30 Tahun ‘Tragedi Bintaro’, Kecelakaan Kereta Api Paling Tragis

19 Oktober 2017 12:55 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tragedi Bintaro (Foto: Film Tragedi Bintaro)
zoom-in-whitePerbesar
Tragedi Bintaro (Foto: Film Tragedi Bintaro)
ADVERTISEMENT
Hari ini (Kamis, 19/10/2017) genap 30 tahun peristiwa tabrakan head to head dua kereta api ekonomi Jabodetabek yang dikenal dengan nama Tragedi Bintaro. Kecelakaan yang terjadi Senin, 19 Oktober 1987 ini merupakan musibah terburuk dan paling tragis dalam sejarah perkeretaapian Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menurut data yang dirilis saat itu, lebih dari 150 orang tewas dan 300 lainnya terluka.
Saking tragisnya musibah itu, tragedi itu diabadikan dalam bentuk film bioskop berjudul “Tragedi Bintaro” pada tahun 1989. Dalam film itu kita bisa menyaksikan kereta api komuter zaman dulu, yang berjubel, tanpa AC, dan orang-orang bergelantungan di pintu. Jauh berbeda dengan kereta api komuter yang kini bermetamorfosa menjadi KRL yang dikelola PT KCI.
Film Tragedi Bintaro disutradarai Buce Melawau dan dibintangi Roldiah Matulessy, Ferry Octora, dan Lia Chaidir. Film ini berdasarkan kisah nyata seorang korban Tragedi Bintaro bernama Juned sekeluarga. Empat bersaudara Juned dan sang nenek tewas dalam peristiwa ini. Tak sedikit penonton film yang berurai air mata menyaksikan film bergenre drama-tragedi ini.
ADVERTISEMENT
Penyanyi Iwan Fals yang terkenal dengan lagu-lagu bertema kritik sosial juga menulis lagu berjudul “19/10” untuk mengenang tragedi ini. Berikut petikan lirik lagu itu:
Apa kabar kereta yang terkapar di Senin pagi
Di gerbongmu ratusan orang yang mati
Hancurkan mimpi bawa kisah
Air mata air mata
Belum usai peluit belum habis putaran roda
Aku dengar jerit dari Bintaro
Satu lagi catatan sejarah
Air mata air mata
……
Sedangkan kritik sosial Iwan Fals terangkum dalam bait di bawahnya:
Berdarahkan tuan yang duduk di belakang meja
Atau cukup hanya ucapkan belasungkawa, aku bosan
Lalu terangkat semua beban di pundak
Semudah itukah luka-luka terobati
……
Disebut-sebut lagu legendaris “Masih Ada Waktu” milik Ebiet G Ade yang menyentuh hati juga terinspirasi Tragedi Bintaro.
ADVERTISEMENT
Bila masih mungkin kita menorehkan bakti
Atas nama jiwa dan hati tulus ikhlas
Mumpung masih ada kesempatan buat kita
Mengumpulkan bekal perjalanan abadi
Ho ho ho du du du du du du
du du du du du du du ho ho ho ho
Kita pasti ingat tragedi yang memilukan
Kenapa harus mereka yang terpilih menghadap?
Tentu ada hikmah yang harus kita petik
Atas nama jiwa mari heningkan cipta
Lokasi peristiwa Tragedi Bintaro terjadi di daerah Bintaro, antara Stasiun Pondok Ranji dan kuburan Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Lokasi ini sekitar 8 km dari Stasiun Sudimara.
Saat itu, KA ekonomi patas jurusan Tanah Abang-Merak (KA 220) yang berangkat dari Stasiun Kebayoran Lama bertabrakan di rel yang sama dengan KA ekonomi cepat jurusan Rangkasbitung-Jakarta Kota (KA 225) yang berangkat dari Sudimara atau dari arah berlawanan.
ADVERTISEMENT
Hasil penyelidikan menyebutkan bahwa kecelakaan itu akibat human error.
Akibat kecelakaan itu, masinis KA 225 Slamet Suradjo divonis 5 tahun penjara, Adung Syafei sebagai kondektur divonis 2 tahun 6 bulan. Sedangkan Umrihadi yang menjabat Pemimpin Perjalanan KA (PPKA) Stasiun Kebayoran Lama divonis 10 bulan.
Tragedi Bintaro kini tinggal sejarah. Namun dari sejarah itulah kita belajar untuk terus bebenah sehingga peristiwa gelap dunia transportasi kita seperti itu tak terulang kembali.