Yuk, Besarkan Anak yang Berjiwa Pahlawan! Begini Caranya

10 November 2018 9:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sudah mengenalkan anak pada sosok dan kisah perjuangan para pahlawan yang merebut dan mempertahankan kemerdekaan? Bagus tuh, Moms! Tapi bagaimana kalau sekarang Anda juga mulai mengajak anak jadi pahlawan?
ADVERTISEMENT
Tenang, kita memang tidak sedang atau akan berperang, kok. Tapi makna pahlawan kan, lebih luas dari masa penjajahan atau peperangan saja. Siapapun yang berani atau rela berkorban untuk melakukan sesuatu yang baik dan berguna untuk orang lain dan dan tidak hanya mementingkan diri sendiri, layak disebut pahlawan.
Pahlawan juga tidak memandang suku, agama, ras maupun usia. Artinya, si kecil pun bisa jadi pahlawan!
Karena itu, yakinlah pada anak dan bantu juga mereka meyakini dirinya memiliki kekuatan luar biasa untuk membantu orang lain bahkan membantu negeri ini. Buat anak melihat diri mereka sendiri sebagai pahlawan setiap hari.
Nah, bagaimana cara mengajarkan atau mengajak anak menjadi pahlawan dalam kehidupan nyata mereka di masa kini?
ADVERTISEMENT
Laman resmi The Greater Good Science Centre, sebuah sentra studi yang mempelajari psikologi, sosiologi, serta kesejahteraan masyarakat di University of California, Berkeley, Amerika Serikat, menjelaskan caranya.
1. Besarkan anak yang tidak hanya tinggal diam
Ilustrasi membersarkan anak berjiwa pahlawan (Foto: Shutterstock)
Pernahkah Anda mendengar istilah bystander, Moms? Bystanders adalah orang-orang yang hanya diam, berdiri dan menonton saat melihat atau berada di sekitar tempat kejadian saat seseorang butuh pertolongan atau dihadapkan pada keadaan darurat. Dalam dunia anak, contoh bystanders adalah anak-anak yang hanya diam, berdiri dan menonton saat ada anak lain yang diganggu di sekolah misalnya.
Sementara seorang pahlawan, tidak akan membiarkan penindasan terjadi: mereka tidak akan tinggal diam, mereka akan campur tangan, dan memberikan bantuan. Mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan dunia, meski dimulai dari menolong seorang temannya dalam satu hari saja.
ADVERTISEMENT
Besarkahlah anak yang tidak hanya tinggal diam, Moms. Latih anak untuk peduli, mau mengambil sikap, tidak apatis dan berani mempertahankan kebenaran dengan menghayati nilai-nilai dan keyakinan mereka.
Ajarkan anak untuk tidak tinggal diam dan berani mempertahankan kebenaran (Foto: Shutterstock)
Memang, anak akan menghadapi risiko si penganggu beralih menyerangnya. Tapi ini akan mengajarkan pada anak bahwa untuk mempertahankan kebenaran ia mungkin akan mengalami kerugian sosial, emosional, maupun fisik. Ini justru akan menguji anak, apakah ia akan tetap memilih jadi pahlawan atau penonton yang membiarkan sesuatu yang tidak benar jadi kebiasaan.
Tentu saja, ingatkan juga anak untuk berhati-hati dan memastikan ia tahu kapan perlu menghubungi orang dewasa yang bertanggung jawab di suatu tempat.
2. Ajak anak berdiskusi tentang tokoh pahlawan dalam imajinasi mereka.
Anak Suka Karakter Superhero, Baik Enggak Sih? (Foto: Pixabay)
Untuk dapat bertindak seperti pahlawan, anak perlu belajar berpikir seperti pahlawan. Ya Moms, ajak anak berdiskusi, kira-kira bagaimana para pahlawan berpikir dan melihat dunia?
