hubungan pasti akan melewati waktu yang baik dan buruk. Kemudian biarkan anak mencari solusinya sendiri.
Dilansir kumparanMom (kumparan.com) dari Psychology Today, Anda juga dapat mengajari anak cara mencari solusi sendiri agar ia semakin matang dalam menghadapi konflik. Berikut caranya:
ADVERTISEMENT
1. Ajukan Pertanyaan
Anak-anak bermain pasir (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak bermain pasir (Foto: Pixabay)
Ketika sedang berbeda pendapat dengan orang lain, memang lebih mudah untuk terus memperjuangkan pendapat kita saja. Namun, ini tidak akan menyelesaikan masalah. Lebih baik, ajarkan anak untuk menanyakan sejumlah pertanyaan guna memahami sudut pandang orang lain.
Rangsang anak untuk menanyakan pertanyaan yang bisa dimulai dengan ‘apa’ dan ‘bagaimana’. Misalnya bertanya "Bagaimana menurutmu?", "Apa yang ingin kamu lakukan?", "Apa yang membuat kamu tidak menyukai hal ini?" dan sebagainya.
Jenis pertanyaan ini menstimulasi anak untuk bisa mengetahui sudut pandang orang lain, sehingga bisa sama-sama berkompromi dan mengambil jalan tengah, daripada terus saling memaksakan kehendak.
Anda bisa mengajarkan anak juga, agar hati-hati menggunakan kata ‘kenapa’ karena cenderung bernada kritikan, sehingga memancing respon tidak baik dari teman. Misalnya, "Kenapa sih, kamu enggak mau mengikuti caraku?"
ADVERTISEMENT
2. Terbukalah
Ilustrasi anak bersahabat (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak bersahabat (Foto: Thinkstock)
Salah satu cara untuk menghindari konflik yang biasa dilakukan adalah dengan mengalah atau mengiyakan saja apa-apa yang diinginkan teman. Ini juga tidak baik, Moms. Anak perlu diajari untuk tidak terus-terusan memendam saja pendapat atau keinginannya.
Jelaskan pada anak bahwa ia perlu menyampaikan apa yang ia inginkan atau pikirkan kepada teman. Ingatkan anak, temannya kan juga tidak bisa membaca pikiran yang ada di otaknya kalau ia hanya diam saja.
Anda bisa mengajari anak untuk mulai berani berbicara. Lebih baik lagi bila disampaikan dengan sopan, yakni dengan menerapkan tiga kalimat mantra: tolong, maaf, dan terima kasih.
3. Relakanlah
Ilustrasi anak bermain. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak bermain. (Foto: Thinkstock)
Bagi anak, penyelesaian masalah dengan teman kadang memang begitu mudah. Mereka bisa saja kembali berteman di hari berikutnya, bercakap-cakap atau duduk dan makan siang bersama seperti tidak ada apa-apa terjadi sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Jadi, ajarkan anak untuk juga tidak terlalu cepat baper ya, Moms! Anda bisa mengajarkan anak untuk tidak terlalu memikirkan suatu konflik dengan teman berlarut-larut, tidak menyimpan rasa kesal lama-lama dan yang juga sangat penting: belajar memaafkan.