10 Anak Tanzania Dimutilasi untuk Praktik Sihir

29 Januari 2019 17:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Pembunuhan. (Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pembunuhan. (Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sebanyak 10 anak Tanzania yang menjadi korban penculikan ditemukan tak bernyawa. Alat kelamin serta organ pernafasannya dimutilasi.
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri Kesehatan Tanzania Faustine Ndugulile pada Senin (28/1) mengatakan ke-10 anak itu hilang sejak Desember tahun lalu. Mereka merupakan penduduk distrik Njombe, barat daya Tanzania.
Jenazah anak-anak ini ditemukan pekan lalu usai kepolisian menggelar operasi pencarian besar di sekitar wilayah Njombe.
"Sejauh ini, kami sudah menemukan 10 jenazah, dan bagian vital serta gigi mereka sudah tak berada di tubuh," kata Ndugulile seperti dikutip CNN, Selasa (29/1).
"Pembunuhan semacam ini terkait dengan praktik sihir, ada tren kriminal para herbalis meminta bagian tubuh untuk pesugihan," katanya.
Anak-anak yang menjadi korban dijelaskan Ndugulile berusia rata-rata tujuh tahun. Insiden ini terungkap usai beberapa orang tua korban melaporkan telah kehilangan anak.
Ndugulile menegaskan, fokus aparat keamanan saat ini adalah menemukan pelaku pembunuhan keji tersebut.
ADVERTISEMENT
"Kami ingin mengidentifikasi pelaku, tapi konsentrasi kami saat ini juga untuk mengedukasi bahwa praktik ini mesti dihentikan," sebutnya.
Ketika disinggung apakah pembunuhan terkait ritual tumbal anak-anak albino, Ndugulile membantahnya. Ia menyebut, penyelidikan belum mencapai kesimpulan.
Albino di Tanzania. (Foto: REUTERS/Carlo Allegri)
zoom-in-whitePerbesar
Albino di Tanzania. (Foto: REUTERS/Carlo Allegri)
"Saya sedih melihat anak-anak itu, mereka tak pantas diperlakukan seperti ini," jelasnya.
Tanzania merupakan merupakan negara dengan praktik pembunuhan anak-anak albino tertinggi di dunia. Sebanyak 1.500 anak albino tewas dibunuh untuk praktik perdukunan di Tanzania.
Diduga tingginya angka pembunuhan itu karena kurangnya edukasi dan toleransi terhadap anak-anak albino.