ADVERTISEMENT
Sebagai permulaan, Anda bisa memulai dari tokoh-tokoh pahlawan (atau superhero!) dalam imajinasi mereka. Misalnya, bahas bagaimana tokoh idolanya selalu berpihak pada kebenaran, peka bila ada orang yang dalam kesulitan juga sigap menghindari bahaya. Dari sini, anak-anak dapat belajar untuk menghindari bahaya sebelum terjadi.
Misalnya, seorang anak yang cerdas secara emosional mungkin bisa memprediksi kapan teman sekelasnya yang pemalu itu kemungkinan akan diganggu. Setiap kali ia duduk sendiri di kantin misalnya. Untuk mencegah insiden itu terjadi, anak dapat duduk bersama temannya atau mengajak bermain daripada mencoba menolongnya ketika ia sudah diganggu.
3. Contohkan empati dan kepedulian.
Sejak anak kecil, berilah contoh dan libatkan anak dalam kegiatan yang dapat mengasah empati dan kepeduliannya. Perlihatkan pada anak lebih banyak hal yang menceritakan tentang toleransi, perhatian, dan empati sehingga anak juga dapat membangun rasa peduli terhadap orang-orang yang berbeda dari diri mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
4. Tanamkan pada anak bahwa ia mampu menyelesaikan konflik.
Anak menangis (Foto: THINKSTOCK)
Konflik bukanlah hal yang buruk kecuali kita tidak memiliki keterampilan yang kita butuhkan untuk mengatasinya. Untuk bertindak secara heroik, anak-anak juga harus memiliki keyakinan yang cukup akan keterampilan interpersonal mereka sehingga mereka dapat berdiri mempertahankan apa yang mereka yakini.
Artinya, ajarkanlah anak cara menangani konflik dengan positif, teguh dan bijak, Moms. Tanamkan pada anak, bahwa ia mampu menyelesaikannya sendiri dan teruslah beri kesempatan anak untuk mencobanya.
Bila suatu hari si kecil menangis dan mengadu pada Anda bahwa ia berselisih dengan temannya misalnya, jangan terburu-buru menelepon orang tua temannya dan membereskan semuanya. Lebih baik, tenangkan anak lalu ajak anak berdiskusi bagimana kira-kira ia dapat menyelesaikan konflik dengan temannya tanpa bantuan Anda.
ADVERTISEMENT
4. Tanamkan pada anak bahwa ia mampu menyelesaikan konflik.
Konflik bukanlah hal yang buruk kecuali kita tidak memiliki keterampilan yang kita butuhkan untuk mengatasinya. Untuk bertindak secara heroik, anak-anak juga harus memiliki keyakinan yang cukup akan keterampilan interpersonal mereka sehingga mereka dapat berdiri mempertahankan apa yang mereka yakini.
Artinya, ajarkanlah anak cara menangani konflik dengan positif, teguh dan bijak, Moms. Tanamkan pada anak, bahwa ia mampu menyelesaikannya sendiri dan teruslah beri kesempatan anak untuk mencobanya.
5. Ekspresikan harapan Anda akan sikap heroiknya.
Ilustrasi Ibu dan Anak Usia Praremaja (Foto: Shutterstock)
Penelitian menunjukkan anak-anak lebih mungkin untuk membantu teman sekolahnya yang di-bully atau diganggu jika mereka tahu bahwa orang tuanya mengharapkan mereka bertindak seperti itu.
ADVERTISEMENT
Sampaikan harapan Anda ini dengan jelas. Misalnya saat ia bercerita tentang temannya yang diganggu, katakan, "Wah, kasihan sekali temanmu. Ibu harap, kamu bisa membantunya kalau besok dia diganggu lagi."
Tentu saja, kita cenderung berharap anak bersenang-senang dan aman-aman saja di sekolah. Tetapi ingin juga kan, mereka menjadi pahlawan yang mau membantu temannya? Jadi yuk, Moms, besarkan generasi pahlawan mulai sekarang!